Perum. Legenda Cibubur. . .
Di kediaman Roni Digantara dan Nancy Digantara sudah rame. Banyak sepupunya Rey dan saudara lainnya yang datang ingin melihat Refly potong cake. Apa lagi di belakang rumahnya sedang BBQ pasti makin seru. Mereka memang suka Party, berkumpul dengan keluarga besar. Bisa di bilang Harta Berharga yang artinya keluarga begitu berharga. Ada yang bakar, ada yang renang, ada yang ngobrol sembari menikmati menu yang sudah di bakar, ada yang bermain dengan Reyent, dan ada yang telponan. Rame jika keluarga besarnya Rey berkumpul semua, selalu kompak. Reyent menjadi hiburan mereka semua, karena Reyent lucu dan gemesin. Om dan tantenya Rey pada menyayangi Reyent. Katanya Reyent mau di bawa pulang kerumahnya. Bahagianya Reyent di kelilingi orang-orang yang menyayanginya. Sedari tadi berceloteh terus, selalu jawab jika di tanya. Ngomongnya sangat cerdas meski belum jelas.
Mereka semua menikmati Quality time with family, semua terlihat happy. Tapi tidak untuk Rey, dia masih di relung duka atas kepergian sahabatnya. Rey masih tidak percaya, bahwa sahabatpnya sudah pergi untuk selamanya. Saat ini Rey masih termenung di teras rumah orang tuanya. Dia belum mau masuk karena wajahnya masih terliat sedih. Stella mencoba untuk menenangkan-nya, ia mengelus lengan Rey dan membujuk masuk kedalam rumah. Karena sebentar lagi Refly potong cake.

Rey dan Stella baru pulang dari rumah Dewo untuk mengikuti tahlilan. Kirim do'a untuk sahabatnya. Di sinilah Rey, setelah turun dari mobil, dia termenung di teras tidak mau masuk. Stella membujuknya.
"Ayo Rey masuk, nggak enak sama yang lain. Cuma kita yang belum nongol. Reyent juga pasti nyariin kita, ayo masuk." Rayu Stella, akhirnya Rey pun mau masuk ke dalam dan menuju halaman belakang yang sudah di penuhi saudara Rey. Rey duduk menyindiri di gazebo dekat kolam renang. Stella menyapa saudara-saudaranya Rey dengan senyum ramahnya. Lalu Stella menghampiri putranya yang sedang bermain dengan sepupunya, tapi Reyent sibuk dengan mainannya. Dia tidak menyadari kedatangan Mimi-nya.
"Reyent Mimi sudah pulang nih, Reyent nggak kangen sama Mimi?" Kata Relly seraya mencium pipi gembulnya. Reyent berteriak, dia kesal jika sedang bermain di ganggu. Apa lagi Relly jika nyium sampai di tekan karena gemas. Stella beranjak berdiri, membiarkan-nya saja, asal tidak rewel. Memang sejak di tinggal tadi Reyent tidak rewel, happy malahan. Mungkin karena banyak teman mainnya, jadi dia senang dan lupa kemana Mimi-Pipinya pergi?
"Ada apa dengan Big bos kita ini? Mukanya asem banget!" Ujar Om-nya Rey yang bernama Rudi Kakaknya Roni, "banyak bisnis ya sekarang Rey?"
Rey cuma tersenyum.
"Rey lagi di relung duka Om, semalam temannya kecelakaan dan meninggal!" Ujar Nancy.
"Innalillahi wa'ina lillahi roji'un! Ikut berduka cita Rey!!" Ucap Om danTantenya Rey.
"Rey putra lo lucu banget, sumpah gue gregetan banget. Gue culik bawa pulang ya Rey!" Celetuk sepupu Rey, adiknya Wia. Aneh, jika mau nyulik ya culik saja tidak perlu lapor. Mana ada mau nyulik laporan dulu.
"Hahahaha! Rena Rena, mau nyulik kok laporan dulu dasar bego lo, hahaha!" Celetuk Sari.
"Opss! Iya juga ya haahaha aduh kudet gue gara-gara anak lo Rey!" Ujar Rena.
"Hebat juga si kadal buat anak! Hahahaha, lo bikinnya pake apa Rey?" Ledek Daru.
"Pake cinta lah!!" Saut Rey.
"Rey udah punya tuyul apa masih jadi anak Mommy!" Tanya Tante Seli, istrinya Om Rudi.
"Masih Tan, kemaren aja nyungsep di keteknya Bunda minta nenen. Hahahaha!"
Dan masih terus Rey di ledek sama saudaranya. Yang di ledekin cuma hanya senyam senyum kecil saja. Stella menghampirinya, memberi steak dan seafood yang sudah ia bakar. Stella memotong steak-nya dan ia sodorkan ke arah Rey. Dari siang memang Rey belum makan sama sekali. Kini Rey menyantap makanannya sembari mendengar celotehan para sepupu, Om dan tantenya yang sedari tadi meledeknya. Stella juga ikut makan, ia lebih suka seafood ketimbang steak.
Acara tiup lilin di mulai, Refly berdiri di tengah, sebelah kanan Ayahnya dan sebelah kiri Ibunya. Rey, Stella dan Kakaknya juga ikut berdiri di belakang mereka. Adik bungsunya yang sempat tidak di inginkan sudah besar. Tumbuh dengan sehat, ganteng, tinggi, dan moga menjadi anak sholeh. Dulu memang Refly sempat tidak di inginkan oleh Nancy. Karena Nancy merasa malu, sudah tua, anak sudah besar semua, punya anak mantu, tapi hamil lagi. Apa lagi waktu itu Sherly juga sedang hamil muda. Cuma beda 5 bulan. Nancy sangat malu sama besannya. Anaknya hamil dan Ibunya juga hamil. Apa pandangan orang? Dulu Nancy sempat marah sama Roni Ayahnya Rey. Nancy menyalahkan Roni. Setiap harinya nangis terus di kamar tidak mau keluar. Setelah lahir Refly dan Bunga buah hatinya Sherly seperti anak kembar.
"Selamat ulang tahun ya nak! Sehat terus dan jadi anak sholeh ya nak. Maafin Mama yang sempat menolak kehadiranmu." Ucap Nancy sembari berkaca-kaca. Dosakah menolak titipan Tuhan? Nancy dulu sempat menyesalinya karena menolak kehadiran putra bungsunya. Setelah Refly lahir, peranakan rahim Nancy di potong atau di Sterile. Jika Nancy KB selalu pendarahan, jadi jalan satu-satunya ya itu, di potong peranakannya. Refly mencium Nancy dan Roni bergantian. Lalu di peluknya.
Acara tiup lilin dan potong cake pun selesai. Kini mereka pindah kedalam, berkumpul di ruang keluarga.
"Reyent ini kasihkan sama Oom Refly!" Reyent pun nenggotong-gotong kado yang Rey beli buat Refly. Isinya sepatu Skating, mengingat Refly suka main Skating. Jadi Rey membelikan sepatu Skating. Reyent terlihat lucu, saat gotong kado buat Refly.
"Yum yum do uka uka yum do uka!" Celotehnya. Refly pun menerimanya dan bilang terima kasih.
"Thanks you so much bebe, peluk dulu!" Reyent memeluknya dan mencium pipinya. Lalu mengambil kertas bekas kado di kasih ke Stella. Semua orang tertawa karena Reyent. Suasana di ruang keluarga Roni Digantara dan Nancy Digantara saat ini sangat rame. Penuh kehangatan dan kebahagian, semua saudaranya Rey selalu kompak dan selalu rukun. Stella merasa beruntung menjadi bagian keluarga Digantara. Semua saudara Rey sayang sama dirinya, apa lagi Om dan Tantenya baik, dan ramah. Hatinya menghangat, ia merasa menjadi wanita terbahagia semenjak menjadi istrinya Reyneis Bastian Digantara.
Sedari tadi Reyent tidak mau diam, ia sangat aktif. Lari sana, lari sini, kadang main kuda-kudaan sama Twins. Gevral di tarik-tariknya suruh jongkok menjadi kuda. "Awanggg uda uda!" Celetuknya.
Gevral berjongkok, dan Reyent naik di punggungnya. Reyent tertawa cekikikan, saat di kejar Gebral dari belakang. Mawar juga ikutan sama Bunga yang jadi kudanya. Sedangkan Refly sibuk membuka kado-kadonya. Refly buka kado yang terakhir, dia berteriak bahagia. Karena isinya kelinci, dia memang minta di belikan kelinci tapi belum ada yang membelikan. Pas di hari lahirnya Bayu membelinya sebagai kado ulang tahun Refly. Ada burung Dara juga dari Sari. Masih banyak kado lainnya. Semua kadonya unik-unik.
Para sepupu dan Om-Tantenya Rey pamit pulang. Karena malam pun sudah larut.
"Reyent sini ikut Oma pulang yuk?"
"Ga-ga-ga-ga!" Ujarnya, seraya geleng-geleng.
"Nanti main sama Kakak di rumah Oma!" Reyent masih geleng-geleng di gendongan Nancy. Menolak ajakan Tantenya Rey. "Stella main kerumah Tante, ajakin Rey."
"Iya Tante nanti kalau Rey tidak sibuk!"
Tantenya tersenyum, lalu mencium Reyent. Reyent mulai badmood. Sepertinya Reyent sudah mulai mengantuk, sedari siang main mulu tidak tidur. Jika banyak temannya, Reyent tidak mau tidur, main mulu maunya. Wajahnya sudah terlihat sangat lelah, Stella langsung membawanya naik ke lantai atas. Rey sedang mengangkat panggilan dari Fara, dia duduk di balkon kamarnya sembari mendengar curahan hati Fara. Ya, Fara selalu curhat sama Rey. Fara juga sangat merasakan kehilangan atas perginya Dewo. Selama ini ternyata Fara menyukai Dewo dari jauh. Tidak ada yang tau, terkeculi Rey.
Fara tidak mau ngungkapin karena Dewo tidak pernah melihat dirinya. Dewo sudah punya wanita lain yang sudah menjadi Istrinya dan memiliki seorang putri. Bertahun-tahun Fara hanya memendam cintanya. Dan melihat Dewo berbahagia dengan wanita lain. Sakit sih itu pasti! Tapi Fara sudah ikhlas dan lebih baik mengalah. Yang terpenting persahabatan-nya tetap bersatu, ia tidak mau ada permusuhan cuma gara-gara cinta. Rey pun juga sudah sering menasehati, buang rasa cinta itu, jika tidak ingin menyakiti hatimu sendiri.
Fara menangisi nasibnya, kenapa nasibnya buruk sekali? Mencintai seseorang. Namun, orang yang di cintainya tidak menyadari sama sekali. Dan orang yang di cintainya sudah terlanjur milik orang lain. Dulu melimiki kekasih, tetapi kekasihnya jahat, selalu menyakiti dan menyiksanya. Dari dulu hidupnya sangat menyedihkan. Sampai saat ini pun hidupnya tetap menyedihkan. Meliki keluarga! Tetapi satu pun tidak ada yang peduli, tidak ada yang menginginkan dirinya. Kadang Fara putus asa, sudah bosan hidup, ingin mengakhiri hidupnya dengan minum obat yang dosisnya cukup besar. Lagi-lagi Rey lah yang selalu memberi semangat hidupnya. Bahwa dia tidak sendiri, masih banyak orang di sekililingnya yang menyayanginya.
Setelah menandika dan mengganti pakaian tidur Reyent, kini Stella menidurkan putranya. Reyent terbaring sembari meminim susu dalam dotnya. Stella menyalakan musik pengantar tidur agar Reyent cepat tidur. Rey mengakhiri panggilannya dengan Fara. Lalu Rey masuk dan naik keranjang.
"Abis telponan sama siapa?" Tanya Stella penasaran.
"Telponan sama cewek!" Canda Rey, sengaja ingin menggoda istrinya. Makanya jawabnya seperti itu.
"Oh! Cewek siapa? Pacar?"
"Iya, pacar baru ku!" Dusta Rey, dia cuma ingin mengetes istrinya saja. Gimana reaksi Stella jika seandainya Rey berselingkuh. Mendengar jawaban Rey seperti itu. Stella tidak bertanya lagi, ia diam sembari mengamati wajah Reyent yang mulai memejamkan kedua matanya. Padahal Rey cuma bercanda saja, dia hanya ingin menggodanya.
"Hahahaha! Serius amat kamu mikirnya! Pasti mikir yang negative!"
Stella heran kenapa Rey tiba-tiba tertawa, kesurupan mungkin ini orang. "Dasar gila," Kata Stella.
Rey langsung merengkuhnya dan di peluknya. "Dengar ya sayang! Aku nggak akan pernah selingkuh. Cukup hanya kamu seorang yang ada di hatiku. Tadi yang nelpon memang cewek, Fara dia sedang curhat. Jadi jangan takut jika aku nelpon cewek lain di belakang mu. Kamu percaya kan sama aku? Bahkan kamu sering buka ponselku, ada nggak chat dari cewek lain? Nggak ada kan?" Ungkap Rey.
"Kamu janji?!"
"Aku sudah di janji sama Papa-Mama dengan Al-Qur'an bahwa aku tidak boleh menghianati pernikahan kita. Seperti Mama-Papa dulu. Karena dulu Papa juga seorang Playboy, malah lebih parah Papa dari pada aku. Papa berubah semenjak bertemu Mama, hanya Mama yang bisa naklukin hati Papa. Begitupun hatiku cuma kamu yang bisa naklukin hati ku Stella Anggraini Digantara. Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita. Hanya maut yang akan memisahkan kita." Ungkap Rey panjang lebar. Stella terharu, kedua matanya berkaca-kaca mendengar kata-kata Rey yang begitu mengharukan. Rey memeluknya, mengusap punggungnya dan mencium keningnya.
Stella menangis di pelukan Rey, entah kenapa tiba-tiba ia takut di tinggalin Rey. Mungkin hanya perasaannya saja. "Jangan tinggalin aku sama Reyent ya Rey?"
"Nggak akan sayang, aku nggak akan ninggalin kamu sama Reyent. Aku ingin pernikahan kita seperti Mama-Papa. Tidak pernah ada pertengkaran, tidak pernah ada problem. Mereka selalu setia sampai saat ini. Papa selalu membuat Mama dan anaknya bahagia. Aku belajar sama Papa gimana cara mencintai istrinya dengan tulus? Dan gimana cara membuat keluarga kecilnya bahagia. Diam-diam Papa-Mama selalu menelpon, menasehati agar aku selalu menjaga pernikahan kita. Kita akan membesarkan Reyent sama-sama ya sayang!!" Stella semakin terisak di pelukan Rey, ia sangat terharu dengan ucapan Rey yang begitu menyentuh hatinya. Ternyata Rey benar-benar berubah, sifat Playboy-nya lenyap.
Ya Allah semoga ucapan Rey malam ini bisa di pegang janjinya. Lirih Stella.
"Aku sangat mencintamu Stella Anggraini, cintaku hanya untuk kamu!"
"Aku juga mencintaimu Rey, terima kasih sudah mencintaiku!" Ucap Stella, Rey mempereratkan pelukannya, lalu mengecup bibir Stella singkat.
"Eh kok malah nangis! Ucapanku menyakitimu ya, hem?" Stella menggeleng malahan semakin terisak sesenggukkan. Lalu ia minta di nyalakan VCD pernikahannya. Ia ingin menonton ulang videonya pernikahannya, melihat waktu akad nikah. Rey pun mengambil laptopnya, tidak perlu menyalakan VCD lewat TV. Karena semua sudah tersimpan di dalam laptopnya. Stella mengamati video dirinya waktu di make-up, waktu ijab, resepsi dan liat video putranya. Ia nambah sesenggukkan pas di scene ijab qabul, nangis sesenggukkan.
"Nangislah biar puas dan lega hatimu!" Ujar Rey menenangkan istrinya.
Tiba-tiba ponsel Rey berbunyi, ada panggilan masuk.
Gregi is calling. . .
"Ya bro! What happens?"
"Rey lo dimana? Ada waktu tidak?"
"Gue di rumah, lagi nemenin bini yang lagi sedih nih! Lagi pengen di manja, minta di keloni!" Ucap Rey sembari tersenyum jail, lalu mengecup bibir Stella. Sengaja dia meledek Gregi.
"Emmmm! Yang udah punya bini jadi betah di rumah sekarang. Rey gue lagi butuh model nih buat promo produk yang baru. Di Grand Link nggak ada yang cocok modelnya. Body-nya kurang pas. Seadainya bini lo yang jadi modelnya lo ngijinin nggak Rey? Biasanya kan Rindu wanita kesayangan gue! Hahh lo tau sendiri lah." Ungkap Gregi panjang lebar menahan rasa sakit saat menyebut nama Rindu kekasihnya.
"Maksudnya lo minta bini gue yang jadi model buat promoin produk baru gitu? Nanti gue pikirin dulu! Gue tanyain dulu bini gue mau apa nggaknya. Besok deh kita jumpa di mana terserah lo."
"Ok! Sip bro, bye!"
Percakapan pun berakhir, Rey menyimpan ponselnya di atas nakas. Kembali melihat laptopnya yang masih menyala. Stella juga masih menonton video pernikahannya.
"Masih sedih?" Tanya Rey.
Stella menggeleng, ia mendongak menatap wajah Rey. "Gregi ngomong apaan tadi! Kok nyebut bini?"
"Hem, dia minta ijin meminta kamu jadi model. Kira-kira kamu mau nggak?"
"Terserah kamu, kalau kamu ngijinin aku mau. Tapi kalau kamu nggak ngijinin aku juga nggak mau. Aku nurut kamu saja Rey. Terus seandainya kamu bolehin, Aku maunya kamu yang jadi photographer-nya."
"Itu sudah pasti, aku nggak mau orang lain memandangi body mu. Sekarang tidur ya? Sudah malam."
Stella mengangguk, ia mulai memejamkan kedua matanya. Rey mengusap-ngusap puncak kepalanya, agar Stella tidur dengan nyenyak di dadanya. Stella sudah terlelap, Rey mematikan laptopnya dan di simpan di nakas. Rey memikirkan seandainya istrinya jadi model, pasti jadi terkenal. Dan pasti Bibi, Pamannya, dan sepupunya Stella biar semakin panas melihat Stella yang sekarang menjadi sukses. Tapi Rey tidak mengijinkan istrinya promoin baju yang sexy. Seperti dress atau baju kurang bahan. Rey mengijinkan jika bajunya yang kasual atau Claudie.
***
Paginya sesuai janjinya Rey semalam, saat ini Rey dan Stella meet Gregi di Cafeteria miliknya Rey. Mereka sedang berbincang membahas soal modeling. Akhirnya Rey menanda tangani kontrak kerja istrinya menjadi model. Dan Gregi juga setuju jika Rey yang menjadi Photographer. "Thanks banget bro atas kerja samanya. Stella kamu sudah siap untuk jadi model?" Ujar Gregi sembari menjabat tangan Rey dan Stella bergantian.
"Seperti lebaran saja lo salaman segala, hahaha santai aja lagi bro."
"Hahahaha, saking senengnya gue dah dapat model. Pusing gue jika belum dapat. Sedangkan Mr. Lee sudah nanyain mulu kapan export. Ok done ya Bos!"
"Sip!"
Kemudian mereka mulai menyantap Breakfast dengan menu yang baru. Roti isi kentang, salad dan masih banyak lagi menu lainnya. Di luar cafe tanpa di sadari mereka, ada seorang wanita yang mengikuti Gregi sejak tadi. Matanya menatap Stella dengan tajam, telapak tangannya terkepal. Ia kesal posisinya telah tersingkir. "Gue tidak akan membiarkan siapapun menggantikan posisi gue. Liat saja nanti, tunggu tanggal mainnya," Ucap gadis itu.
Lima hari setelah pertemuan Rey dengan Gregi. Saat ini Stella sedang bersiap-siap di ruang make-up. Dengan di bantu Emon kusus perias modeling. Ya Emon seorang tukang make-up. Orangnya sedikit bencong, genit, kalau jalan lenggak-lenggok. Tapi orangnya lucu dan ramah. Sedari tadi ngoceh mulu saat sedang merias Stella. Dia membicarakan masa lalu Rey dulu. Stella hanya tersenyum. Emon jika ada Rey pasti bergelayut manja di lengannya. Rey selalu ngerjain Emon minta di pijitin kakinya atau punggungnya. Mereka temanan akrab.
"Eke tuh sebel sama Mas Rey Playboy cap kadal. Dulu kalau datang kesini selalu ganti-ganti mulu ceweknya. Aduuuhhh eke pusing!" Oceh Emon, "ok Mba Stella udah cantik banget ya Allah, pastes saja Mas Rey tergila-gila sama ente."

Stella tersenyum, memang benar kata Emon. Stella berubah total, biasa tidak pernah make-up. Sekali di make-up membuat orang pangkling. Terutama Rey, tanpa kedip melihat istrinya di makeover.
"Woi woi, Mas Mas Rey mingkep atuh itu mulut, nanti lalat masuk!"
Rey tidak menghiraukannya, dia menghampiri istrinya. Di rengkuhnya pinggang Stella, lalu berbisik di telinganya. "Kamu cantik banget sayang!"
"Hemmm! Udah lepasin Rey, di liatin orang malu. Aku mau ke toilet dulu Rey."
"Mau di antar?"
"Tidak, aku sendiri saja."
"Yakin nggak mau di antar? Ya sudah cepat ya jangan lama, bentar lagi di mulai!"
"Siap Bos!"
Rey jadi ingin melahap bibir tipis Stella yang sudah menjadi cemilan tiap hari.
Stella berjalan di lorong menuju ke toilet, ia tidak menyadari di belakang ada yang mengikutinya. Sampai di toilet Stella cuma cuci tangan dan mengamati penampilannya. Lalu merapikan rambutnya yang di buat sedikit gelombang. Wanita yang mengikuti tadi berdiri di sebelahnya, ia pura-pura cuci tangan sembari melirik sinis ke arah Stella.
Stella tidak menghiraukannya, karena ia tidak kenal. Lalu ia ingin keluar dari kamar mandi. Namun, langkahnya terhenti oleh ucapan wanita itu.
"Happy ya jadi modeling!"
"Maksudnya?"
"Nggak usah pura-pura tidak tau!"
"Saya memang tidak tau!"
"Dengar ya, gara-gara lo gue jadi tersingkir dari posisi gue. Seharusnya gue yang jadi model hari ini. Tapi lo dah merebutnya dari gue!"
"Kenapa Anda menyalahkan saya? Kenapa Anda tidak tanyakan saja sama Tuan. Gregi? Saya tidak tau apa-apa, saya hanya mengikuti apa kata suami saya. Jika Anda ingin marah, marah saja sama Tuan. Gregi kenapa lebih milih saya ketimbang Anda, permisi!!!"
Wanita itu meradang dan semakin emosi, ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Lalu, "sialan lo banyak ngoceh, gue akan menggagalkan pemotretan hari ini!" Ujarnya dan menyemprot wajah Stella dengan obat keras. Lantas perempuan itu lari entah kemana! Supaya tidak ketauan. Keadaan di toilet sangat sepi tidak ada orang.
Stella berteriak.
"AAAAARRRRRGGGGGGHHHHHH! PANASS . . . PANAS. . . TOLONGGG. . . TOLONG. . . , REY TOLONG AKU HIKS HIKS. . . . HIKS REYYYY . . . . PANASSS . . . HIKS HIKS HIKS AAAAAAAGGGGGGHHHHH REEEYY TOLOONG AKU!!!"
Rey seperti mendengar teriakan Stella memanggil namanya. Tidak hanya Rey yang mendengar, Emon, Gregi, dan yang lainnya juga mendengar teriakan meminta tolong. Karena toiletnya tidak jauh dari ruang make-up. Rey lari ke toilet wanita. Rey syok melihat istrinya berteriak kesakitan.
"SAYANG APA YANG TERJADI HAH?"
"REY PANAS HIKS . . . . . HIKS AAAAAAARRRRGGGGHHHH!" Lalu Stella kehilangan kesadaran.
Stella pingsan.
Tbc.
Terima kasih sudah mau membaca.
Saranghae 🥰
It's Me Rera