Chereads / Really I Want / Chapter 11 - Chapter 10

Chapter 11 - Chapter 10

"Ma, kok tumben masak banyak? Ada apa?" Tanya Zimmi sambil memakan bawang goreng.

Rata-rata orang tidak suka memakan bawang goreng karena beralasan bau ketiak akan menyengat, bau mulut tidak sedap, pahit, dan lain-lain. Tapi itu semua lain bagi Zimmi. Baginya, bawang goreng adalah salah satu makanan yang sangat enak, gurih, dan sedap. Makan tanpa bawang goreng sama saja makan tanpa lauk. Mencium baunya saja membuat Zimmi lapar, apalagi saat dimakan, tentang nafsu makannya meningkat.

Tiap makan pagi, siang, dan malam pasti ada persediaan bawang goreng. Jika tidak ada, maka Zimmi akan bertapa di kamar tanpa makan dan minum. Memang benar otaknya agak polos-polos mencong dikit.

Padahal Dinda selalu menasehati Zimmi agar tidak terlalu sering makan bawang goreng. Dia takut kalau ketiaknya Zimmi jadi bau. Mana pantas anak perempuan memiliki keringat bau. Tapi Zimmi selalu menyangkalnya dan dia mengatakan ada rexona yang setia setiap saat.

"Ada tamu istimewa."

"Istimewa? Martabak maksudnya, Ma? Kenapa nggak yang jumbo sekalian? Martabak telur kan kesukaan Zimmi, apalagi dikasih tambahan bawang goreng, nikmatnya tiada tara. Ah, Zimmi jadi pingin deh. Nanti beli dua ya, Ma. Martabak manis seperti aku satu sama yang martabak telur yang jumbo satu," ujar Zimmi panjang kali lebar kali tinggi. Dia memang suka membayangkan makanan favoritnya.

Dinda menggelengkan kepala pelan. Ada-ada saja pikiran anaknya itu. Setiap kali Zimmi mendengar kata istimewa, imajinasinya langsung mengarah ke martabak. Dinda mendekati Zimmi yang terus memakan bawang goreng di kursi dekat dapur.

"Bukan martabak, tapi orang teristimewa. Zimmi, tolong dikurangin makan bawang gorengnya ya. nggak apa-apa kamu makan bawang goreng. Tapi lebih baiknya dikurangin dan mulai dilatih dari sekarang. Mama yakin kamu pasti bisa."

"Iya-iya, Ma. Nanti Zimmi coba."

"Pintarnya anak, Mama. Jadi tambah sayang deh."

"iyalah, Zimmi gitu loh," ujar Zimmi membanggakan dirinya.

Dinda pun tersenyum. Betapa bersyukurnya dia memiliki anak yang patuh seperti Zimmi. "Daripada Zimmi nganggur, mending Zimmi bantuin Mama aja yuk. "

"Bantuin apa, Ma?"

"Bantuin masak."

Zimmi berpikir sejenak. Dia ingat saat membantu Dinda menggoreng telur. Rasanya seperti perang dunia. Peluru menggunakan minyak goreng panas yang terus menyerang dirinya. Dia bergidik ngeri sendiri. Mengingat kejadian itu saja menjadikan bulu kuduknya berdiri, apalagi melakukannya.

"Emm, karena Zimmi masih kecil, jadi Zimmi bantuin do'a aja ya, Ma. Semoga masakan Mama cepat matang dan enak, amin."

"Ada-ada saja kamu ini."

"Ya, gimana ya, Ma? Sebenarnya Zimmi itu takut diajakin perang lagi sama minyak goreng panas itu. Ya kali Zimmi perang, ini kan sudah merdeka."

Dinda tertawa sendiri mendengar jawaban Zimmi. "Yaudah nggak apa-apa. Sana mending kamu ganti baju dulu. Ntar seragamnya bau keringat loh. Terus temen kamu nggak mau temenan sama kamu gara-gara bau."

"Siap, Ma. Semangat masaknya," jawab Zimmi sambil hormat seperti dalam acara upacara bendera.

***

Zafran terus mendekat ke arah Zea yang sedang mendelik kesal. Kedua tangannya bersedekap di depan dada. Bibirnya dimonyongkan seperti ikan koi.

Berbanding terbalik dengan Zafran. Dia terus cengar-cengir seperti orang gila. Bahkan setiap langkahnya menjadikan beberapa siswi terkagum-kagum. Rambutnya itu naik turun seiring langkah larinya.

"Ntan!" Panggil Zafran disela-sela larinya.

"Woy! Ntan!"

"Tuli banget sih!" Sewot Zafran saat sampai di depan Zea berdiri.

Zea mendengus. Kehadiran mantan ada dua hal yang harus diwaspadai. Antara detak jantung berlebihan dan adu mulut. Tapi di lain sisi ada hati yang berbunga-bunga.

Tetap saja dibalik kata waspada itu pasti ada berakibat fatal. Misalnya tentang cinta, bisa jadi bersemi kembali. Biasanya disebut dengan CLBK, singkatan dari Cinta Lama Bersemi Kembali. Walaupun CLBK, rasanya akan berbeda. Karena CLBK sudah memiliki memory yang begitu meretakan hati. Jadi, buat kalian jangan suka membuat pasangan kalian kecewa. Kepercayaan itu mahal walaupun tidak dijual. Kepercayaan itu ternilai walaupun tidak dengan angka. Tapi sekali kepercayaan rusak, maka kehidupan tidak akan berjalan sempurna.

"Ntan!" Panggil Zafran lagi.

"Apaan sih?! Berisik banget jadi orang!" Bentak Zea.

"Apaan? Gue kan panggil Intan bukan Mantan! Ingat ya, In-tan bukan Man-tan," ujar Zafran penuh penekanan.

Seketika wajah Zea memerah menahan malu. Huh! Zafran memang menyebalkan. Sepertinya hal mustahil jika Zafran setiap hari tidak mengganggu Zea. Dimana ada Zea sebal di situ ada Zafran yang jahil.

Memang terkadang terlalu percaya diri bisa menjadikan menjatuhkan diri sendiri. Sedangkan tidak percaya diri bisa menjadikan kita dibully. Hidup itu memang ribet ya. Bosan hidup takut mati. Pas sudah mati pingin hidup lagi. Ribet!

Zea membuang muka. Justru itu membuat Zafran penuh dengan rasa puas. Dia sudah menjatuhkan Zea untuk kesekian kalinya hanya dengan kata-kata receh. Namun itu semua tidak membuatnya bosan, justru semakin menumbuhkan rasa cinta.

"Apa, Zaf?" Tanya Intan dibelakang Zea.

"Ah, nggak kok. Gue kan manggilnya Mantan bukan Intan," serka Zafran.

Intan mendengus sambil melempar kertas ke arah Zafran. "Dasar gaje!"

Saat itu juga Zea sudah memberikan tatapan mangsa kepada Zafran. Ingin sekali rasanya Zea menampar muka watados Zafran. Mengingat wajah mantan itu ganteng, dia tidak ingin membuatnya burik.

"Dasar mantan sinting!" Maki Zea.

"Sinting aja lo pernah cinta apalagi kalau gue normal."

Nah, bagaimana Zea tidak sebal coba? Cewek mana yang suka digombalin tapi tidak ada bukti. Semua cewe suka yang pasti-pasti. Bukan cuma omongan tapi pembuktian. Seperti Zafran, dia mudah membolak-balikkan perasaan Zea.

"Ntar otak lo bakal normal kok, kalau lebaran kucing."

"Udah dong, Ze. Jangan ribut mulu. Ntar gue makin cinta. Yuk balik. Gue tahu kalau lo nggak bawa motor," ujar Zafran sambil menggandeng tangan Zea.

"Sok tahu lo."

"Gue bukan tahu, tapi gue manusia."

"Iya, manusia sinting sedunia."

"Ayo, nanti kesorean loh," ajak Zafran menarik tangan Zea.

Di situ Zea masih diam terpaku. Dia merasa ada sesuatu yang aneh. Padahal Zafran sudah menariknya beberapa kali.

"Ze, ayo! Mau gue seret? Atau mau gue gendong?"

Zea tersadar dari lamunannya. "Apaan sih, Lo?! Modus tahu nggak?! Gue bisa jalan sendiri. Lo bisa lihat kaki gue? Nih masih ada dua!"

"Iya-iya, maaf. Ayo jalan!"

Zea berjalan mendahului Zafran. Saat sampai di parkiran, mata Zea menyapu keadaan sekitar parkiran. Dia mencari motor yang biasa dipakai Zafran. Namun dari arah pojok depan sampai pojok belakang tidak ada motornya. Dia membalikan badan menghadap ke arah Zafran. Tapi dia mendongakkan kepala karena tinggi badannya terlalu pendek.

"Pendek banget sih lo. Tapi gue cinta, imut-imut banget," ujar Zafran menarik kedua pipi Zea.

"Diam deh! Gaje! Sakit tauk!"

"Mana yang sakit? Gitu aja sakit, lebay banget."

"Diam deh, Zaf. Gue capek kalau Lo banyak omong. Sekarang dimana motor Lo?"

Zafran hanya diam. Dia hanya memandang Zea. Sesekali dia tersenyum.

"Zafran! Kenapa malah diam?!"

"Katanya disuruh diam, yaudah gue diam. Kurang patuh apa gue sama Lo?"

"Gue balik sendiri aja, Zaf. Capek gue ngomong sama Lo."

"Eits, Gue bawanya motor ini. Ngambekan banget," ujar Zafran menunjuk motor vespa yang ada di sampingnya berdiri.

"Ini?"

"Iya, kenapa? Minder sama pantat lo yang tepos itu? Santai aja, walaupun pantat lo lebih kecil dari motor gue, tapi gue tetap cinta kok sama lo."

Lagi-lagi Zafran mengucapkan kalimat pedas bercampur manis. Ibaratnya makan cabai terus minumnya es teh manis, mau kapok tapi masih ada penawar. Begitupun yang dirasakan pada diri Zea. Ingin merobek mulut Zafran, tapi mulutnya suka ngegombal.

"Lo kok nyebelin banget sih?! Motor butut saja bangga."

"Eits, lo nggak boleh ngehina Motor gue, gini-gini harganya lima puluh dua juta ribu, helmnya harganya seratus delapan puluh ribu."

"Oke, gue akuin harga motor lo lumayan. Tapi untuk helm nggak deh, karena masih mahal punya gue."

Zafran menaikan alisnya sebelah kanan. "Berapa?"

"Gue beli helm honda harganya enam belas juta empat ratus lima puluh ribu, terus dapat hadiah motor vario techno. Mahal banget kan?"

"Gini nih, kalau bodohnya murni dari lahir, sinting!"