Chereads / cinta penawar duka / Chapter 19 - eps 19

Chapter 19 - eps 19

sesaat armin berpikir tentang kejadian yang menimpah lala itu sangat diluar batas, karena menurutnya mengapa bisa dia tidak mengethui gadis itu keluar dan sapai mengalami hal yang akan membuat gadis itu menjadi pendiam.

armin memaju laju motornya sangat kencang  dan sari yang saat itu dibonceng dibelakang memeluk armin erat-erat takut dia jatuh.

san sesampainya dikota denpasar armin berhenti sebentar dan mematikan mesin motornya dipinggir jalan, lalu dia bertanya alamat yang sedang dia cari kepada penjual rokok  diberhentian motor armin tadi setelah mendapat penjelasan armin kembali memacu motornya menyusuri jalanan yang sedang padat dengan aktifitas masyarakat yang ingin bekerja dipagi hari.

dan sesaat armin telah sampai dijalanan yang cukup elite dengan tempat khusus memang yang sudah ada ditempat itu disediakan,armin membelok kerumah aryan yang sedang dicari dan sesampai ditempat oerumahan itu armin tetap harus mengurutkan nomor berapa rumah yang ditempati aryan, dan saat dinomor terakhir dengan sebuah rumah yang bentuk bangunannya sangat mewah namun tetap ada spesifik adat bali, armin mengehentikan motornya didepan pagar yang menutupi rumah mewah itu.

"ayo kita masuk" ajak armin,sari menggandeng tangan lelaki itu

seorang laki-laki pembantu rumah tangga mendekati armin dan sari di pintu gerbang.

"mau ketemu siapa?" tanya lelaki itu.

"tuan aryan ada dirumah?"

"sedang mengadakan upacara keagamaan di pura"

"jauh dari sini"

"di utara sana"

armin saling berpandang dengan sari.

"sebaiknya kita susul kesana, armin"

"utara itu dimana? kita tidak tahu"

"oke deh"

armin dan sari berpamitan kepada pembantu rumah itu lalu mereka meninggalkan tempat  itu dan melajukan motornya ketempat yang sudah dikasih tahu sama pembantu rumah mewah itu.

motor armin terus melaju kesebelah utara pokoknya armin terus menjalankan motor yang dikendarainnya  dan sampai diakhir pandangan mereka tertumbuk pada sesuatu keramainan.

"armin, kalau tak salah disana ada upacara keagamaan" kata sari sambil menunjuk keutarah dan armin yang melihat itu mengangguk mengiyakan.

upacara keagamaan hindu bali itu berlangsung megah, penuh dengan ciri-ciri kehidupan penduduk bali nampak pula disini tingkatan kasta yang tinggi  sampai yang rendah sehingga menimbulkan daya tarik turis-turis dan kaum pelanccong  untuk menyaksikannya.

armin dan sari berjalan berburu-buru menyusup di antara sekian banyak manusia yang sedang menyaksikan upacara keagamaan itu, namun kemegahanda daya tarik  upacara itu tidak menjadi perhatian armin dan sari mereka lebih memusatkan perhatian mencari-cari sesosok tubuhyang bernama aryan, di antara puluhan orang yang sedang menjalani upacara itu.

"bagaimana aryan sampai bisa dinodai lala?" tanya armin sambil berjalan menggandeng  sari, sedang perhatiannya pada setiap orang yang sedang melakukan upacara dan barangkali dia melihat aryan berada dikerumanan orang sedang melakukan ritual  adat mereka.

"kemarin malam dia menginap dihotel bersama aryan"

armin menghentikan langkahnya memandang sari yang termangu dengan perkataannya.

"mengapa menginap dihotel? kemarin malam kalian kan tidur di dalam kemah waktu aku mengontrol"

"kamu mengontrol sekitar jam delapan malam tapi kami pergi tak lama setelah kamu selesai mengontrol keadaan kemah"

"kami yang kau maksud itu siapa saja?"

"aku dan lala" armin terperangah.

"Oooo, jadi jadi kalian berdua kabur dari kemah tanpa setahu aku ya?" kalian sudah berani melanggar peraturan camping!" armin jadi marah.

"aku diajak lala" kata sari ketakukan sebab mata lelaki itu kelihatan berkilat-kilat tajam sekali menatapnya.

"tapi kau juga sudah melanggar!" bentak armin.

sari makin ciut nyalinya  dan tertunduk diam dengan tatapan armin yang mulai nampak  mengeluarkan sengatan api jika tidak dikendalikan, becanda kali sobat.

"dimana kalian bertemu aryan?"

"aryan menjemput kami dipinggir jalan"

"lalu dibawa kehotel?" tanya armin lagi.

"tidak, aryan bawa kami kediskotek dulu karena diantara lala dan aryan sudah membuat janji mau ke diskotek" suara sari semakin mengecil dan gemetar.

"teruskan!" perintah armin.

"terus lala mengajak aku dan aryan menginap di hotel"

"dan kamu mau?!" suara armin nadanya tinggi, ada segumpal rasa cemburu dihatinya disamping ada juga rasa curiga karena dilubuk hati armin sudah tertanam benih cinta terhadap gadis itu.

"aku menolak dan aku nekat pulang tanpa menyahut aryan sedang memaanggilku saat itu, kebetulan saat akan pulang ke kemah ada lelaki bule yang mau mengantarkan aku pulang balik kekemah"

"mau jadi apa sih kamu, haa?!" bentak armin galak.

"mau jadi gadis baik-baik" ucap sari dengan menundung sesekali melihat armin yang berada didepannya.

"kok berani kabur malam-malam?!" tanya armin lagi kali ini dengan menahan amarahnya.

"maafkan aku armin, aku berjanji nggak akan lagi-lagi deh" rengek gadis itu dengan rasa takut.

"bah!" armin meneruskan langkahnya lagi dan sari diam-diam mengikuti dibelakang masih diliputi rasa takut dan bersalah.

tanpa disengaja pandangan armin berhenti pada sesosok tubuh yang dikenalnya apalagi mukanya tak salah lagi kalau lelaki itu adalah aryan yang sedang dicarinya sedari tadi, lelaki itu mengenakan pakaian tradisi adat bali dan memperlihatkan dari kasta tertinggi dan tergolom dalam kategori ningrat.

"itu aryan" kata armin.

"ya, itu memang aryan" sahut sari memberi kepastian.

"kita tunggu dia sampai selesai upacara"

aryan dengan khusuk melakukan upacara keagamaan itu, dalam kekusukannya itu wajah aryan nampak sedih karena mengingat perbuatan dosa yang telah dilakukannya bersama lala, menyebabkan kedua matanya berkaca-kaca.

armin sudah tak sabar lagi menunggu upacara itu selesai rasanya lama sekali  dan begitu selesai armin langsung menyusup disela-sela orang banyak, setelah didekat aryan, armin dengan cepat mecekal tangan aryan dan membawanya keluar dari kerumunan orang banyak itu, aryan yang tangannya masi digenggam armin dengan keras tersenyum melihat sari mengikuti mereka.

"aryan, aku mau bicara sama kau!" suara ucapan armin seperti mengancam dan dengan santainya aryan hanya menanggapi dengan siakp tenang.

"soal lala?"

armin mengajak aryan ketempat yang jauh dari keramaian, sari mengikuti disamping armin.

"ya, kau harus bertanggung jawab!" aryan tersenyum.

"aku bukan laki-laki pengecut, armin asal kau tahu saja apa yang kulakukan itu semua diluar kesadaranku"

"hmm, mana mungkin? melakukan begitu kok bisa diluar kesadaran? itukan cuma alasanmu, kalau kau mau membalas dendam jangan kau nodai lala tapi sebagai laki-laki hadapi aku! kita lanjutkan perhitungan kita bila perlu kita duet sampai mati!" tantang armin.

"kau salah mengerti, armin"

"mau cari alasan apa lagi ?!"

"demi tuhan, min. aku tidak mau mencari alasan apapun yang pasti didalam minuman kami ada yang mencampurkan obat"

"jadi kamu melimpahkan semua kesalahanmu pada orang lain? itu namanya bukan mencari alasan? bukan lelaki pengecut?!" kecam armin kesal.

"terserah anggapanmu yang penting kamu mau aku bertanggung jawab kan, oke aku akan melakukannya dan bertemu dengan lala dikemah"

"sekarang saja kau temui lala!"

"kau lihat apa yang kupakai bukan?"

armin memperhatikan tampilan aryan saat ini dimana dia sedang mengenakan pakaian adat bali yang sudah selesai dengan acara adat balinya.

"pantaskah aku kesana dengan pakaian begini?"

"biarkan dia pulang kerumahnya dulu, armin" sela sari.

"baik, tapi awas kau mempermainkan aku dan kau akan tahu akibatnya!" ancam armin sambil mengepalkan tinjunya kedepan wajah aryan.

"sabar armin, sabar. persoalan ini tidak akan selesai dengan kekerasan" kata sari menyadarkan emosinya yang sudah meluap-luap.

"silakan pulang sekarang dan aku tunggu kau dikemah!"

aryan melangkah pergi dia, mendekati mobilnya dan mulai mengendarai dengan cepat menuju kerumahnya sedangkan armin yang sejak  tadi menahan amarahnya segerah menghela napas tenang seperti seekor lembu yang sedang menahan sembelitnya, dia mengawasih mobil aryan yang meluncur meninggalkan tempat itu.

"ayo kita pulang, armin" ajak sari.

sari dan armin mengayunkan langkahnya dan berlalu meninggalkan tempat itu dan mulai merasa sedikit tenang dengan keputusan yang harus didengar mereka nanti.