Ririz's Pov
Nama ku Ririz Occta, aku gadis cantik dengan mata hazel yang sangat menarik. Aku lahir di keluarga yang begitu kaya raya dengan semua fasilitas yang serba ada. Kata orang aku lahir di keluarga yang begitu sempurna, hanya karena keluarga merupakan keluarga yang tidak pernah berkekurangan.
Aku cantik, anak orang kaya, hidup serba ada itu membuat banyak orang mengagumi aku. Banyak pria yang datang bertekuk lutut untuk membuat ku luluh. Namun tak ada satu pun dari mereka yang mampu mengambil hati ku, justru mereka membuat ku risih dengan semua yang mereka lakukan.
Sampai saat dimana Reondra datang menawarkan kasih sayang dan perhatian yang aku mau selama ini. Entah kenapa jantungku berdetak begitu cepat saat aku bersamanya bahkan wajahnya selalu muncul setiap kali aku membuka mata.
Aku tak pernah mendapat kasih sayang seperti yang aku mau karna itu aku sangat menikmati semua yang Reondra tawarkan untukku. Aku anak pengusaha terkenal di Jakarta, tapi apa yang aku punya tak pernah bisa memberi kebahagiaan yang aku mau. Mama, Papa, Kak Rena dan Kak Reza mereka yang aku punya namun tak pernah punya waktu untukku. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka hingga melupakanku.
Aku memang mendapat semua fasilitas yang aku mau tapi tidak dengan perhatian dan kasih sayang dari keluargaku. Jadi ketika Reondra datang menawarkan perhatian kasih sayang, aku terbuai dan menerimanya saat dia ingin aku menjadi miliknya.
Reondra : " Makasih ya sayang kamu mau jadi pacarku, kamu mau kan jadi mama dari anak-anak ku nanti nya?."
Ririz : " Iya sayang aku mau"
Reondra : " Aku cinta sama kamu sayang, kamu mau kan punya anak dari aku?"
Ririz : " Aku mau kok..."
Waktu berlalu hingga kelulusan sekolah pun tiba, aku dan Reondra masih berhubungan bahkan gaya berpacaran kami sudah bukan lagi pacaran sehat. Hari demi hari mengiringiku masuk dunia baru yang menurutku lebih menyenangkan dari hidup yang aku jalani selama ini. Aku pergi malam pulang pagi dalam keadaan mabuk berat bahkan terkadang aku pulang saat aku baru selesai bercinta dengan Reondra.
Semua ini membuatku terlena dan tak pernah terlintas di pikiranku tentang keluargaku. Yang aku tau keluargaku selalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing dan tak peduli kepadaku. Sampai suatu malam mama dan yang lain menunggu kepulanganku di ruang tamu, dan seperti biasanya aku pulang dalam keadaan mabuk.
Mama : " Darimana saja kamu jam segini baru pulang?"
Ririz : " Keluar sama temen"
Mama : " Kamu itu anak perempuan Riz, mau jadi apa kamu pulang dengan keadaan mabuk seperti ini."
Ririz : " Ahhh... Brisik ma, Ririz mau ngapain pun suka suka Ririz dong. Emang mama pernah peduli sama Ririz? Enggak kan jadi mending mama diem deh berisik sumpah"
Mama : " Mama peduli sama kamu karna kamu anak mama Riz..."
Ririz : " Apa??? Mama bilang mama peduli sama Ririz? Dimana kalian semua saat aku butuh kalian? Dimana kalian saat aku kesakitan? Dimana kalian saat aku butuh kasih sayang dan kehangatan keluarga? Apa kalian ada saat aku butuh kalian? Kalian selalu sibuk bahkan terlalu sibuk hingga tak pernah ada waktu untuk ku."
Mama : " Kalau kami gak sayang sama kamu, kamu gak akan dapet fasilitas seperti sekarang ini Riz...."
Ririz : " Mama memang bisa kasih fasilitas mewah buat Ririz ma, namun tidak dengan waktu mama buat kasih Ririz perhatian dan kasih sayang yang Ririz mau ma. Ririz gak minta mama kasih Ririz banyak hal tapi Ririz cuma minta kasih sayang itu aja. Apa itu salah ma?"
Plak... Sebuah tamparan yang sangat keras mendarat dipipiku hingga aku jatuh tersungkur. Rasa panas menjalar di pipi ku, dan tanpa sadar air mata ku mulai mengenang siap tumpah sewaktu-waktu.
Ririz : " Kakak tampar Ririz??? Tampar lagi silahkan kenapa cuma sekali doang lakuin sampe kalian puas."
Sekali lagi sebuah tamparan keras kembali mendarat di pipiku, hingga sesuatu yang basah mengalir dari surut bibir ku. Rasanya perih, sial sudut bibir ku sobek karena tamparan kakak ku barusan.
Ririz : " Kenapa gak bunuh aja Ririz sekalian, percuma Ririz ada di keluarga ini. Keluarga ini sudah lengkap tanpa Ririz karna semua tak pernah peduli."
Ku tahan rasa sakit di pipiku dan goresan luka di hatiku. Aku segera berlari menuju kamarku mengunci diri menangis hingga terlelap dalam tidur. Ku harap aku segera mendapatkan bahagia ku atau ku harap ketika aku membuka mata ini semua hanya mimpi buruk yang tak sengaja singgah dalam tidur ku.
Setelah kejadian malam itu aku masih tetap melakukan semua yang aku mau. Aku tak peduli dengan keluargaku toh mereka juga tak pernah perduli akan apa yang aku lakukan. Seakan kehadiran ku tak pernah penting untuk mereka semua yang berstatus sebagai keluarga ku.
Aku punya banyak teman di dunia kelam ku, mereka juga memiliki masalah yang hampir sama dengan ku. Ditambah aku juga masih sering bercinta dengan Reondra, tapi beberapa bulan terakhir ini kurasakan ada yang berubah dengan Reondra. Keesokan paginya kuputuskan untuk menemui Reondra di tempat biasa dia nongkrong dipagi hari karena beberapa hari terakhir dia menjadi sangat sulit untuk di hubungi.
Betapa terkejutnya aku saat aku melihat dengan mata kepalaku sendiri seseorang yang sangat aku cintai sedang bermesraan dengan perempuan lain. Sakit ya teramat sakit yang ada di hatiku, terlalu dalam luka yang menggores bahkan menyayat hatiku. Kulangkahkan kakiku mendekat kearah Reondra dan perempuan itu.
Ririz : " Jadi ini yang kamu lakukan dibelakang aku Reondra??? Kamu hebat Ndra bisa memporakporandakan hatiku. Setelah kamu bisa nikmati tubuhku, ini yang kamu lakukan dibelakangku. Reondra mulai sekarang kita putus, jangan pernah cari aku bahkan muncul lagi di hidupku. Kamu yang kuanggap berbeda ternyata sama brengseknya."
Reondra : " Ririz tunggu aku bisa jelasin semuanya."
Ririz : " Ngga ada yang perlu dijelasin semua sudah teramat sangat jelas."
Aku berlalu dan pergi menjauh dari mereka, melangkahkan kaki berusaha berlari dengan menahan tangis dan luka di hati. Sial sial sial betapa brengseknya alur kehidupan yang harus aku jalani ini. Keluarga ku terlalu sibuk dan tidak pernah peduli terhadap ku dan sekarang orang yang aku cintai menghianati aku.
Ririz : " Kenapa Tuhan gak adil??? Kenapa Tuhan gak kasih aku orang yang sayang sama aku dengan tulus. Keluargaku begitu tidak perduli tentang hidupku sekarang bahkan orang yang aku cintai menghianatiku."
Tunggu aku melupakan sesuatu, beberapa hari belakangan ini aku merasa sangat sensitif dan mudah sekali lelah. Arrgghhh sial aku baru ingat aku sudah 2 bulan terlambat datang bulan. Perasaan ku makin tak karuan, semoga semua baik-baik saja. Aku ke apotek untuk membeli tespek untuk mengecek apakah ketakutan ku benar atau tidak.
Pagi nya begitu aku bangun aku langsung melakukan pengecekan, sambil menunggu hasil aku terus berusaha memenangkan hati ku bahwa semua akan baik-baik saja. Garis dua... arrgghh sial... aku hamil??? Hasil nya positif??? What the fuck... aku harus apa??? Bagaimana ini??? Arrgghh bangsat, sialan.
Pikiran ku sangat kacau sekarang, bagaimana dengan janin dalam kandungan ku ini nantinya??? Argghh cobaan macam apa lagi ini Tuhan??? Ya Tuhan apa ujian yang di berikan masih terlalu ringan hingga sekarang aku di uji dengan hal seperti ini lagi??? Aku yang terpuruk hingga tidak sadar bahwa hari ini sudah begitu gelap.
Jam menunjukan pukul 10 malam, aku bersiap dan mengambil kunci mobil ku untuk pergi ke Bar menenangkan pikiran. Aku selalu datang ke tempat terkutuk ini hanya untuk melampiaskan rasa sakit ku dan juga menghilangkan penat di dalam pikiran ku.
Aku minum begitu banyak hingga mabuk berat, kepala ku sudah berdenyut dan aku tak peduli itu. Dalam kondisi mabuk satu hal yang terlintas dipikiranku saat ini, mengakhiri hidup mungkin solusi terbaik untuk ku. Buat apa aku hidup tak ada bedanya bukan ada atau tidak adanya aku didunia ini??? Keadaan dan takdir bahkan tak berpihak kepadaku sama sekali.
Aku berjalan kearah toilet mengambil pecahan kaca dan tanpa pikir panjang lagi ku gores nadiku hingga darah segar mengucur deras dari tanganku. Dan seketika semua menjadi gelap tanpa ada cahaya dan aku tidak peduli apa yang akan terjadi setelah ini. Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran aku bergumam mengucapkan selamat tinggal untuk Mama, Papa, Kak Rena dan Kak Reza sambil meminta maaf. Setelahnya aku benar-benar menutup mata ku tenggelam dalam kegelapan yang ku ciptakan.