Ririz's Pov
Setelah pulang dari rumah Reondra aku bertekad untuk bangkit, aku punya alasan berjuang sekarang, ya aku memiliki dia yg masih berdiam dalam rahim ku dan juga seorang wanita yang mau terus berada di samping ku. Aku bersyukur bertemu dengan dia yang tidak menganggap aku sebagai orang yang hina sama seperti yang keluarga ku lakukan karena kesalahan ku ini.
Sejak hari dimana dia menyelamatkan nyawaku waktu itu, aku sudah berjanji pada diri ku sendiri jika aku akan menjadi wanita yang lebih kuat lagi. Tak peduli seberapa sering aku terjatuh, tak peduli seberapa lelah aku harus berjuang tapi aku akan melakukan sebaik yang aku bisa. Aku ingin membuat kebaikan yang dia lakukan untuk ku tidak sia-sia dan aku ingin menjadi Mommy terhebat untuk anak ku nantinya.
Jika aku harus kehilangan seluruh impian dan juga masa depan ku maka hal itu cukup terjadi kepada ku dan tidak akan aku biarkan hal yang sama terjadi kepada buah hati ku. Dia harus memiliki masa depan yang lebih cerah di banding Mommy nya, dia harus menggapai semua impiannya dan aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan kehidupan yang layak untuknya.
Sudah lebih dari satu Minggu aku hidup bergantung pada Vie dan aku tidak ingin lagi menjadi parasit untuknya jadi hari ini aku putuskan meminta ijin untuk mencari pekerjaan saja. Setelah urusan ku dengan Reondra maupun keluarga ku selesai Vie ijin untuk bekerja dan aku di tinggal sendirian di Apartment nya ini, karena itu juga aku ingin bekerja setidaknya aku memiliki uang hasil keringat ku sendiri.
Hari ini pun aku di tinggal sendirian di Apartment tapi Vie selalu saja menyiapkan semua yang aku butuhkan di dalam apartment ini, dia benar-benar orang yang sangat baik. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore tapi Vie belum juga pulang, aku sudah memasak makanan supaya ketika dia pulang bisa langsung makan dulu. Aku tau dia pasti lelah setelah seharian bekerja, ahhh iya sebenarnya aku tidak tau Vie bekerja dimana dan sebagai apa karena dia tidak pernah bercerita kepada ku.
Aku menunggu Vie pulang sambil menonton TV di ruang santai, sebenarnya aku penasaran kenapa Vie tinggal sendirian di Apartment semewah ini dan dimana keluarganya??? Tapi untuk menanyakan hal itu aku tak memiliki keberanian sama sekali memang pengecut aku ini. Aku masih sibuk dengan pikiran ku mengenai Vie hingga aku tak menyadari orang yang sedari tadi aku pikirkan sudah berjongkok di depan ku sambil menampilkan senyum terbaik yang dia miliki.
Aku tersentak saat tangannya mengusap rambut ku dengan lembut, tapi ketika aku menyadari bahwa dia adalah wanita yang aku tunggu sejak tadi aku pun membalas senyumannya dengan senyum terbaik yang aku miliki. Tidak pernah sekalipun Terbesit kata bosan untuk menatap wajah cantik dan senyum menawan milih wanita ini. Jika anak ku terlahir dengan jenis kelamin perempuan, aku harap anak ku bisa menjadi seseorang secantik dan sebaik Vie.
Ririz : " Kamu sudah pulang??? Kapan masuk nya kok aku ngga tau kamu masuk sih???"
Vie : " Emmm udah sekitar lima menit yang lalu, kamu aku liatin dari tadi ngga nyadar malah asik ngelamun doang. Ada yang di pikirin kah???"
Ririz : " Sebenernya ada tapi dibahas nanti aja ya kamu pasti cape kan? Makan dulu yuk terus habis itu kamu mandi atau mau di pijitin dulu???"
Vie : " Ya udah yuk makan ehhh tapi mau makan apa???"
Ririz : " aku udah masak kok hehehe dari tadi aku tunggu kamu tapi ngga pulang-pulang"
Vie : " Ngga usah repot-repot dong kamu nya, ya udah ayo makan habis itu aku mandi setelah mandi mau temenin aku ngga???"
Ririz : " Mau kemana???"
Vie : " Aku masih ada sedikit kerjaan tapi cuma sebentar nanti temenin aku ke tempat kerja aku ya terus habis itu ke mall buat beli baju."
Ririz : " Mau beli baju lagi??? Itu baju di lemari mu udah banyak banget lho Vie mau buat apa??"
Vie : " Bukan buat aku tapi buat kamu, lagipula baju mu kan hanya beberapa lembar di lemari."
Ririz : " Ngga usah repot-repot Vie aku pake baju yang biasanya juga ngga apa kok."
Vie : " Ngga ada bantahan. Ya udah ayo makan sekarang aku udah laper siang tadi ngga sempet makan siang akunya."
Ririz : " Ya udah ayo makan dan kamu harus makan yang banyak."
Vie : " Siap laksanakan tuan putri..."
Aku terkekeh pelan menanggapi ucapannya barusan sebelum aku memilih beranjak dari duduk ku mengikuti langkahnya. Kami berdua segera menuju meja makan, aku mengambilkan nasi di piring Vie sekalian dengan beberapa jenis masakan yang sudah ku buat tadi lalu menyerahkan piring tersebut kepada Vie. Dia tersenyum, mengucapkan terimakasih dan aku hanya menganggukkan kepala ku sebagai jawabannya. Aku selesai mengambil makanan untuk diriku sendiri dan duduk berhadapan dengan Vie. Setelah siap kami berdua berdoa bersama sebelum melahap makanan kami masing-masing.
Setelah selesai makan Vie mandi dan aku hanya menunggu sambil menonton TV kembali. Dua puluh menit kemudian Vie sudah siap, dia benar-benar cantik meski hanya berbalut pakaian yang sederhana. Bagaimana tidak dia hanya mengenakan kaos berwarna putih dengan lengan yang sedikit di gulung keatas dan juga celana panjang hitam yang memiliki sobekan di bagian lututnya yang di padu dengan sepatu Converse all star warna putih. Dia benar-benar nampak sempurna dan aku masih saja diam menikmati pesona yang dimiliki Vie hingga suaranya yang lembut mengembalikan kesadaran ku sepenuhnya.
Aku hanya tersenyum canggung saat ketahuan memperhatikan nya seperti tadi, dia menyuruh ku mandi dan berganti pakaian dengan baju yang sudah dia siapkan diatas ranjang kami. Kenapa aku mengatakan ranjang kami?? Karena dia sendiri yang bilang bahwa apartment ini sekarang milik kami berdua hehehe. Aku tak ingin membuat dia menunggu terlalu lama jadi aku segera mandi dan turun kembali setelah selesai mengenakan apa yang sudah Vie siapkan tadi.
Aku benar-benar menyukai apa yang dia siapkan untuk ku, dress warna hitam dengan hills 5cm dengan warna senada, aku benar-benar menyukai warna hitam dan lagi-lagi Vie tau tentang itu. Aku tipe wanita yang feminim dan aku sangat menyukai sesuatu yang berbau feminim seperti ini. Dia sangat tau selera fashion ku tanpa aku mengatakannya, entah bagaimana dia bisa tau tapi yang jelas dia mengerti apa yang membuat ku nyaman dan mana yang membuat aku tidak nyaman. Aku turun menghampiri Vie yang saat melihat ku memberikan ekspresi yang sama seperti saat aku memperhatikan dia tadi. Wajahnya terlihat lucu saat bengong seperti itu, aku yakin pipi ku sudah memerah sekarang menahan malu karena dia terus memperhatikan ku tanpa berniat untuk mengedipkan matanya.
Ririz : " Udah belum liatin nya??? Jadi pergi ngga nih???"
Vie : " Ehhh iya hehehe ayo kita ke Cafe dulu ya..."
Ririz : " Katanya ke tempat kerja kamu kok malah ngajak ke Cafe???"
Vie : " Emmm itu maksudnya ke Cafe tempat kerja aku gitu iya gitu..."
Vie menjawab dengan gugup yang membuat aku terkekeh pelan, aku suka saat bersama dengan Vie rasanya seperti seluruh beban berat yang aku pikul lenyap begitu saja. Aku seperti memiliki kekuatan lebih untuk menjalani hidupku ini, aku seperti menemukan sumber kekuatan yang besar untuk menjalani apapun kedepan. Dia benar-benar hangat dan itu membuat aku merasakan rasa nyaman yang belum pernah aku temukan pada diri orang lain meski pada Reondra sekalipun. Aku tersenyum dan kami segera bergegas menuju basement untuk mengambil mobil.
Vie menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang hingga tiga puluh menit berlalu mobil berhenti tepat di parkiran Cafe yang cukup luas. Di atas pintu masuk terdapat tulisan besar "ViCaf", aku sempat tertegun dengan interior Cafe ini. Nuansa yang disuguhkan benar-benar mampu menenangkan perasaan. Vie mengajak ku masuk, dia menyapa semua pegawai di sana dengan ramah dan senyum hangat yang menenangkan.
Semua pegawai ikut tersenyum kala Vie menyapa dan memberikan senyumannya, sebuah senyuman yang mampu membuat orang lain ikut tersenyum ketika melihatnya. Senyum hangat yang selalu aku sukai dari sosok wanita baik ini, senyuman yang begitu menghangatkan hati.
Vie menggenggam tangan ku dan membawa ku masuk kedalam sebuah ruangan yang cukup besar yang aku yakini sebagai ruangan Manager Cafe karena emang ada tulisannya di pintu masuk tadi hehehe. Ehhh jadi Vie bekerja sebagai Manager di Cafe ini??? Wahh hebat sekali padahal umurnya baru 20 tahun. Vie meminta ku duduk di sofa sedangkan dia duduk di meja kerjanya dan sibuk berkutat dengan berkas-berkas yang penuh dengan angka, aku yakin berkas di tangan nya adalah laporan keuangan Cafe ini.
Vie mengambil kaca mata baca di dalam tas nya setelah melihat sekilas berkas yang kini berserakan di mejanya, matanya bergerak dengan perlahan untuk meneliti kembali laporan tadi. Wajahnya nampak sangat serius yang membuat dia terlihat lebih cantik 100% dari biasanya. Sesekali dia mengerutkan dahinya saat menemukan hal yang ganjil dan detik berikutnya dia mulai melingkari atau mencoret laporan yang ganjil sambil memberikan catatan revisinya.
Dengan iseng aku mengambil ponselku dan memotretnya secara diam-diam, sebenernya bukan baru kali ini aku memotretnya tapi setiap kali dia tidak menyadari keberadaan ku maka aku akan mengeluarkan ponsel ku untuk aktivitas yang sama. Aku mengumpulkannya dan menyimpannya di dalam galeri ponsel ku. Aku suka ketika dia menunjukkan berbagai ekspresi entah kenapa aku sangat bahagia menatapnya seperti seorang bidadari tapi mungkin dia memang bidadari yang Tuhan berikan untuk ku.
Setelah puas mengambil foto dirinya aku kembali menyimpan ponsel ku di dalam saku sambil terus memperhatikan Vie yang masih sibuk berkutat pada berkasnya. Aku berdehem sebentar untuk mengalihkan perhatiannya supaya terfokus kepada ku, dan berhasil dia langsung menoleh kearah ku.
Ririz : " Vie... Emmm aku ingin mengatakan sesuatu..."
Vie : " Baiklah tunggu sebentar aku akan pindah ke situ supaya lebih enak ngobrolnya."
Vie berjalan menghampiri aku dan langsung duduk di sampingku, memberikan senyum hangat nya dan mengalihkan seluruh perhatiannya kepada ku. Andai saja aku ini seorang pria maka aku akan dengan segenap hati mencoba mendapatkan wanita di hadapan ku ini. Sayangnya aku seorang wanita jadi aku akan terus mengaguminya sebagai seperti idola ku.
Ririz : " Emmm anu aku sebenarnya itu apa..."
Vie : " Katakanlah perlahan Riz..."
Ririz : " Emmm aku ingin meminta ijin untuk mencari pekerjaan besok..."
Vie : " Kenapa kamu ingin bekerja??? Apakah fasilitas yang aku berikan itu kurang??? Katakan saja apa yang kurang biar bisa aku beli secepatnya..."
Ririz : " Bukan begitu Vie, bahkan semua fasilitas yang kamu berikan itu sudah sangat cukup untuk ku lebih malah. Emmm aku hanya tak ingin merepotkan mu untuk kebutuhan ku itu saja."
Vie : " Aku tak merasa direpotkan jadi jangan berbicara seperti itu Riz..."
Ririz : " Aku ingin belajar mandiri Vie, aku tak mau terus-terusan menjadi beban untuk kamu. Aku ingin memiliki uang hasil keringat ku sendiri, aku ingin belajar bertanggung jawab atas diriku sendiri. Kamu sudah terlalu baik kepada ku Vie jadi aku ingin memperbaiki diri dan mulai belajar bertanggung jawab, apakah boleh???"
Aku menunduk karena takut jika Vie tersinggung dengan keinginan ku ini pasalnya setelah aku mengatakan alasan ku Vie malah terdiam untuk beberapa saat tapi kemudian dia menggenggam tangan ku yang membuat aku memberanikan diri mengangkat kepalaku untuk melihatnya. Bukan wajah marah yang aku lihat, Vie justru mengeratkan genggaman tangannya dan memberikan senyuman manis yang lagi dan lagi membuat ku terpesona.
Vie : " Baiklah jika kamu ingin bekerja dan belajar bertanggung jawab atas dirimu sendiri..."
Ririz : " Jadi aku boleh mencari pekerjaan??? Aku boleh bekerja???"
Aku sangat senang ketika dia berbicara seperti itu dengan senyum yang tak luntur terukir di wajah cantiknya. Dia mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ku tadi dan secara spontan aku memeluknya erat. Entah kenapa aku bisa sebahagia ini padahal hanya karena Vie mengijinkan aku untuk mencari pekerjaan. Dengan refleks aku memeluk tubuh wanita ini dengan cukup erat saking bahagianya.
Vie : " Kamu boleh bekerja tapi kamu hanya boleh bekerja di Cafe ini supaya aku bisa mengawasi mu setiap hari bagaimana??? Jika kamu tidak mau ya sudah tak perlu bekerja cukup di apartment aja ngga usah kemana-kemana. Duit ku masih cukup untuk kita hidup kedepannya kok."
Aku mengurai pelukan ku dan menatapnya, manusia satu ini kadang-kadang menjengkelkan dengan sikap sok sombong nya itu. Tapi aku juga tidak tau apakah benar uang yang dia miliki masih seberapa banyak untuk hidup kami kedepannya. Tapi sejauh yang aku lihat memang benar dia memiliki cukup alasan untuk mengatakan hal semacam itu.
Ririz : " Bagaimana bisa aku bekerja di sini, pemilik Cafe ini saja aku tidak tau."
Vie : " Tenang aja kamu udah ketemu sama yang punya Cafe kok dan mulai besok kamu udah bisa kerja, kamu mau kerja di bagian apa???"
Ririz : " Ehhhh serius??? Emang pemilik Cafe nya yang mana kok aku ngga liat dari tadi??? Emmm kerja di kitchen aja deh ngga apa atau jadi pelayan pun juga ngga apa..."
Vie : " Pemilik Cafe nya orang yang barusan kamu peluk itu, ya sudah kamu besok mulai kerja ya di bagian kitchen tapi kalau pas rame minta tolong bantu antar pesanan untuk pelanggan ya..."
Ririz : " What??? Tunggu jadi kamu yang punya Cafe ini???"
Vie : " Hehehe iya..."
Ririz : " Kok kamu ngga bilang sih??? Sejak kapan kamu punya Cafe ini??? Setahuku Cafe ini sudah lama ada, bahkan sudah ada beberapa cabang kan di kota ini???"
Vie : " Udah dari lama hehehe pas aku masih sekolah."
Ririz : " Kamu hebat makasih banyak Vie tapi tolong jangan perlakukan aku dengan spesial ya ketika sedang bekerja aku ini karyawan mu. Aku akan berusaha melakukan tugas ku sebaik mungkin, aku tak ingin orang lain iri jika kamu memperlakukan aku dengan spesial."
Vie : " Baiklah baiklah tapi kamu harus berjanji untuk selalu baik-baik saja okey??? Jika tidak jangan salahkan aku jika aku bertindak spesial..."
Ririz : " Iya iya bawel..."