Chereads / He's My Son 01 / Chapter 47 - CHAPTER 46

Chapter 47 - CHAPTER 46

Stella keluar dari kamar sembari menuntun Reyent. Karena perutnya sudah mendingan dan tidak kram lagi. Lalu melangkah menuruni anak tangga satu persatu. Rey sudah pergi selama limabelas menit yang lalu. Nancy dan Roni sudah pulang ke Cibubur pagi tadi. Teman-teman Rey juga sudah pulang. Hanya tinggal Lulu, Fara, Dicky, Farel, dan Beni. Mereka semua sedang tidur, karena mereka belum tidur sama sekali. Apa lagi semalaman mereka bekerja. Darmi juga di suruh Stella beristirahat, kasihan kecapean mengurus Reyent yang nambah sangat aktif dan nakal. Ruslan pulang ke Kapuk dulu. Sedangkan Wiki sedang menerima panggilan dari Yoga, sepertinya mereka sedang berantem. Stella pura-pura tidak mendengarnya.

"Reyent main dulu di sini ya, liat kartun, okay! Mimi mau nyemprot bunga dulu. Tidak boleh nakal, good boy okay?!"

Reyent manggut-manggut.

"Uuhm uhm-Mi-unge-nga!"

Stella pun mengambil tempat air buat menyemprot bunganya. Setelah di isi air, lalu ia semprotkan satu persatu ke tanaman bunganya. Stella memang suka menanam bunga.

Di dekat dapur ada teras kecil yang terbuka, dinding-nya berwarna putih dan di sekat dinding kaca. Ada meja bulat kecil putih buat tempat menaruh pot bunganya. Terlihat elegan, unik dan sangat rapi. Itu semua Stella sendiri yang menata, ia jadikan hiasan berbagai bunga. Terutama bunga lili kesukaan-nya. Jika pagi hari tirainya dan atapnya di buka supaya ada cahaya sinar matahari masuk menyinari bunganya. Jika malam hari di tutup kembali. Stella menggunting daunnya yang mengkuning agar kelihatan bersih. Lalu ia menyemprot lagi dengan air yang sudah di campur vitamine kusus untuk bunga. Stella tersenyum, merasa bangga dengan karyanya.

Masih sibuk dengan tanamanya, Stella sampai tidak tau apa yang Reyent lakuin di dalam dekat dapur. Stella kira Reyent masih duduk anteng liat kartun di dalam ponselnya. Mungkin durasi YouTube-nya sudah end, Reyent tidak tau cara menyalakan-nya lagi. Reyent berdiri membuka lemari kitchen set. Semua di buka satu persatu hingga akhirnya menemukan barang yang membuatnya menarik. Reyent mengacak-acak makanan di dalam lemari. Semua di keluarin sampai tercecer di lantai karena di awut-awut.

Strawberry corn meal itu makanan kesukaan-nya Rey, jika tengah malam lapar Rey memakan Strawberry corn meal. Tapi ini di acak-acak tercecer kemana-mana.

"Yaasalam, liat anak lo Stella, hahaha!" Teriak Wiki.

Stella geleng-geleng melihat keaktifan Reyent. "Ini makanan Pipi, kenapa di acak-acak gini, hem?"

"Umfah-Mi umfah!" Ujarnya nunjuk-nunjuk ke lantai.

"Kenapa di tumpahin?" Tanya Stella, malahan Reyent mencebik-kan bibirnya. Dia seperti mau menangis, kedua matanya juga sudah berair. Di kira Stella memarahinya. Lantas Stella menggendong-nya, mencuci tangan dan kaki Reyent. Lalu di berinya empeng supaya Reyent tidak menangis. "Mba tolong bersihin ini ya, buang saja mba sudah kotor." Rika mengangguk dan langsung mengambil sapu.

"Reyent tidak boleh nakal, kenapa Reyent nakal, hem? Itu mamam-nya Pipi!"

"Mamam!"celetuk Reyent.

"Iya Mamam Pipi, Reyent tidak boleh nakal, good boy okay? Mimi nggak suka kalau Reyent nakal!" Kata Stella menasehati putranya yang tidak di mengerti Reyent. Mendidik anak yang baik di mulai dari sekarang. Agar besar nanti jadi anak yang penurut dan tidak melawan atau membantah sama orang tua.

Stella dan Wiki duduk di ruang TV, sembari memangku Reyent yang sedang minum susu dalam dot-nya. Stella meminta Wiki menginap satu malam lagi, karena Stella masih rindu dengan sahabatnya sekaligus Kakak bagi Stella. Kebetulan juga Wiki lagi berantem dengan Yoga. Ia tidak mau bertemu Yoga untuk sementara, ia masih sakit hati dengan keluarganya Yoga.

"Tidak terasa Reyent sudah besar ya! Serasa baru kemaren lahir."

"Perkembangan bayi memang begitu cepat tumbuhnya," kata Stella. "Tapi makin besar makin nambah nakal. Suka ngamuk, kalau minta apa-apa nggak di turutin nangis dan ngamuk. Entahlah, mungkin nurun sifat Pipinya mungkin." 

"Mam-Mi-Mam!" Oceh Reyent minta makan. Padahal dia sudah makan banyak tadi.

"Mam apa? Dasar rakus, Reyent rakus kan!" Kata Wiki.

"Kus!" Sauhutnya.

"Eh ngikutin, Reyent tuek!"

Stella memberinya Bites sama banana biscuits. Ponsel Stella berbunyi tanda ada panggilan masuk.  Stella mengangkat-nya, ternyata Rey yang menelpon.

"Sayang kamu di mana?"

"Di rumah, kenapa?!"

"Jangan pergi kemana-mana, di rumah saja ok. Avi masih keliaran belum di temukan, dia ngincer kamu. Dia juga berhasil membawa kabur Silfy. Kamu hati-hati di rumah ya! Anak-anak masih di sana?"

"Iya kamu juga hati-hati ya! Anak-anak tinggal rombongan Dicky masih tidur!"

"Ok! Jaga Reyent!"

Panggilan pun berakhir.

Stella meletakkan ponselnya di meja. Ia takut, kenapa Avi masih ingin mengincar dirinya? Dengan hancurnya Stella apakah Rey akan menerima Avi kembali?  Tentu saja tidak. Malahan Rey akan membunuh Avi karena sudah melukai hatinya. Stella menarik nafasnya, lalu ia menghembuskan lagi. Stella berdoa semoga semua akan baik-baik saja. Begitupun dengan Rey suaminya jangan sampai terjadi yang tidak di inginkan.

"Ti-Ti-Ti-Mi!" Rengek Reyent, dia mulai rewel karena cemilannya sudah habis, Reyent mencari Darmi Tati-nya.

"Tati bobo, kasihan kecapean. Reyent main gitar ya? Reyent bisa nyanyi kan, ayo gimana nyanyi-nya kemaren! Oom Beni nyanyi apa kemaren?"

Reyent tidak menghiraukannya, dia masih merengek memanggil Tati-nya. Reyent narik-narik tangan Stella, di suruh berdiri. Reyent nunjuk-nunjuk arah kamar entah kamar siapa? Pokoknya dia ingin  lihat Tati-nya. "Tati Bobo nak, Reyent nggak boleh gangguin Tati. Nanti ya kalau Tati sudah bangun Reyent main sama Tati."

Reyent mencebik-kan bibirnya, dia mau menangis. "Ti-Mi-Ti-hek-hek!"

"Sini main sama Ate, mana dedenya?" Reyent geleng-geleng sembari memanggil-manggil Tati-nya. Lalu Stella membopongnya dan di gendong.

"Naik skuter aja ya mana skuter-nya? Main di taman ya! Ayo ajakin Ate main ke taman!"

Stella pun mengajak Reyent ke taman dekat rumahnya. Lia dan Wiki juga ikut. karena Reyent rewel, Stella jadi lupa pesan Rey tadi tidak boleh keluar rumah. Suruh di rumah saja, tapi Stella malahan ke luar. Karena Reyent senang jika main di taman, banyak temannya. Saat ini Reyent sedang menaiki skuter-nya sembari berceloceh, "ambrem brem." Reyent memakai celana cream pendek, kaos warna grey dan baju kotak-kotak di ikatkan di pinggangnya. Tidak lupa rambutnya yang sudah memanjang Stella ikat agar tidak panas.

Reyent sangat semangat saat menaiki skuter-nya. Dia masih berceloteh, Stella, Wiki, dan Lia mengikuti di belakang.

"Pelan-pelan nak, nanti jatuh!" Kata Stella.

Mereka sudah sampai di taman, anak-anak yang biasa main di taman menghampiri Reyent. Ngajakin main bareng, mereka semua sudah mengenal Reyent. Karena Stella atau Lia sering mengajak Reyent main ke taman agar Reyent memiliki teman. Main bareng, bertukar mainan. Kadang juga Reyent main bola miliknya yang bernama Jayden. Ada juga yang minjam skuter milik Reyent. Stella duduk di kursi taman, ibunya Jayden menghampiri dirinya. Ia penasaran dengan wajah Stella. Seingatnya minggu lalu masih baik-baik saja. Tapi hari ini kenapa wajahnya di bungkus perban seperti mumi?

"Stella apa kabar! lama tidak main ke taman. Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Yatin Mamanya Jayden.

"Seperti yang kamu lihat kabar ku baik hari ini. Bagai mana dengan mu?"

"Aku juga baik, wajahnya kenapa?"

"Oh, kemaren sedikit ada incident, tapi nggak apa-apa kok." Jawab Stella singkat. Ia tidak mau cerita panjang lebar, "oh ya Yatin kenalin ini sahabat aku namanya Wiki." Mereka pun berkenalan.

"Hati-hati Stella, apa lagi itu mengenai wajah." Pesan Yatin pada Stella. Stella mengangguk dan tersenyum.

Yatin adalah tetangga Stella satu komplek di Andara. Tapi sedikit jauh dari rumahnya. Rumah Stella di jalan taman dan rumah Yatin di jalan manis. Mereka berkenalan saat menemani putra mereka bermain di taman. Putranya Yatin lebih tua setahun dari Reyent. Stella mengamati putranya yang memainkan mobil-mobilan Lamborghini kecil miliknya sembari berceloteh. "Abrem brem brem!" Stella tersenyum,  lucu sekali putranya. Pipinya gembul gemes lihatnya.

Hari sudah sore, Stella mengajak pulang takut Rey pulang dan nyariin dirinya. Reyent jalan sendiri sembari nendang-nendang bolanya. Skuter-nya di bawa Lia. Di depan Stella seperti melihat mobil melaju kearahnya. Ia punya firasat jika mobil itu ingin mengincar putranya. Stella mulai gemeteran, kakinya mulai lemas. Dadanya dag dig dug. Dan telinganya berdengung kencang. Angin taman pun mulai berhembus kencang seperti mau ada badai.

***

Stella mengamati mobil yang semakin mendekat. Begitupun Wiki dan Lia ikut tertegun. "Reyeentt sini jangan lari ke sana!" Teriak Stella sembari berlari mengejar Reyent. Stella baru ingat pesan Rey tadi, jangan keluar, di rumah saja. Tapi Stella malahan keluar rumah. Stella keluar karena ingin menenangkan putranya yang rewel. Itu pun tidak jauh dari rumahnya. Stella lebih kencang larinya, tetapi Reyent malahan semakin lari ngejar bolanya. Stella terbelalak saat mobilnya semakin dekat dekat dan dekat.

Stella mematung kedua matanya terbelalak bersamaan dengan air matanya yang tiba-tiba menetes di pipinya. Stella ingin meraih Reyent, namun kakinya lemas seperti jelly. Tubuhnya pun gemeteran.

"REYEENNTT JANGAN LARI!!"

Mobil semakin mendekat.

Dekat

Dekat

Dekat

Dan

BRAK BRAK BRAK

"REYEENTTTTTTT . . . . TITIDDAAAAAAAAAKKKKK!!!"

Teriak Stella, kedua tangannya memegangi kedua telinganya. Lalu Stella  tumbang tidak sadarkan diri. Ia meluruh kebawah. Ya Stella pingsan.

Wiki dan Lia juga syok melihat incident di depan matanya. Mobil yang mengincar Reyent pun menyempret tong tempat sampah dan berakhir menabrak pagar taman. Karena menghidari mobil sidan yang tiba-tiba muncul di depannya. Orang itu adalah Avi. Ya, dia ingin menabrak Reyent bocah kecil yang tidak punya dosa dengannya. Bocah kecil yang tidak tau apa-apa, tapi kenapa ingin Avi lenyapkan? Ternyata Avi makin di biarin semakin parah. Hanya karena about love ia menyimpan dendam sama Stella. Putranya di jadikan umpan.

Wiki dengan segera menghubungi Rey, ia gemeteran, takut dan panik. Sedangkan Lia menghubungi supir pribadinya Stella di rumah. Tak lama kemudian Pak Nanang datang membawa mobil untuk menjemput Stella dan Reyent. Orang-orang pada berdatangan menghampiri mobil yang menabrak pagar taman. Di taman semakin rame, para warga keluar semua, mereka pada syok. Dan salah satu ada yang menghubungi ambulance untuk membawa korban ke rumah sakit biar segera di tangani oleh dokter.

Sampai di rumah Stella di baringkan ke ranjang. Stella masih pingsan, belum sadarkan diri. Darmi panik teriak-teriak mendengar tangisan Reyent yang begitu histeris. Dicky, Beni, Fara, Lulu, dan Farel bangun karena mendengar rame-rame di dalam rumah. Lia menghubungi Nancy, di sebrang sana Nancy juga syok dan panik. Baru pulang tadi pagi, sekarang sore ini dapat telpon ada incident lagi. "Hufff banyak sekali rintangan mu nak-nak. Kapan hidup mu akan tenang? Hidup bahagia tanpa rintangan seperti ini. Hiks hiks ini yang aku takutin Ron. Karena perbuatan Rey mempermainkan seoramg wanita. Akhirnya apa? Anak dan istri yang jadi korban. Aku tidak mau kisah lalu kita menimpa Rey putra ku dan menantu ku. Terutama cucuku Reyent bocah kecil tanpa dosa di jadikan umpan oleh mantan Rey. Hikz hikz hikz kasihan Reyent Ron," ujar Nancy terisak di pelukan Roni.

Rey baru sampai rumah, tadi dia sempat datang di tempat kejadian. Rey sangat murka saat menerima kabar bahwa putranya dalam bahaya. Rey mengamuk semua yang di dalam ruang pribadinya di bantingin. Dia sudah melacak semua tidak mendapatkan jejak Avi. Tapi ternyata malahan nongol di dekat rumahnya dan mengincar putranya. Rey lari kedalam rumah, dan masuk kekamar melihat kondisi Stella yang belum sadarkan diri. Rey naik ke ranjang, mengelus pipi Stella yang ngeluarin darah. Karena tadi Stella berteriak begitu kencang.

Dokter Vivian datang kerumah untuk memeriksa Stella. Tadi Rey menghubungi dokter Vivian meminta datang kerumahnya saja. Dokter Vivian membuka perban di wajah Stella. Lalu di bersihin dengan alkohol dan di beri cream. Setelah mengobati dan memeriksa Stella. Kini dokter Vivian pamit undur diri. Dokter Vivian  berpesan agar merawat dan menjaga wajahnya dengan baik, jangan sampai ngeluarin darah lagi.

"Sayang!" Panggil Rey sembari mengelus pipi Stella. Rey ikut terbaring, lalu meraih Stella kepelukan-nya. Stella pun terjaga, dengan pelan ia membuka kedua matanya. Stella bergumam memanggil nama putranya.

"Re-Reyent tidak tidak Reyent.

"Sssstttt! Hai Sayang!"

Stella menghiraukan-nya, ia beteriak histeris. "REYENT MANA? REYENT PUTRAKU? REYENT!! DIA TIDAK BOLEH MENYAKITI PUTRAKU. MANA REYENT? MANA REYENT? PUTRA KU TIDAK MATI KAN!?" Teriak Stella, ia begitu histeris. Berteriak tidak karuan seperti orang gila.

"Stella dengar dulu sayang, minum dulu kamu baru sada-"

"TIDAK!! AKU MAU MELIHAT PUTRA KU, MANA DIA? PUTRAKU MASIH HIDUP KAN? PUTRAKU TIDAK MATI KAN? LEPASIN KU, AKU MAU MELIHAT PUTRA KU."

"Dengarin dulu, jangan berteriak nanti keluar darah lagi itu wajahnya!" Kata Rey sembari mempererat pelukannya. Lalu Rey menghubungi seseorang lewat panggilan ponselnya. Tak lama yang di hubungi adalah Darmi. Darmi pun naik ke lantai atas dengan Lia. Rey membuka password pintunya. Begitu pintu terbuka senyum Stella mengembang. Air matanya bercucuran di pipinya. Stella terisak, sesenggukkan, sembari berucap kata syukur. Bahwa Tuhan masih melindungi dirinya dan putranya.

"Rey putra kita masih hidup, Reyent tidak mati. Tuhan terima kasih sudah melindungi putraku." Lirihnya sembari memeluk Reyent begitu erat. Darmi juga ikut menangis. Tidak akan terbayang jika Reyent benar-benar tertabrak tadi. Beruntung ada seorang yang langsung menangkap Reyent sebelum mobil merenggut nyawanya. Darmi harus membuat syukuran untuk cucunya karena selamat dari maut.

Reyent hanya luka sedikit di bagian kakinya. Tadi Reyent sempat menangis kejer di tempat kejadian. Reyent menangis karena syok. Seseorang yang menolong Reyent adalah Aldi mantan pacarnya Stella. Tadi Aldi memang kebetulan sedang lewat di taman. Saat ini Aldi sudah pergi, padahal Rey dan Stella belum ngucapin terima kasih. Kabarnya Aldi juga sudah putus sama Wiwik mantan sahabat Stella. Wach seperti-nya Stella berhutang budi dengan Aldi.

"Mi-Mi-Mii!"

"Iya nak, maafin Mimi ya! Tadi tidak melindungi Reyent!" Kata Stella. Ia membaringkan Reyent di tengah. Lalu di ciumnya bertubi-tubi, di peluknya. Begitupun Rey melakukan seperti Stella. Lalu Rey menarik Stella kepelukan-nya.

"Reyent tidak apa-apa, hem? Mana yang sakit? Tunjukin ke Pipi." Reyent nunjukin luka di kakinya.

"Atit-atit-Pi-atit!"

"Oh kaki Reyent sakit, sini Pipi tiup biar cepat sembuh." Reyent mengangguk.

"Sayang, tadi aku kan sudah bilang jangan keluar rumah! Tapi kenapa malahan keluar, hem?" Stella diam tidak menjawab. Malahan ia kembali menangis. Ia tidak bisa bayangin jika benar-benar terjadi sesuatu dengan putranya.

"Sssttt!! Sudah jangan menangis, putra kita tidak apa-apa. Lain kali dengarin omongan ku ya!?" Stella mengangguk. Ia semakin terisak.

Ponsel Rey berbunyi tanda ada panggilan dari Pio.

"Bos sesuai informasi bahwa mobil yang ingin menabrak Reyent adalah Avi, bos. Dan dokter mengatakan bahwa Avi tidak bisa tertolong. Dia meninggal di tempat kejadian bos."

Tangan Rey terkepal erat, tapi setelah mendengar Avi tidak tertolong. Dia menegang, genggaman tangannya mengendor. Avi Destiani mantan kekasih Rey, sempat berhubungan selama tiga minggu. Kini nyawanya terenggut. Itu lah dendam. Niat ingin balas dendam malahan ia sendiri yang kena imbasnya.

"Urus Silfy, jika sudah ketemu suruh Baron membawanya ke luar negeri. Ke Singapore atau kemana? Dan pasti kan Silfy tidak ngomong macam-macam sama polisi!"

Obrolan pun berakhir Rey mematikan ponselnya. Lalu di letakkan di atas nakas. Stella dan Reyent tidur di pelukannya. Rey mencium kening Stella. Lalu mencium pipi bakpao Reyent.

Nancy mengetuk pintu kamarnya, Rey membukanya. Setelah pintu terbuka Nancy meraih Reyent, di peluk dan di cium. Nancy menangis. Ia bersyukur cucunya baik-baik saja. "Maafin Oma sudah ninggalin Reyent." Nancy kembali membaringkan Reyent di samping Stella.  Kemudian Nancy menghampiri Rey yang menghisap rokoknya di balkon. Nancy memarahi Rey, mengungkit masa lalu Rey dengan mantan-mantannya. Dulu Nancy sering menasehati tidak pernah di dengarnya. Hari ini, sore ini hampir saja maut merenggut nyawa putranya.    

Nancy turun ke lantai bawah, Stella dan Reyent tidur dengan nyenyak. Di bawah Wiki sedang menceritakan tentang kejadian di taman tadi. Karena polisi datang minta penjelasan. Wiki bercerita sembari terisak gemeteran. Begitupun Lia tidak bisa ngomong, ia masih syok. Polisi juga menayakan orang yang menyelamatkan Reyent. Tapi Wiki tidak tau orangnya tinggal dimana. Wiki sempat bilang jika pria itu mantan kekasih Stella. Dan polisi juga bertanya apakah tersangka memiliki masalah dengan korban? Wiki bilang tidak tau. Akhirnya polisi memanggil Rey untuk dimintai keterangan.

Rey pun turun dan bicara apa adanya, dia juga jujur dulu pernah menjalin kasih dengan si tersangka yang kini telah tiada. Setelah di mintai keterangan Rey kembali naik ke atas. Kedua polisi pun pamit undur diri.

Rey kembali terbaring di samping Stella. "Stella maafin aku, gara-gara aku putra kita hampir saja celaka. Boy maafin Pipi ya. Pipi janji setelah ini Pipi akan benar-benar menjaga Reyent dan Mimi." Lirih Rey, tanpa ia sadari Rey menangis. Ini kedua kalinya dia menangisi Stella. Lalu Rey ikut terpejam dan memeluk istri dan putranya begitu erat.

TBC.

__________________________

Terima kasih sudah mau membaca

Saranghae 🥰🥰

It's Me Rera