Perum. Andara Jakarta
Permasalahan hidup selalu datang silih berganti. Dengan ketabahan, ketegaran, dan kesabaran Stella yang selama ini hadapi, kini terbayar sudah. Di hari lahirnya, di hari specialnya, ia mendapatkan banyak kejutan dan hadiah dari suaminya. Hadiah yang begitu besar dan mewah. Semalaman ia tidak bisa tidur setelah usai bercinta. Ia hanya memandangi wajah putranya yang terlelap. Karena kehadiran putranya, membawa kebahagian dan membawa rezky untuknya. Stella mengelus kepala putranya dengan lembut, kedua matanya berkaca-kaca. Di dekapnya dengan erat putranya dan di ciumi wajahnya.
Setelah puas memandangi wajah putranya, kini ia giliran memandangi wajah suaminya yang terlelap dengan damai dan terlihat puas. Puas sudah membuat syukuran besar untuk istrinya. Dan puas sudah mendapatkan jatah dari istrinya. Ya, puas karena setelah acara syukuran dia langsung mengajak istrinya istirahat. Tentu saja dengan rayuan gombalnya untuk memuaskan Rey juniornya. Stella juga tidak bisa menolak, jika suaminya sudah merayu dan menggodanya. Ia meraba wajah Rey dengan pelan, takut Rey terbangun.
Terima kasih untuk semuanya Rey! Aku sangat menyukai kejutannya. Ucapnya dalam hati. Stella menggigit bibirnya menahan isakannya.
Rey terjaga, seperti ada yang mengelus-ngelus wajah tampannya. Rey membuka kedua matanya, dia melihat Stella sudah menangis. Rey masih terdiam, memandangi wajah istrinya yang entah sejak kapan ia terisak. Rey menghapus air matanya dengan ibu jarinya.
"Kenapa menangis! Apa masih sakit! Apa nggak bisa tidur di rumah baru kita, hem!?"
Stella menggelengkan kepalanya, ia malahan semakin terisak. Rey di buat bingung, Rey mempererat pelukannya dan mengusap kepala Stella untuk menenangkan-nya. Rey tau perasaan istrinya seperti apa? Campur aduk, sedih, bahagia, haru, semua ada. Stella tertidur, setelah Rey menenangkan-nya, di ciumnya kening istrinya. Lalu Rey melihat putranya, membenarkan selimutnya yang menyingkap. Rey kembali memejamkan kedua matanya, sembari memeluk Stella.
Sinar matahari menyelinap masuk lewat celah kaca jendela. Stella mengerjabkan kedua matanya. Rey masih terlelap, begitupun Reyent masih tidur dengan nyenyak. Ternyata putranya betah menempati rumah barunya. Tidurnya nyenyak, tidak rewel, padahal ini baru pertama kalinya tidur di rumah baru. Semoga saja rumah barunya nyaman untuk putranya dan membawa berkah.
Stella mengambil ponselnya, membuka pesan dari Wiki. Ia semalam ikut menginap juga, tapi pagi sekali tadi buru-buru pamit pulang. Karena Wiki harus bekerja. Berhubung Stella masih tidur, jadi Wiki pamit lewat pesan saja. Stella melepas tangan Rey dari atas perutnya. Lalu ia bersender di kepala ranjang. Stella meringis, merasakan nyeri di bagian selangkangannya. Atau di bagian sensitive-nya merasa ngilu. Semalam Rey sangat brutal saat melakukan-nya. Rey begitu semangat saat menerjang Stella. Sampai Stella sangat kelelahan, tenaganya terkuras. Apa lagi Rey abis minum, jadi semakin panas dan sangat bergairah.
Stella masih asik memainkan ponselnya, ia masih malas mau beranjak bangun. Padahal jam sudah menunjukan pukul sebelas lebih. Tapi Reyent maupun Reyneis masih pada betah tidurnya. Apa Reyent tidak lapar? Tumben sudah siang belum bangun. Stella mencoba membangunkan putranya. Empengnya Stella lepas dengan pelan. Lima menit kemudian Reyent terjaga, dan membuka kedua matanya.
"Meng Mi meng!!!"
"Minum susu dulu ok!"
Stella memberinya susu botol, dan di minum Reyent sampai habis. Lalu Stella membawanya ke kamar mandi. Ia mau mandi sekalian memandikan Reyent. Di letakkan-nya di baby tub, dan di beri mainan bola sama fish. Mainan yang Stella beli waktu di Korea. Reyent berceloteh sembari melempar-lempar bolanya. "Ihs ihs!!!" Stella terkekeh, lalu dengan cepat ia mandi sembari mengawasin Reyent. Stella bernyanyi untuk menghibur putranya. Reyent tertawa dan tepuk-tepuk tangan.
Kemudian Stella mengambil handuk yang berbentuk bebek. Lalu Reyent di bungkus dengan handuk bebeknya. Stella tertawa, lucu banget putranya make handuk bebek barunya. Handuk itu oleh-oleh dari Japan, pemberian Ate Sita. Stella memotretnya dan di kirim ke WhatsApp Sita.
"Makasih Ate Sita handuk bebeknya, Reyent suka dan lucu kan!"
Sita langsung membalas, ia tertawa dan gemas sama Reyent. Nanti siang Sita bilang mau kerumah lagi, mau main sama Reyent katanya.
Stella memakaikan baju Reyent, seteleh mengoles minyak telon dan bedak bayi. Stella juga sudah mengenakan baju santainya. Kemudian Stella membawa Reyent keluar kamar. ia ingin menikmati sarapan paginya, walau ini sudah tidak di bilang sarapan pagi. Tapi ia tetap bilang sarapan. Entah di dapur pada masak apa? harumnya sampai membuat perutnya keroncongan minta segera di isi. Stella turun dari tangga sembari menuntun Reyent.
Reyent melangkah dengan pelan saat menuruni anak tangga. Berceloteh manggil Lia sama Coco kucing milik Relly.

"Reyent!!! Baru bangun ya? Tumben Reyent bangun siang, hem!"
"Mamam mam!!!"
"Reyent mau mamam!" Tanya Darmi.
"Ho ho mam!" Oceh Reyent. Darmi meraihnya dan di gendongnya.
Di ruang makan rame, ada yang goreng, ada yang motong sayur, ada juga yang lagi makan. Sembari berbincang-bincang. Sedangkan anak-anak lagi bermain di depan televisi seraya menyantap cemilannya.
"Ini dia bos kecil kita baru bangun!!" Ucap Ririn Kakak angkat Stella.
Stella mendudukan-nya di baby chair, Reyent masih berceloteh. Lalu Stella memberinya roti agar tidak berceloteh terus. Lama-lama Reyent makin ceriwis.
"Reyent makan apa!?" Tanya Ruslan. Jawaban Reyent jika di tanya pasti bilangnya 'mamam'.
"Mamam roti Eyang!" Jawab Stella, mewakili Reyent.
"Eyang nggak di suapin!"
Lalu Reyent menyuapinya roti yang dia pegang. Stella memakan nasi goreng sama telor mata sapi.
"Gimana Stella tidurnya tadi malam nyenyak di rumah baru? Bisa tidur nggak!?" Tanya Nancy.
"Alhamdulilah nyaman Ma, Reyent juga nyenyak tidurnya. Makanya Reyent sampai bangun siang."
"Syukur alhamdulilah, memang itu yang Mama harapin. Kalau Rey jangan di tanya, di manapun dia selalu nyaman tidurnya." Nancy mengajak Stella Berkeliling melihat-lihat rumah barunya. Dari depan kebelakang, lihat kamar tamu, ruangan lainnya, halaman belakang, ke taman, kolam renang, dan sampai garasi melihat mobil Lamborghini hadiah dari suaminya.

Stella terperangah melihat mobil hadiah dari Rey. Ini sangat mewah, bahkan ia baru melihatnya mobil semewah ini. Stella juga tidak bisa menyetir mobil, kenapa Rey memberi hadiah mobil?
Stella memutari mobilnya dan di elusnya. Menurut Stella ini berlebihan, seharusnya Rey tidak perlu membelikan mobil sebagai hadiah. Tanpa memberi hadiah pun ia tetap bahagia di hari ulang tahunnya. Cukup di sayangi dan di cintai ia sudah bahagia.
Setelah melihat-lihat rumah barunya, Stella bergabung di ruang keluarga. Reyent menjadi bahan topik obrolan, sedari tadi berceloteh terus. Kalau di tanya jawabnya cetas cetus. Reyent lagi menaiki mobil mininya, hadiah pertama dari Rey. "Aaa breemn bremmmm!!!" Celotehnya, sembari menjalankan mobilnya. Refly yang memencet remotnya. Mawar juga ikut naik bersama Reyent.
"Reyent emang tau apa ini namanya!?" Tanya Sherly Mamanya Bunga, Kakak tertua Rey.
"Aaa brem brem bremm!"
"Ini bukan brem, ini sepeda!" Goda Sari Mamanya Mawar.
"A breem!"
"Reyent tuwek!" Ledek Sherly, Reyent pun mengikuti omongan Serly.
"Yen wek!" Ucap Reyent.
Seketika semua orang terbahak, mendengar Reyent mengikuti ucapan Sherly. Lagi. Serly bertanya, "apa tadi! Reyent ngomong apa? Reyent tuwek ya!?"
"Wek yent wek!" Ucapnya sembari manggut-manggut. Semua orang yang ada di ruang keluarga makin terbahak sampai Serly ngeluarin air mata. Reyent jadi hiburan mereka.
"Pipinya Reyent namanya siapa?" Tanya Relly.
"Reyneis!" Kata Darmi.
Reyent menyahut, "nis nis!!"
Lagi. Mereka terbahak makin keras. Stella hanya tersenyum. Ya Tuhan putranya Reyneis tuwek sekali. Cetas cetus ngomongnya, cerdas, bikin greget. Ngidam apa selama Stella mengandung? Padahal Stella saat hamil tidak ada yang ia inginkan. Stella biasa saja, tidak pernah mengidam ini dan itu. Kecerdasan anak itu tergantung kita, hari-hari jika di ajak berbicara pasti gedenya akan langsung mengerti.
Selama Reyent masih bayi Stella selalu mengajaknya berbicara. Walau Reyent belum mengerti. Tapi selalu mendengar jika Stella mengajaknya berbicara. Seolah dia mengerti omongan Miminya. Moga kelak Reyent menjadi kebanggaan buat kita semua. Jangan sampai mengikuti sifat Ayahnya. Mengikuti ilmunya tidak masalah, asal jangan sifatnya.

Ruang keluarga ke 2 di rumah barunya Rey dan Stella
***

Rey terbangun dari tidurnya, dia meraba kesamping. Tidak ada Stella, lalu Rey meraih ponselnya di nakas. Melihat jam, sudah pukul dua siang. Parah Rey selama itu! Apa dia tidak lapar?
Rey beranjak bangun dan melangkah ke kamar mandi. Membersihkan diri biar terlihat segar, kepalanya masih terasa pening. Pengaruh alkohol tadi malam. Setelah membersihkan diri, Rey memasuki walk in closet. Rey mengenakan bajunya, lalu merapikan rambut basahnya. Kemudian Rey keluar kamar mencari Stella dan putranya.
Rey mendengar celotehan Reyent di ruang keluarga. Rey pun menuju keruang keluarga dan duduk di sebelas Stella. Rey mencium pipinya, lalu Stella menawari makan. Stella melangkah kedapur dan menyiapkan makanan untuk Rey suaminya. Rey mengikutinya dari belakang. Menu makannya Spaghettii campur udang buatan Nancy. Stella menunggunya sampai Rey selesai makan. Ia tidak ikut makan karena masih kenyang. Tapi Rey memaksanya, dia menyuapi Stella. Hanya tiga suapan.
Setelah selesai makan Rey meminta makan buah apel. Stella pun mencuci apel dan memotongnya, lalu di hidangkan di depan Rey.
"Sayang kamu sudah melihat mobil barunya!?" Tanyannya.
"Sudah, tadi aku sama Mama keliling lihat-lihat ruangan dan mobil!!"
"Suka nggak sama mobilnya?"
"Suka banget, tapi aku kan nggak bisa menyetir!"
"Nanti aku ajari!" Ujar Rey, ingin melatih Stella menyetir mobil.
Rey membawa Stella kegarasi, membuka box yang berisi sekuter. Sekuter baru untuk Reyent putranya. Rey mengeluarkan sekuternya dari dalam box. Lalu di bawa masuk kedalam, ke ruang keluarga. "Reyent sini lihat Pipi beli sekuter buat Reyent sini naik!"
Reyent pun langsung lari menghampiri Rey sembari berceloteh. Rey menangkapnya dan mencium pipi gembulnya. "Tel tel Pi tel!" Celetuk Reyent.
"Ya ini namanya sekuter, coba Reyent naik!" Titah Rey. Reyent menurut, dia menaiki sekuternya dan tertawa kegirangan. Reyent sudah tau gimana caranya menaiki sekuternya. Padahal Rey maupun Stella belum pernah mengajari cara menaiki sekuter. Ini baru pertama kalinya Reyent menaiki sekuter. Tapi Reyent sudah pandai cara menaikinya. Dia naik di atasnya, dan kedua kakinya menggayung-gayung agar sekuternya bisa jalan. Semua orang yang melihat kecerdasan dan kelincahan Reyent pada tertawa.
Terutama Darmi sama Nancy, sangat bangga punya cucu seperti Reyent. Sungguh cerdas dan lincah. Kini Reyent berputar-putar dengan menaiki sekuter barunya. Berceloteh kegirangan, "tel tel abrum brum brummmm!!!"

Dikira Reyent itu motor atau mobil, makanya dia bilang 'abrum brum'. Rey menghampirinya, mencium pipinya lagi. Reyent merengek karena tidak mau di ganggu. "Aaa tel tel brum was was Pi was tel brum!" Celoteh Reyent. "Ka tel brum ka tel brum ni ni!" Ucap Reyent memanggil Mawar, anak dari Kakak angkatnya Rey yang bernama Sari.
"Ok ok, Pipi cuma mau minta cium saja. Sekarang lanjutin main skuternya sama Kakak Mawar!" Ujar Rey. Stella hanya tersenyum bahagia melihat celotehan putranya. Membiarkan Reyent bermain sama keponakannya, kini Stella dan Rey kembali ke ruang keluarga. Masih pada betah menonton televisi. Sebenarnya Rey tidak terlalu suka nonton, cuma dia hanya menyimak apa yang mereka tonton.
Mereka menonton sembari berbincang-bincang. Membicarakan tentang rumah barunya Rey dan Stella. Katanya Sherly ingin memiliki rumah seperti rumah Rey dan Stella. Sherly menyukai style dinah rumah barunya Rey. Modelnya seperti rumah Korea. Rey hanya tersenyum menanggapi pujian dari Kakaknya.
Semua Kakaknya pada salut dan bangga dengan Rey. Walau dulunya dia sangat manja, selalu bersifat seperti anak kecil. Tapi setelah dia memutuskan untuk menikah, kini Rey benar-benar berubah menjadi sedikit dewasa. Rumah barunya itu Rey bangun sendiri, hasil gambaran dia sendiri. Tanpa campur tangan Nancy dan Roni.
Nancy juga bangga dengan putranya, ia tidak menyangka sama sekali. Jika putranya berubah menjadi baik, berubah menjadi sedikit dewasa. Semua itu karena Stella, menantunya yang membuat putranya berubah. Nancy juga sangat menyayangi Stella, dia menantu yang baik, sopan, pendiam, cantik juga. Nancy tidak pilih kasih, dia menyayangi semua menantu dan anak-anaknya.
"Hari ini Mama-Papa mau pulang ke Cibubur dulu Rey. Kak Sherly juga nanti malam ada tugas di Rumah sakit," ucap Nancy.
"Yaahh, nanti Reyent kesepeian lagi dech kalau pulang semua. Anak-anak biar tinggal di sini sih Kak-Mah!"
"Sekolah Dek, kalau liburan nanti Kita main sini lagi." Ucap Sherly Kakak tertuanya. Ketiga Kakaknya memang kadang memanggil dengan sebutan 'Dek'. Karena sudah terbiasa dari Rey masih kecil.
"Mungkin Revy sama Aloy yang tinggal sini!" Ujar Nancy. Tentu saja Revy pasti mau tinggal di rumah barunya Rey. Alesannya adalah Reyent.
"Emmm! Gimana sayang kamu sudah lihat-lihat rumah baru kita?"
"Sudah, tadi lihat-lihat sama Mama!"
"Kamu suka sayang!?"
"Iya suka sangat, menurut ku ini terlalu berlebihan." Ujar Stella, Rey tersenyum sembari memainkan rambut Stella yang tergerai dengan jemarinya. Rey tersenyum jail, saat melihat tanda merah di leher Stella. Hasil perbuatannya semalam. Makanya Stella tidak berani mengingat rambutnya.
"Tidak berlebihan sayang ku!" Ucapnya dan menyolong ciuman di pipinya Stella.
Lalu Stella menyubit perutnya pelan, bisa-bisanya mencium di depan orang tuanya. Dasar nggak punya malu.
Hari sudah sore, kini Nancy dan Kakaknya pamit pulang ke rumah mereka masing-masing. Darmi, Ruslan, Ririn, dan Dana juga pamit. Karena mereka masing-masing punya kesibukan setiap harinya. Reyent mencebikkan bibirnya seperti mau menangis, melihat saudaranya pulang.
"Reyent bye bye dulu sama Oom, Ate, Abang, dan Kakak!" Titah Rey.
Reyent melambaikan tangannya dengan wajah sedih. Bibirnya mencebik.
"Mawal mau cium dede Eyent lagi!" Pinta Mawar. Rey pun berjongkok, bersejejer dengan Mawar. Lalu Mawar mencium Reyent dengan gemas. "Udah, bye bye de Eyent!!"
"Bye bye Kakak!" Ucap Rey mewakili putranya. "Bai ka Bai!" Ucap Reyent menirukan ucapan Rey. Reyent masih mencebikan bibirnya, masih terlihat sedih. Teman mainnya sudah pada pulang, dia sedih tidak ada teman mainnya lagi. Rumahnya jadi sepi lagi. Semuanya sudah pada pulang kerumahnya masing-masing. Karena sekolahnya tidak bisa ijin jika tidak terlalu penting. Beruntung kemaren hari sabtu, makanya mereka bisa ikut kerumah barunya Rey dan Stella.
Sabtu-Minggu memang libur tidak sekolah, makanya Relly, Refly, Bunga, Twins, dan Mawar bisa ikut untuk melihat rumah barunya Rey. Kini tinggal Revy adiknya Rey. Reyent masih terlihat sedih di gendongan Rey. Kepalanya di senderkan di bahu Rey. Dan Rey mengelus kepalanya.
"Reyent tidak boleh sedih, Kakak sama Oom nanti main lagi kalau hari libur. Sini gendong sama Mimi!" Ucap Stella sembari meraih Reyent dari gendongan Rey. Seketika tangisnya pecah di gendongan Stella. Dan menunjuk-nunjuk kearah pintu. Lalu Stella memberi empengnya yang baru saja Lia seteril.
"Reyent Bobo ya, belum Bobo siang makanya rewel."
Baru saja mau naik ke lantai atas, Sita dan Vito datang bersama adek perempuannya. Akhirnya Stella tidak jadi naik, ia menyambut Sita dan Vito dulu. Sita membawa makanan, katanya ia mau makan malam bareng lagi di rumah barunya Rey. Padahal di dapur masih banyak makanan sisa tadi siang. Makanan masakan Nancy mertuanya. Stella sampai kenyang sendiri melihat makanan yang berjejer di atas meja makan.
Dari pada mubazir dan tidak kemakan, Stella menyuruh para ART makan bareng juga. Stella tidak pernah membedakan para ART dan dirinya. Mereka semua sama-sama manusia dan sama-sama makan nasi. Jadi ia berpesan, apa yang ada di meja atau di kulkas suruh makan. Kecuali makanan kusus buat Rey.
"Reyent kenapa hemm! Kenapa gantengnya Ate nangis? Siapa yang nakal bilang sama Ate!?" Tanya Sita, ingin menenangkan Reyent.
Reyent mengusel-nguselkan wajahnya ke dada Stella. Tangannya sembari meraba, mencari kesayangannya yang selalu membuatnya bisa tidur. Karena di ruang TV ada Vito, akhirnya Stella beranjak berdiri pamit mau ke kamar. Sita juga ikut kekamar, melihat Stella menidurkan Reyent. Sesampainya di kamar, Stella langsung membaringkan Reyent di Ranjangnya. Ia juga terbaring di samping Reyent. lalu menyingkap kaosnya agar Reyent bisa nete. Sita juga ikut terbaring dan menepuk-nepuk pantat Reyent dengan pelan.
Sudah menjadi kebiasaan Reyent jika mau tidur harus nete. Memainkan puting Mimi-nya sampai tertelap. Sepuluh menit kemudian Reyent pun tertelap, tangannya masih memainkan nenennya. Stella mengelus kepala Reyent, mengusap rambutnya yang sudah memanjang. Sebenarnya Stella mau mencukurnya, tapi Rey melarangnya. Mau di panjangin sampai telinga. Dan di bikin poni, di bentuk oval. Pasti lucu. Itu harapan Rey.
BERSAMBUNG.
Terima kasih sudah mau membaca!
Saranghae 🥰
It's Me Rera
___________________