Chereads / Wanita Kuat / Chapter 7 - Part tujuh

Chapter 7 - Part tujuh

Ririz's Pov

Aku menangis ketika mendengar apa yang sudah di lalui Viana hingga berakhir seperti ini. Aku jadi paham jangan tanya seberapa kuat seseorang tapi tanya apa saja yang sudah dia lalui hingga membuat dia menjadi sekuat sekarang. Mungkin kalimat itu sangat pantas untuk ditujukan kepada Vie, seorang wanita yang nampak begitu kokoh di luar namun aku tau dia juga memiliki sisi rapuh di dalam.

Sisi lemah yang coba dia sembunyikan lewat senyuman, beban berat yang coba dia singkirkan dengan canda tawa. Dia begitu hebat menjadi penopang untuk orang lain disaat dia juga membutuhkan seseorang meski hanya sekedar untuk bersandar.

Ririz : " Terimakasih sudah memberikan banyak pelajaran nyata untuk ku. Mari berjuang bersama, mari buktikan pada dunia siapa wanita kuat di dunia. Mari kita buat dunia tunduk dibawah kaki kita, mari bergandengan tangan saling menggenggam dan saling menguatkan. Jangan lagi pendam semuanya sendirian buat aku jadi sandaran disaat kamu membutuhkan penopang, aku juga ada buat kamu sama seperti kamu ada buat aku..."

Kami berpelukan menumpahkan segala sesak yang menghimpit dada, aku menyesal sekarang dan aku jadi paham hidup yang aku keluhkan kemarin mungkin saja adalah hidup yang di inginkan orang lain. Tuhan ampuni aku yang sangat berdosa ini, bagaimana aku bisa menyia-nyiakan berkat atas hidup ku ini. Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk memperbaiki semuanya, kami menangis hingga lelah dan tertidur.

Tak terasa cahaya matahari sudah menyapa kami dari balik tirai jendela kamar, aku melihat Vie yang masih terlelap dan ku putuskan untuk turun membuat sarapan karena hari ini aku harus bersiap untuk berangkat kerja. Sebenarnya aku tak begitu terbiasa menyiapkan sesuatu karena biasanya sudah ada pembantu yang menyiapkan seluruh keperluan harian ku. Tapi mulai hari ini aku harus lebih bisa bertanggung jawab atas diriku sendiri jadi mari mulai dari sekarang.

Aku turun ke dapur, mencepol asal rambut, memasang apron dan mengambil beberapa bahan untuk membuat nasi goreng untuk aku dan juga Vie. Setelah tiga puluh menit berkutat dengan bahan-bahan dapur akhirnya dua porsi nasi goreng sudah siap untuk di hidangkan. Aku kembali naik ke atas untuk membangunkan Vie agar kami bisa sarapan bersama pagi ini.

Ririz : " Vie bangun yukk cuci muka dulu terus sarapan, aku udah masak buat sarapan kita..."

Vie : " Emmm baiklah aku ke kamar mandi dulu ya kamu tunggu di bawah aja abis ini kita sarapan berdua..."

Ririz : " Ya sudah aku tunggu di bawah ya..."

Vie mengangguk dan aku bergegas untuk turun, tak butuh waktu lama Vie sudah turun dan kami langsung melahap makanan yang sudah ada di hadapan kami dengan sesekali diselingi canda tawa dan obrolan ringan. Dalam hati aku bersyukur untuk kesempatan kedua yang Tuhan berikan dan kali ini tak akan lagi ku sia-siakan begitu saja. Setelah selesai makan kami mandi bergantian dan bersiap menuju Cafe karena ini adalah hari pertamaku bekerja.

Usia kandungan ku sekarang sudah menginjak angka 6 Minggu masih cukup rawan sehingga aku harus benar-benar berhati-hati. Aku tak ingin buah hati ku ini terluka, aku harus menjaganya karena dia satu-satunya harta yang aku miliki selain Vie tentunya. Aku menuntaskan seluruh rangkaian ritual mandi dan mengenakan pakaian yang sudah di siapkan Vie untuk ku kenakan hari ini.

Dua puluh menit perjalanan kami sudah sampai di Cafe, aku meminta Vie untuk memperlakukan aku sama seperti karyawan yang lainnya dan dia adalah sosok pemimpin yang sangat profesional ketika itu menyangkut tentang pekerjaan. Seperti biasa sebelum memulai seluruh pekerjaan kami berdoa bersama dan dilanjutkan dengan briefing singkat dan juga pengenalan aku sebagai karyawan baru di sini. Vie menunjuk Bianca untuk menjadi mentor ku, Bianca yang akan mengajarkan aku tentang cara memasak menu di Cafe tapi sebelum aku diijinkan untuk menyajikan makanan kepada pelanggan Vie memintaku untuk memasak beberapa menu dan mengantarkannya ke ruangannya.

Aku sangat menyukai kegiatan di dapur jadi dengan senang hati aku belajar membuat beberapa menu makanannya dan seperti permintaan Vie tadi aku mengantarkan makanan yang telah ku buat ke ruangannya. Tadi aku belajar bagaimana menyajikan makanan itu supaya berkesan mewah dan menggugah selera karena menurut para ahli jatuh cinta akan sesuatu itu di mulai dari mata maka dari itu penampilan sangat diperhatikan. Aku menata beberapa makanan yang telah ku buat diatas sebuah troli kecil yang di gunakan untuk mengantarkan pesanan, mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan dimana Vie telah menunggu ku.

Ririz : " Permisi Nona ini beberapa menu makanan yang sudah saya buat mohon di cicipi..."

Vie : " Baiklah tolong di hidangkan di meja saya karena saya ingin kamu belajar tentang menyajikan makanan dari appetizer atau hidangan pembuka, main course atau hidangan utama dan terakhir dessert atau hidangan penutup."

Ririz : " Baik Nona..."

Setelah menghidangkan makanan yang sudah ku buat diatas meja Vie mulai mengamati cara ku meletakkan makanan tadi. Aku benar-benar gugup karena aura Vie saat sedang serius sangat berbeda dari biasanya, bahkan jantung ku berdetak tak karuan.

Vie : " Coba perhatikan yang saya lakukan, menu makanan ini termasuk dessert jadi menu ini sebaik di letakan di sebelah sini, sedangkan menu yang ini termasuk appetizer jadi seharusnya di letakan di sebelah sini dan untuk letak menu yang ini benar karena itu merupakan main course."

Aku memperhatikan Vie ketika dia menjelaskan sambil memindah letak menu seperti yang seharusnya, setelah itu aku menganggukkan kepalaku tanda mengerti. Vie mulai mencicipi satu persatu hidangan yang sudah ku sajikan dan seperti berfikir tentang rasa nya.

Vie : " Apakah sebelum kamu hidangkan makanan ini sudah kamu cicipi???"

Ririz : " Maaf Nona belum sempat saya cicipi..."

Vie : " Lain waktu cicipi sedikit dan pastikan rasa dari masakan mu lezat jadi tak akan mengecewakan pelanggan setia kita. Untung saja untuk masakan kali ini rasanya lezat jadi tak masalah tapi sebagai juru masak yang baik kamu harus memastikan rasanya dengan lidah mu sendiri..."

Ririz : " Baik Nona maafkan saya..."

Vie : " Baiklah untuk test memasak kamu lolos dan hari ini mulailah bekerja. Jam kerja mu hanya dari jam 8 hingga jam 4 sore dan setiap siang jam 12 kamu sudah harus ada di ruangan saya."

Ririz : " Baik Nona saya permisi ke dapur..."

Vie tersenyum dan aku kembali menuju ke dapur, sekarang waktunya buka toko dan ternyata pelanggan Cafe ini termasuk banyak. Padahal kami baru buka tapi tempat duduk sudah penuh hanya dalam waktu beberapa menit saja. Aku mulai melakukan pekerjaan ku, membuat pesanan pelanggan dengan sepenuh hati supaya rasa yang di hasilkan tidak mengecewakan.

Keadaan Cafe bener-bener ramai membuat kami bagian kitchen kewalahan tapi kami masih terus mengusahakan hasil terbaik. Hingga setelah kitchen menyelesaikan seluruh pesanan ada beberapa dari kami yang membantu para waiters untuk mengantarkan pesanan.

Ini pertama kalinya aku bekerja dan ini sangat melelahkan tapi entah kenapa aku menikmati setiap detiknya, keringat sudah membasahi kening ku karena panasnya udara di dalam dapur. Kami melakukan tugas kami hingga jam makan siang pun tiba dan kami bergantian untuk istirahat. Jam dua belas tepat aku ijin kepada seluruh karyawan yang di belakang untuk menuju ke ruangan Vie.

Saat aku masuk ternyata Vie sudah menyiapkan makanan di atas meja dekat sofa dan aku yakin semua makanan yang Vie sediakan adalah makanan sehat. Ada sayuran, buah-buahan dan segelas susu yang sudah tersusun rapi.

Vie : " Kemarilah mari kita makan baru lanjutkan lagi pekerjaan mu..."

Ririz : " Terimakasih banyak Vie..."

Setelah selesai makan aku kembali ke kitchen untuk melanjutkan pekerjaan ku dan tepat pukul empat sore Vie masuk ke kitchen dan meminta ku untuk pulang bersamanya. Semua karyawan Cafe belum ada yang tau jika aku sedang mengandung karena usia kandungan ku yang masih tergolong muda dan bahkan perut ku pun masih terlihat rata.

Setelah sampai di Apartment Vie meminta ku segera mandi supaya lebih fresh, setelah aku selesai mandi gantian Vie yang membersihkan diri. Aku sedang bersantai sambil menonton TV hingga aku tidak menyadari bahwa Vie sudah berdiri di samping tempat ku duduk, membawa baskom yang sudah dia isi dengan air.

Vie : " Kamu pasti lelah, rendamlah kaki mu di baskom ini supaya pegal yang kamu rasakan segera membaik..."

Ririz : " Kamu benar-benar perhatian terimakasih Vie sungguh aku sangat merasa bersyukur atas kehadiran mu di hidup ku."

Vie : " Jangan sungkan..."

Setelah memberikan ku baskom yang di bawa tadi Vie berjalan menuju dapur kembali entah apa yang dia lakukan. Tak berapa lama Vie kembali dengan dengan nampan yang sudah ada susu dan segelas kopi di atasnya.

Vie : " Jangan lupakan janin mu Riz... Ini minumlah..."

Aku menerimanya dan Vie segera duduk di sampingku untuk menemani aku menonton Drama Korea yang sedang ku putar. Sesekali kami berbincang tentang banyak hal salah satunya adalah apa yang ingin kita lakukan kedepannya. Aku tak ingin muluk-muluk aku hanya ingin menjalani hidupku bersama buah hati ku, tak peduli seberat apa yang akan aku jalani nantinya tapi yang jelas aku akan kuat selama ada Vie dan juga dia yang masih berdiam dalam rahim ku ini.

Setiap hari Minggu Vie selalu mengajak ku untuk beribadah dan untuk pertama kalinya setelah sekian tahun aku tak pernah lagi menginjakkan kaki ku kedalam gedung untuk beribadah seperti ini. Ada rasa sesak yang aku rasakan ketika kaki ku melangkah masuk lebih dalam lagi, aku merasa malu untuk menghadap ke Tuhan ku. Bagaimana aku baru menghadap kepada-Nya disaat aku sedang terjatuh seperti sekarang, dimana aku dulu ketika Tuhan berbaik hati memberikan ku segala bentuk kelimpahan.

Aku duduk merapatkan kedua tangan ku didepan dada sambil memejamkan mataku, segala hal yang sudah aku lalui di dalam hidupku sejak hari terakhir aku menginjakkan kaki di rumah ibadat ku berputar seperti film yang semakin membuat aku merasa tidak pantas untuk berada di hadapan Tuhan. Air mata ku lolos begitu saja tanpa aba-aba dalam hati aku mengucapkan permohonan ampun kepada Tuhan untuk setiap dosa yang aku lakukan.

Aku tau sekarang Tuhan masih mengijinkan aku hidup sampai detik ini karena Tuhan punya rencana yang indah untuk aku lalui. Aku merasa beruntung karena aku mendapatkan kesempatan kedua untuk menebus dosa dan kesalahan ku selama ini. Aku tau Tuhan masih berbaik hati memberikan aku waktu untuk memperbaiki semua bentuk kesalahan yang aku lakukan selama ini.

Waktu berlalu hari demi hari aku jalani dengan banyaknya kisah yang terselip dari hari ke sehari, tanpa terasa sudah satu bulan sejak aku bekerja dan hari ini aku mendapatkan gaji pertama ku. Aku menyisihkan sebagian dari gaji ku untuk biaya persalinan nanti dan aku juga ingin memberikan kehidupan yang layak untuk buah hati ku ini.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan aku masih belum bisa memejamkan mata ku, sebenarnya secara tiba-tiba aku menginginkan sesuatu yang membuat ku gelisah sejak tadi. Vie yang sudah sejak tadi berbaring di sebelahku dan sudah menutup matanya tiba-tiba membuka lagi matanya lalu mengalihkan pandangannya kearah ku.

Vie : " Kamu kenapa gelisah Riz??? Ngga bisa tidur kenapa??? Ada masalah??? Apa kamu sakit???"

Ririz : " Emmm itu aku baik-baik aja tapi itu apa anu Vie emm gimana ya..."

Vie : " Katakan dengan jelas Riz kamu kenapa???"

Ririz : " Tiba-tiba aku ingin makan sushi sekarang..."

Vie : " Kamu ngidam??? Ya udah kamu ganti baju kita keluar cari restoran Jepang yang buka dua puluh empat jam ya???"

Ririz : " Tapi aku ngga mau makan di restoran..."

Vie : " Lalu apa yang kamu inginkan???"

Ririz : " Emmm aku ingin makan sushi buatan mu tapi jika kamu tak mau tak apa tak usah di pikirkan kita kembali tidur saja..."

Aku menunduk sungguh aku merasa tidak enak, aku memang sangat ingin makan sushi tapi buatan tangan Vie dan aku takut jika dia tidak mau membuatkan untuk ku. Tapi dugaan ku salah, Vie mengulurkan tangannya meraih dagu ku membuat aku mendongak menatap wajah cantiknya. Vie tersenyum sangat manis dan menganggukkan kepalanya beberapa kali yang justru membuat ku gemas.

Vie : " Baiklah ayo turun aku akan membuatkan mu sushi sekarang juga..."

Vie menggenggam tanganku menuju ke dapur, dia memintaku menunggu di meja makan dan dia mulai berkutat di dapur. Tak butuh waktu lama Vie sudah membawa satu porsi sushi dengan jumlah dua belas potong yang di tata dengan rapi diatas sebuah piring. Dia sangat pandai dalam hal menyajikan sebuah masakan, aku merasa seperti sedang makan di sebuah restoran Jepang yang mewah ketika menatap sushi buatan Vie ini.

Vie : " Silahkan dinikmati Nona... Lain kali jika kamu menginginkan sesuatu jangan sungkan untuk mengatakannya kepada ku ya..."

Aku tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban dan mulai melahap sushi yang dibuatkan Vie ini. Aku mengunyahnya dengan semangat dan senyum yang sama sekali tidak luntur sejak tadi dari bibir ku ini. Aku menawarkan beberapa potong untuk Vie tapi dia menolaknya secara halus dan memintaku untuk menghabiskannya dan dengan senang hati aku lakukan.