Chereads / Wanita Kuat / Chapter 5 - Part lima

Chapter 5 - Part lima

Ririz's Pov

Vie tersenyum dan mengusap rambut ku dengan gemas kemudian dia pamit untuk menyelesaikan pekerjaannya kembali. Setelah dia selesai dengan seluruh berkas tadi, dia segera mengajak ku untuk pergi ke mall seperti yang sudah dia rencanakan tadi. Dua puluh menit perjalanan dan kami sampai di salah satu mall besar yang ada di kota ini. Setelah memarkirkan mobil Vie mengajak ku masuk kedalam "Vi'Boutique" aku sangat tau butik ini karena dulu aku sering menghabiskan uang untuk membeli pakaian disini, iya dulu ketika aku masih menjadi bagian dari keluarga Robert Geovani.

Ahhhh apa aku lupa memperkenalkan nama lengkap ku yang sebenarnya??? Baiklah nama lengkap ku sebenarnya adalah Ririz Occta Manuella Robert. Aku adalah anak terakhir dari pasangan Manuella Alexis dan Robert Geovani. Aku memiliki kakak Laki-laki bernama Rezallio Manuella Robert dan aku juga memiliki seorang kakak perempuan bernama Renavio Manuella Robert. Papa adalah Presiden Direktur Robert Corp, Mama adalah pemilik Manuella Resort, Kak Reza bekerja sebagai CEO di perusahaan Papa dan kak Rena bekerja sebagai Model sekaligus pengelolaan Resort milik Mama.

Ahhhh kembali ke kenyataan lagi, Vie menggenggam tanganku lalu membawaku masuk dan yang aku lihat semua karyawan butik ini tersenyum sambil memberikan salam kepada Vie dengan sebutan Nona. Tunggu jangan bilang jika butik ini juga punya dia??? Wow betapa hebatnya wanita di samping ku ini di usianya yang masih muda dia sudah memiliki usaha sendiri wahh ini gila benar-benar gila. Ahhh aku jadi semakin mengidolakan wanita ini dan aku harap aku bisa menjadi seperti dia suatu hari nanti.

Aku ingin menjadi Mommy yang bisa dibanggakan oleh anak ku nantinya, aku juga ingin wanita ini bangga ketika melihat ku. Aku akan melakukannya secara perlahan, sebenernya aku memiliki properti yang tidak di ketahui oleh keluarga ku. Aku memiliki sebuah Perusahaan di bidang otomotif, Perusahaan yang diberikan oleh mendiang nenekku Teresia Alexia. Perusahaan itu sudah dijadikan atas namaku, tapi nenek berpesan kepada orang kepercayaannya untuk baru mengijinkan aku menjadi Presiden Direktur jika aku sudah benar-benar mampu bertanggungjawab atas apa yang nenek berikan dan aku akan membuktikannya.

Vie sibuk memilih pakaian yang menurutnya cocok untuk aku kenakan bahkan jika aku hitung baju yang dia ambil sudah lebih dari 20 lembar tapi dia masih mencari baju-baju lain koleksi dari butik ini. Aku semakin penasaran dengan sosok wanita di hadapan ku ini, dia terlihat begitu kuat dan berkepribadian positif tapi aku penasaran apa saja yang sudah dia lalui hingga bisa terlihat sekuat ini. Apakah dia pernah menangis??? Apakah dia pernah terluka??? Atau hidupnya benar-benar sempurna sehingga dia tidak pernah merasakan rasa sakit??? Dia benar-benar membuat aku penasaran dengan jalan cerita hidupnya, bagaimana dia bisa menjadi dia yang sekarang??? Bagaimana dia bisa hidup seperti sekarang??? Entah kenapa aku rasa dia juga sudah melalui banyak hal berat di hidupnya sehingga dia bisa menjadi begitu kuat seperti saat ini.

Tiga puluh menit Vie memilih banyak baju, dia meminta ku untuk mencoba beberapa dress yang dia pilihkan dan aku hanya menuruti apa yang dia inginkan. Aku masuk ke ruang ganti lalu keluar dengan baju yang Vie pilihkan mencoba dari dress pertama hingga dress terakhir dan Vie hanya tersenyum puas melihat semua yang dia pilihkan nampak pas untuk ku kenakan. Saat sudah selesai aku menghampiri Vie yang masih duduk manis diatas sofa yang berhadapan dengan kamar ganti tadi. Lalu tak lama Vie memanggil seorang wanita yang sejak tadi sibuk dengan mesin jahitnya.

Vie : " Dea, kemari sebentar bisa???"

Dea : " Ya ada apa Nona memanggil saya???"

Vie : " Ahhh ini aku sudah membuat beberapa desain dress tolong buat dengan ukuran wanita di samping ku ini ya... Untuk warnanya hanya gunakan warna hitam dan putih saja dia tidak suka warna lain selain dua warna itu. Setelah selesai tolong kirimkan ke apartment ku bisa???"

Dea : " Tentu saja Nona, apakah buru-buru???"

Vie : " Tidak tapi aku harap kamu bisa menyelesaikannya secepat mungkin. Ohhh tapi bagaimana dengan pekerjaan mu??? Apakah sudah selesai???"

Dea : " Sudah Nona hanya tinggal finishing saja, setelah pekerjaan saya selesai ini akan langsung saya kerjakan Nona. Tapi bolehkah saya mengukur badan Nona ini???"

Vie : " Baiklah Dea terimakasih untuk kerja keras mu, silahkan jika kamu mau mengukur badannya."

Aku masih syok dengan apa yang baru saja terjadi, otak ku masih sibuk mencerna apa yang Vie lakukan barusan dan sejak kapan dia membuat desain yang sudah berada di tangan wanita yang di panggil Dea tadi??? Tangan nya bergerak menyentuh lembut pundak ku membuat aku sedikit tersentak tapi aku langsung beranjak mengikuti Dea.

Vie : " Ahhh iya Dea tolong untuk desain di lembar ke lima buat bagian perutnya sedikit longgar atau gunakan bahan yang lentur supaya dia lebih nyaman memakainya karena dalam desain itu ku buat press body tidak seperti yang lainnya..."

Dea : " Baik Nona akan saya catat sebentar... Nahh sudah Nona ada lagi???"

Vie : " Sudah itu saja terimakasih Dea..."

Dea : " Sama-sama Nona kalau begitu saya pamit untuk menyelesaikan pekerjaan saya Nona..."

Vie : " Baiklah kalau begitu aku juga pamit pulang dulu nanti sampaikan kepada Rio untuk mengirimkan laporan Minggu ini ya... Sampai jumpa semua"

Vie menggenggam tanganku dan mengajak ku untuk kembali ke apartment dengan alasan dia tak ingin aku terlalu capek kasihan Dedek bayi katanya. Aku tersenyum dan mengikuti keinginannya karena hari juga semakin gelap, setelah sampai di apartment dia memintaku untuk masuk ke dalam kamar dan dia berjalan menuju dapur. Selang sepuluh menit Vie masuk kedalam kamar membawa sebuah baskom kecil dan juga sebuah lilin aromaterapi. Dia memintaku duduk dan mulai berjongkok di hadapan ku memasukkan kedua kaki ku kedalam baskom yang berisi air hangat dan dia memijatnya secara perlahan-lahan.

Vie : " Aku tau kaki mu terasa pegal kan???"

Ririz : " Apakah kamu punya kemampuan membaca pikiran??? Aku heran banyak hal yang kamu tau tanpa harus repot-repot ku beri tau, bagaimana bisa seperti itu???"

Vie : " Kamu ini ada-ada aja masa iya aku punya keahlian membaca pikiran. Aku hanya memiliki kepekaan yang sangat sensitif terhadap sekitar jadi aku bisa tau meski tanpa di beri tau..."

Ririz : " Aku kira kamu memiliki kemampuan spesial hehehe..."

Vie hanya tersenyum sambil melanjutkan kembali memijat kaki ku yang benar-benar terasa pegal padahal aku hanya berjalan sebentar saja, apakah ini efek karena aku sedang hamil ya??? Ahhh entahlah tapi syukurlah berkat Vie rasa pegalnya mulai hilang. Vie beranjak ke arah nakas sebelah tempat tidur mematikan lampu dan menyalakan lilin aromaterapi yang tadi dia bawa lalu meletakkannya di atas nakas. Vie kembali memijat kaki ku dengan lembut, aromaterapi dari lilin yang Vie nyalakan semakin membuat ku merasakan ketenangan.

Ririz : " Vie.... Boleh aku bertanya kepada mu???"

Vie : " Tanyakan saja apapun yang ingin kamu tanyakan akan aku jawab..."

Ririz : " Emmm maaf jika aku lancang bertanya seperti ini tapi sungguh aku ingin tau. Ada begitu banyak pertanyaan yang terus berputar didalam otak ku mengenai diri mu."

Vie : " Baiklah jika begitu tanyakan semua yang ingin kamu tanyakan..."

Ririz : " Emmm pertama apakah kamu memiliki keluarga???"

Vie : " Tentu saja aku memilikinya..."

Ririz : " Apakah kamu tidak pernah bersedih???"

Vie : " Hehehe bagaimana mungkin manusia tidak merasakan kesedihan Riz??? Yang benar saja hahaha kamu ini lucu sekali..."

Ririz : " Seberapa berat hidup yang kamu jalani sampai bisa membuat mu sekuat ini???"

Vie terdiam dan secara refleks berhenti memijat kaki ku, sejenak dia menunduk dan detik berikutnya dia menghembuskan nafasnya berat. Vie memintaku berbaring dan dia ikut berbaring di samping ku, tanpa banyak bicara aku hanya mengikuti apa yang dia katakan. Vie sama sekali tidak menatapku tapi justru matanya fokus menatap langit-langit kamar, apa seberat itu menjawab pertanyaan yang aku lontarkan tadi??? Aku mengubah posisiku untuk menatap wajahnya dari samping, Vie kembali menghembuskan nafas beratnya lalu secara tiba-tiba Vie menatap ku dan tersenyum tapi setelahnya dia kembali ke posisinya yang tadi menatap kembali langit-langit kamar.

Vie : " Aku tau kamu pun ingin bertanya kenapa aku hanya tinggal sendirian jika aku memiliki keluarga bukan??? Aku juga tau pasti kamu penasaran bahkan foto anggota keluarga ku saja tidak ada satupun yang terpasang di semua sudut tempat ini bukan??? Aku akan menjawabnya, aku akan menceritakan bagaimana aku terdampar di tempat ini sendirian. Sebelumnya perkenalkan nama lengkap ku adalah Viana Clara Mahendra."

Ririz : " Tunggu... Viana Clara Mahendra???"

Vie : " Iya aku Viana Clara Mahendra anak dari Alberto Mahendra sang CEO Mahendra Company dan Clara Valencia pemilik Clara Boutique sekaligus adik dari Bernadeta Clara Mahendra sang penerus kedua orang tua ku. Sebenarnya aku sangat menyayangi mereka karena merekalah keluarga ku. Jika kamu bertanya bagaimana aku bisa seperti saat ini maka aku akan menceritakan kisah nya."