Chereads / He's My Son 01 / Chapter 42 - CHAPTER 41

Chapter 42 - CHAPTER 41

Stella duduk di kursi yang berada di teras dekat kolam renang dengan putranya yang terus berceloteh. Ia sedang menyantap makanannya sembari menemani Rey yang sedang berenang. Reyent tidak mau diam, berceloteh terus dan mengacak-acak cemilannya. "Mamam Mi mam Mi," ocehnya sehingga mengabaikan panggilan dari Rey. Stella memanggil Lia untuk mengambilkan handuk buat Rey. Karena Rey sepertinya ingin naik dan ikut gabung makan. Lia pun mengambilkan handuknya di berikan ke Stella. Lalu Stella melangkah mendekati Rey. Saat Stella mengulurkan tangannya ingin memberi handuk, dengan jailnya Rey malahan menarik tangannya. Dan akhirnya Stella ikut kejebur ke kolam renang.

"Aaarrrggg!"

Stella berteriak terkejut, karena Rey menariknya tiba-tiba. Rey terbahak, puas sudah menjaili istrinya. Rey sengaja menariknya agar istrinya ikut berenang, sekalian Rey ingin melatihnya berenang. Karena Stella memang tidak bisa berenang.

Stella mencebikkan bibirnya, ia mengomel. "Reyyyyy kamu memang raja jail, aku kan sudah mandi. Basah lagi ini, nyebelin banget kamu!" Omelnya, sembari mukulin dada Rey. Yang merasa di omeli malahan terkekeh seolah tidak bersalah. Kedua tangan Rey merengkuh pinggang Stella dengan erat agar tidak bisa kabur.

"Kamu kan tidak bisa berenang sayang, makanya aku ajarin renang ya ya ya!"

"Nggak!"

"Tidak ada penolakan pokoknya harus," paksa Rey. "Lia, Lia jagain Reyent, Miminya mau latihan renang," teriak Rey memanggil Lia untuk menjaga Reyent yang masih anteng duduk di baby chair. Rey menggiring Stella ke pinggir, kedua tangannya di letakkan di pinggir kolam renang. Dan Rey memegangi pinggangnya, meluruskan kedua kaki Stella. Di gerak-gerakannya kedua kakinya. Saat Stella sudah fokus dengan latihan renangnya, Rey kembali menjailinya. Tangan yang merengkuh pinggang Stella, kini dengan pelan mulai merayap naik keatas. Tersenyum jail, Rey memeras kedua payudara Stella.

Stella kembali berteriak, "aaahh!"

"Kenapa sih ah ah ah sayang? Ah ahnya nanti saja di kamar. Sekarang latihan renang dulu." Ujar Rey tanpa berdosa.

"SI BEGO! TAU ACH NGGAK MAU LAGI AKU LATIHAN RENANGNYA!"

Lagi. Rey menariknya saat Stella ingin naik. Di peluknya dari belakang, menyusupkan wajahnya di ceruk leher Stella. Menciumnya, di jilatnya, di gigitnya dan di hisapnya. Dengan kesal Stella menyubit perutnya. Rey tersenyum melihat hasil kerjanya di leher Stella yang terlihat merah kecil bekas hisapannya. Wajahnya mulai terlihat kesal, bete. Karena suaminya ia jadi basah semua, karena suaminya ia jadi mandi lagi. Padahal ia lagi menikmati rujak sayur tahu buatannya sendiri. Tapi keganggu oleh si raja jail.

Kini makanannya terabaikan, padahal ia sedang merindukan masakan mendiang Ibunya. Dan ia mencoba masak sendiri, tapi baru nyicip satu sendok sudah di ganggu sama suaminya.

Rey menyusul naik, dan menghampiri putranya. Rey membuka mulutnya, minta di suapin Reyent. Reyent pun menyuapinya, "mamam Pi!"

"Hmmm yummy! Reyent mamam ini! Siapa yang buat tadi? Mimi ya?" Tanyannya.

"Mi!" Ucap Reyent sembari menunjuk kearah pintu di mana tadi Stella masuk.

"Miminya lagi ngambek, Reyent sama Mba Lia dulu ya! Pipi mau rayu Mimi yang lagi ngambek," kata Rey.

Reyent manggut-manggut.

Rey langsung masuk mengejar Stella yang baru menaiki tangga. Rey masih belum puas menjaili istrinya. Rey berniat ingin mandi bareng, tapi tujuan Rey bukan mandi bareng. Lantas Rey menggendong Stella dengan ala bridal style. Stella berontak ingin turun, ia malu takut di liat para pekerja. Rey tidak peduli, mengabaikan Stella yang minta turun. Sampai di kamar Rey membawa Stella masuk kamar mandi. Rey menurunkan Stella, dan menyalakan shower. Kini keduanya terguyur air dari pancuran shower.

Rey tersenyum jail sembari mengedipkan sebelah matanya. Bibir Stella mencebik. Ia kesal dengan suaminya yang super jail. "Aku mau mandi Rey!"

"Ya ini kita lagi mandi."

"Aku duluan kamu nanti!"

"Mandi bareng saja biar cepat ya ya ya sayangku!" Rayu Rey. Tangannya masuk kedalam baju Stella, membuka kaitan bra. Lalu menyingkap kaos Stella yang sudah basah. Rey langsung memeras payudara Stella yang sudah terpampang di hadapannya. Di lumatnya, di hisapnya dan di gigitnya. Lenguhan halus keluar dari mulut Stella yang terendam air dari shower. Dada Stella penuh tanda merah yang berbentuk love hasil buatan Rey. Menandakan bahwa Rey sangat mencintai Stella.

Kedua kaki Stella lemas seperti jelly, menerima sentuhan lembut dari suaminya. Rey merengkuhnya dan melumat bibir Stella, mencecapnya,  memasukan lidahnya, beradu dengan lidah Stella. Kembali terdengar lenguhan halus keluar dari mulut Stella. Rey melepas ciumannya, lalu turun ke leher dan kembali mengulum kedua payudara Stella bergantian. Tangan Stella meremas rambut Rey. Menekan kepala Rey ke dadanya. Dengan senang hati Rey lebih semangat mengulum dan menghisap payudara Stella.

Keduanya benar-benar sudah di penuhi gairah. Bahkan kedua mata Rey menggelap dan menyipit. Bibir Stella terbuka, Rey tidak membiarkan kesempatan itu. Dia kembali memasukn lidahnya ke rongga mulut Stella. Keduanya saling berpelukan, saling menekan tubuhnya. Menempelkan skin to skin yang terasa panas. Kedua jari Rey merambat kebawah, melepas celana yang di kenakan Stella. Kini Stella sudah bertelanjang, hanya menyisakan celana dalamnya. Lalu Rey memasukkan kedua jemarinya ke milik Stella yang sudah sangat basah. Menekan dan memasuk mundurkan, mencubit clitorisnya. Sampai lenguhan-lenguhan halus memenuhi ruangan kamar mandi.

"Aaahhh Reyyyyy ouuhhh!" Lenguh Stella. Rey semakin semangat, semakin cepat memainkan jari-jemarinya di dalam milik Stella.

"Mendesahlah terus sayang!"

"Reyyy oouuhhhh!" Lenguhnya sembari mempererat pelukannya dan menekan tubuh Rey agar menempel ke dadanya. Melihat istrinya tak berdaya, Rey membopong-nya, dan di baringkan di bathtub. Rey melepas celana miliknya. Lalu mengesek miliknya yang sudah mengeras sedari tadi sewaktu di kolam renang. Rey langsung memasukan miliknya ke kedalam milik Stella. Mulai menggerakkan maju mundur, seraya ibu jarinya dan telunjuk jarinya memainkan puting Stella.

"Oouurgghhh milikmu enak banget sayang. Sangat nikmat. Thanks sudah memberikan mahkota terindahnya untuk ku Sayang. I like it, I love you so bad," bisik Rey dan semakin mempercepat maju mundurkan. Keduanya berteriak karna mencapai puncak. Rey menarik miliknya, mengeluarkannya di kedua payudara Stella. Karena setiap bercinta Rey tidak pernah mencampurkan benihnya dengan benih Stella. Karena Stella belum mau hamil lagi.

Stella terkapar lemas di dalam bathtub. Kakinya masih mengangkang, Rey menyusupkan wajahnya ke milik Stella. Di pandanginya yang terlihat merah dan bengkak. Rey menggigit clitorisnya karena gemas, di ciumnya dan di elusnya bekas gigitannya. "My mine!" Bisik Rey di selangkangan Stella.

Rey memandikan Stella yang masih terkapar lemas. Begitupun dirinya mengguyur tubuhnya. Kemudian Rey mengambil handuk yang sudah tersedia di lemari. Lalu membungkus tubuh Stella. Rey juga membungkus tubuhnya dengan handuk. Rey membopong Stella, keluar dan di baringkan di ranjang yang berukuran king size. Rey berganti pakaian di walk in closet. Setelah berganti, Rey mengambilkan pakaian untuk Stella. Rey mengenakan kaos hitam tanpa lengan atau tangtop, dan celana levis robek-robek selutut.

Stella memilih memakainya sendiri, saat Rey mencoba ingin memakaikan bajunya. Rey pun turun kebawah memberi tahu Lia untuk menyiapkan peralatan Reyent. Petang ini Rey mau ke Cibubur rumah Mamanya. Setiap hari libur memang selalu kumpul keluarga di rumah Nancy. Apa lagi ada Revy, jadi makin rame.

Rey menghampiri putranya, "siapa yang mau lihat Coco?"

"Co Co Pi Co!"

"Iya nanti, Coconya di rumah Oma."

Stella turun dan menghampiri Rey dan putranya yang duduk di sofa. Stella mengenakan baju yang sangat tertutup sampai leher. Namun, terlihat simple dan anggun. Rambutnya yang panjang di biarkan tergerai buat menutupi banyak tanda di lehernya. Tentu saja itu perbuatan Rey suaminya yang seperti drakula menghisap darah. Revy dan Aloysius membawa Reyent pergi duluan, di ikuti Lia sama Pio yang sebagai supirnya. Sengaja Rey menyuruh mereka duluan, karena Rey pengen berduaan sama istrinya. Biar seperti orang pacaran.

Tepat pukul tujuh malam Rey dan Stella bersiap menuju kerumah Nancy. Rey menyuruh Stella yang mengemudi, supaya Stella semakin lancar menyetirnya. Awalnya Stella menolak karena takut. Tapi Rey menyakinkan bahwa Stella bisa. Stella melajukan mobilnya dengan pelan dan santai. Rey mengawasinya dari samping.

Mereka pun sampai di Perum Cibubur Legenda. Stella menarik nafas dengan lega. Ia mengendarai sendiri dengan selamat sampai tujuan. Rey tersenyum, akhirnya istrinya sudah bisa menyetir sendiri. Rey menarik leher Stella dan mencium bibirnya. Hanya tiga menit.

"Ini baru nyonya Digantara! mudah kan belajar menyetir!" Kata Rey.

"Mudah apanya! Jantung ku rasanya mau copot."

"Mana buktinya nggak copot tuh!" Ledek Rey, "nanti kalau copot aku bersedia buat donorin ke kamu."

"Ayo turun jangan modus mulu!"

Mereka pun turun dan memasuki rumah besar yang seperti istana. Mereka berjalan berdampingan, dengan Rey yang menggenggam tangan Stella begitu erat. Menautkan jemarinya. Di lihat mereka benar-benar seperti orang yang sedang baru pacaran. Padahal sudah menikah, sudah memiliki Reyent buah cinta mereka. Maklum Rey dan Stella memang tidak merasakan pacaran. Dulu bertemu sebentar langsung menikah. Karena sudah ada Reyent. Jadi sekarang Rey ingin menikmati masa pacarannya dengan Stella.

***

Terdengar suara Reyent yang berceloteh memanggil Oma-nya, Opa-nya, dan yang lainnya. Semua di salamin dan di ciumin punggung tangannya. Nancy sampai terharu melihat kesopanan cucunya. Bocah baru usia 1 tahun sudah tau tata karma. Itu karena Stella dan Darmi selalu menghajarinya.

"Lam lam Ma lam," ocehnya. "Lam Pa lam," kata Reyent. Mereka semua yang berada di ruang keluarga terharu dan terkekeh. Nancy merengkuhnya dan di gendong.

"Pintarnya cucu Oma yang satu ini! Kiss Oma," kata Nancy sembari mendekatkan pipinya ke Reyent minta dicium. "Reyent sudah mamam!"

"Mamam!"

"Reyent mau Mamam? Pipi sama Mimi kemana?"

Nancy beranjak berdiri, melangkah menuju dapur ingin menyiapkan makan buat Revy dan Aloysius. Tadi Nancy sudah menyisihkan buat Revy, Aloysius, Rey dan Stella. Jadi mereka tidak makan sisa mereka jika di sisihkan. Reyent berontak ingin turun. Tapi Nancy tetap menggendongnya.

"Nyun yun Ma yun yun!"

Nancy pun menurunkan-nya, setelah di turunin Reyent lari menghampiri sepupu-sepupunya yang sedang bermain. Matanya tertuju sama kucing milik Relly yang di beri nama Coco. Reyent mendekati Coco, dan di bopong. Beruntung kucingnya sangat nurut, juga tidak suka nyakar. "Nyoung nyoung!" Ocehnya sembari mengelus kepala Coco.

"Maa Mama!" Teriak Rey saat baru masuk di pintu utama. Masuk rumah bukanya ucap salam malahan berteriak. Di meja makan Revy mendengar teriakan Rey.

"Ma bayi besar Mama sudah datang tuh," kata Revy.

Nancy keluar melihat menantu sama putranya yang sudah duduk di ruang keluarga. Stella meraih punggung tangan sang mertua dan di ciumnya. Rey merengek seperti bayi.

"Maa peluk Rey sini, apa cium kek, kok malahan duduk di situ. Biasa jika Rey pulang Mama langsung peluk dan cium Rey. Kok sekarang nggak pernah cium lagi!" Rengeknya dengan manja. Reyneis Bastian Digantara benar-benar sifat manjanya belum hilang. Ternyata masih melekat. Sudah memiliki istri dan putra juga masih merengek seperti bayi. Nggak malu sama Reyent.

"Peluk Ma bayi besarnya Ma, nangis nanti," sindir Roni, sang Papa.

"Ya Allah sini nak, anak Mama yang ganteng, sudah ada tuyul juga kok masih manja merengek. Mau nenen sini."

"Mama apaan sih ngomong gitu!" Rengeknya, sembari mencebikkan bibirnya.

"Kok nggak malu sama Reyent!" Kata Sherly kakak tertuanya.

"Emang abis dari mana de? Kok baru datang!" Tanya Sari Kakak angkatnya yang nomer dua.

"Biasa dong, pacaran dulu, ya nggak sayang!" Ucap Rey seraya mencium pipi Stella.

"Ya ya ya ya pacaran dulu!" Sahut Bayu.

Semua yang di ruang keluarga terkekeh. Kemudian Nancy menggiring sang menantu serta sang putra ke ruang makan. Revy dan Aloysius baru selesai makannya. Kini gantian Rey dan Stella. Rey duduk paling ujung. Dan Stella duduk di sebelahnya. Stella mulai mengambilkan nasi serta lauk pauknya. Rey tidak mau makan sendiri, dia mau makan sepiring berdua biar terlihat sangat romantis. Lagi. Rey tidak mau menyendok nasi sendiri, maunya di suapin Stella. Astaga Rey sangat manja sekali.

Selesai makan, kini mereka semua sedang berkumpul di ruang keluarga. Di temani green tea dengan kue lapis yang Stella beli di jalan tadi sebelum datang. Reyent masih sibuk bermain dengan sepupunya. Nancy mendekati Stella yang duduk di samping Rey, sepertinya ingin menanyakan sesuatu.

"Stella, boleh Mama bertanya?" Stella tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Meski ia terkejut penasaran apa yang mau mertuanya tanyakan?

"Tadi Revy bercerita sama Mama, bahwa tadi pagi sewaktu kalian pergi ke mall bertemu dengan Bibi mu! Adik mendiang Ibu mu nak?" Senyum Stella langsung lenyap, mendengar Bibinya di sebut. Stella mengangguk, lalu ia mulai menceritakan semuanya. Bibinya sudah jatuh miskin, Bibinya bangkrut, dan anaknya masuk rumah sakit. Dunia itu adil, roda selalu berputar. Tidak selamanya orang yang di atas akan tetap di atas terus. Itu contohnya Nurty Bibinya Stella, dulu sewaktu masih kaya, sewaktu masih memiliki segalanya. Mereka semua sangat sombong dan jahat. Mendiang Ibunya Stella di anggap seperti orang asing. Padahal mereka bersaudara kandung. Kini Tuhan membalasnya. Nurty menjadi miskin, dan Stella menjadi istri orang kaya. Itu lah kenapa di sebut roda berputar.

Stella juga menceritakan tentang mendiang Ibunya semasa masih hidup dulu. Dulu Ibunya sangat pendiam, tidak pernah lupa ninggalin Sholat. Selalu berbuat baik kepada warga sekelilingnya. Jika ada sisa jualan di bagikan sama warga atau di bawa ke mushola buat cemilan anak-anak yang sedang mengaji. Jika mendiang Ibunya sendirian di rumah atau di warung kecilnya. Beliau selalu termenung, sering melamun. Entah tidak tau apa yang di lamunkan sang mendiang. Apa yang di pikirkan sang mendiang tidak ada yang tau.

Setelah mendengar mendiang Ibunya Stella meninggal, para warga semua kaget dan syok. Mengingat kebaikan mendiang, mengingat Stella tidak memiliki siapa-siapa. Para Warga-warga berinisiative membantu mengurus pemakaman beliau. Terutama Ustad guru ngaji di Mushola sama Pak RT. Selesai mendiang di kermasi, Pak RT mengijinkan Stella tinggal di rumahnya untuk sementara. Karena tanah serta rumah kecil Stella di jual buat pengobatan mendiang Ibunya. Rahang Nancy mengeras mendengar Bibinya Stella tidak hadir di pemakaman mendiang Ibunya. Alangkah teganya mereka dulu bahagia di atas berdukanya Stella. Benar-benar tidak punya etika sama sekali.

Stella menangis di pelukan Rey, jika ia menceritakan tentang mendiang Ibunya semasa hidup dulu pasti Stella sedih ujung-ujungnya menangis.

"Mama pake nanya-nanya segala, kan Stella jadi sedih lagi!" Oceh Rey, sembari mengusap air mata Stella.

"Nggak apa-apa nangis, biar lega, yang penting kamu jangan dendam ya nak. Cukup di ingat saja perbuatan mereka dulu. Dan iklaskan semuanya. Lihat sekarang mereka sudah mendapatkan karmanya, dan dia memohon sama kamu. Sekarang jangan terlalu di pikirin, fokus saja mengurus putra dan suamimu. Jangan pernah menengok luka di belakang lagi. Teruslah lihat kedepan, masa depan putramu. Sekarang kamu tidak sendiri lagi, ada Mama, Papa, Abang Bayu, Kak Sherly, Kak Sari kita semua sudah menjadi keluargamu. Jadi jika ada uneg-uneg berbagi ceritalah sama kita," pesan Nancy panjang lebar. Air matanya ikut berlinang.

Stella mengangguk.

"Aku tidak pernah dendam sama mereka Ma. Aku selalu mendengar Ibu di dalam mimpi berkata seperti apa yang Mama ucapkan. Tapi aku selalu ingat Ma, di sini sakit banget rasanya Ma." Lirih Stella, seraya memegang dada kirinya. Nancy memeluknya, mengusap punggungnya. Stella semakin terisak di pelukan Nancy yang begitu hangat. Ia jadi merindukan pelukan mendiang Ibunya.

Tuhan! terima kasih sudah memberikan aku mertua yang sangat baik. Perhatian, dan sayang sama putraku. Semoga Mama mertuaku sehat terus.

Lirih Stella dalam hati.

"Mama tidak bisa membayangkan nak, seperti apa hidupmu dulu." Kata Nancy ikut terisak.

Hening, tidak ada pembicaraan lagi, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hari sudah malam, Reyent juga sepertinya sudah mau tidur. Nancy menyuruh-nya menginap saja. Rey dan Stella pun mengiyakan. Karena besoknya ada acara BBQ di halaman belakang. Acara ulang tahunnya Refly adik bungsunya Reyneis. Ulang tahun yang ke 11 tahun.

Reyent sudah tertidur di pangkuan Stella, dengan mengemut dotnya yang masih setia menempel di mulutnya. Pio tiba-tiba menghampiri Rey dan menyerahkan ponselnya. Wajah Pio terlihat muram dan sedih. Begitu pun Rey setelah membaca pesan di group wajahnya berubah menjadi syok dan sedih.

Group KOS >< KUMPULAN ORANG STRES 😺

Galih: Guyss Dewo kecelakaan! Dia pergi ninggalin kita semua! Innalillahi wa'ina lillahi roji'un.

Riki: Bercanda lo tuh nggak lucu tau nggak!

Galih: Apa pernah gue bercanda sampai ngatain sahabat gue meninggal. Dewo memang kecelakaan beneran di kelapa gading. Entah dia mau kemana gue nggak tau.

Dicky: Serius lo!! Ini gue sebenernya mimpi apa nggak ini?

Vito: Share foto sini biar pada percaya!

Deden: Beneran guys, gue sekarang di rumah sakit. 😭

Mereka langsung bungkam setelah, melihat foto yang di kirim Deden. Mereka semua masih tidak percaya. Rasanya seperti mimpi.

***

Rey terdiam, dia syok, wajahnya terlihat sedih, dan kedua matanya memerah menahan tangis. Rey masih tidak percaya, dengan kabar yang mendadak seperti ini. Rey langsung menhingat hari-hari kemaren, dia chatingan sama Dewo balasannya ngelantur nggak jelas. Dewo meminta para sahabatnya untuk datang kerumahnya berkumpul rame-rame. Rey waktu itu hanya mengiyakan saja. Ternyata ini, arti berkumpul rame-rame untuk menyaksikan jasad dia. Waktu membaca pesan Dewo, Rey memang tidak ada firasat apapun. Rey memejamkan kedua matanya. Memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening.

"Kenapa Rey?"

"Dewo teman Rey kecelakaan meninggal di tempat Ma. Sayang kamu tidur duluan ya, nggak usah nunggu aku pulang. Besok pagi saja kamu ikut kesananya ya," Stella mengangguk.

"Bentar bentar! Ini Dewo mana de?" Tanya Sari.

"Dewo yang jadi MC waktu di pernikahan Rey Kak, masa lupa!"

"Innalillahi!"

Rey beranjak berdiri, memakai jaket kulit hitamnya yang di ambilkan oleh Pio. Lalu masuk ke kamar tamu untuk berganti celana panjang. Kemudian Rey mencium putranya yang sudah terlelap. Lalu Rey melenggang pergi. Sampai di rumah sakit, sudah begitu rame di depan ruang ICU. Ada yang nangis histeris, ada yang bengong saja. Semua mendongak, melihat kehadiran Rey. Lalu menghampirinya, dan memeluknya.

"Kita yang sabar ya Guyss," Lirih Deden. 

Kecelakaan Dewo bukan kecelakaan biasa. Dewo sudah meninggal di tempat kecelakaan. Rey dan semua sahabatnya, masih seperti mimpi. Berat rasanya kehilangan satu anggota genknya. Dewo orangnya sangat ramah, govy, murah senyum, paling ceria. Kini jasad Dewo siap di bawa ke mobil ambulance, siap untuk di antar ke rumah Dewo. Ibunya Dewo dan istrinya sangat histeris. Apa lagi istrinya pingsan beberapa kali. Di tinggalkan sang suami, dan sang suami meninggalkan istri dan putri yang masih berusia 3 bulan. Gimana nasib istri dan putrinya nanti?

Jasad Dewo sudah sampai di kediaman, semua kerabatnya histeris saat Dewo di bawa masuk kedalam rumah. Begitupun istrinya Dewo pingsan-pingsan terus. Kedua mata Rey berkaca-kaca, memandangi wajah Dewo yang terlihat senyum. Rey tidak bisa membayangkan jika itu dirinya. Rey kembali mengingat pesan-pesan Dewo sebelumnya. Jika Dewo sudah ada firasat ingin ninggalin mereka semua. Kalau di liat luka Dewo tidak ada yang parah, tapi dokter mengatakan Dewo luka dalam. Polisi pun mengatakan bahwa kecelakaan yang di alami Dewo bukan kecelakaan biasa.

Menjelang subuh Rey pamit pulang, nanti dia datang lagi bersama istrinya. Pulang istirahat sejenak, walau cuma satu jam dua jam. Di perjalanan Rey masih memikirkan pesan Dewo.

Rey, udah lama nih kita jarang kumpul bareng! Besok kita ajak anak-anak kumpul di rumah gue yuk, sepertinya seru deh BBQ.

Pesan Dewo terakhir sebelum kecelakaan. Setelah itu Dewo pulang bekerja, naas menghampirinya. Mobilnya memasuki perkarangan rumah Nancy. Security yang bernama Luri langsung membukakan gerbangnya. Rey keluar dari mobilnya dan masuk kerumah yang di di bukakan Stella. Sebelumnya tadi memang Rey sudah menghubunginya untuk membukakan pintu. Stella menyuruh-nya bersih-bersih, dan beristirahat.

Niat pulang ingin beristirahat, tetapi Rey tidak bisa memejamkan kedua matanya. Rey selalu terbayang wajah Dewo tadi. Stella pun bertanya, "kenapa tidak kunjung tidur? Ini sudah subuh loh!"

"Nggak bisa merem, ingat wajah Dewo terus." Ujar Rey sembari mengeratkan pelukannya. Akhirnya Rey tidak tidur sampai matahari terbit. Rey hanya memejamkan kedua matanya saja meski tidak tidur.

Paginya Rey dan Stella bersiap ingin melayat kerumah Dewo. Nancy sama Roni juga ikut melayat. Reyent yang masih tertidur ia titipkan ke Lia dan Sari Kakak keduanya Rey. Sampai di kediaman Dewo, Rey menggandeng tangan Stella membawanya masuk kedalam rumah untuk melihat jasad Dewo. Mata Stella tertuju pada istrinya Dewo yang begitu rapuh. Ia ikut merasakan gimana di posisi istrinya Dewo. Stella menghampirinya memeluknya dan memberi support.

Jasad Dewo sudah di kebumikan. Para pelayat undur diri, hanya ada Rey, Vito, Deden, Galih dan sahabat-sahabat lainnya. Rey menyentuh pusara Dewo.

Selamat jalan bro, permintaan lo sudah terpenuhi. Lo meminta anak-anak berkumpul di rumah lo, dan hari ini, pagi ini, siang ini, sore ini kami semua tetap masih berkumpul di rumah lo. Meski lo sudah pergi untuk selamanya. Lo tenang saja, kita semua akan menjaga bini dan putri lo. Thanks, lo sudah bertahan untuk berteman dengan kita semua. Tuhan titip sahabat hambamu ini ya Tuhan. Ampunilah dosa-dosanya.

Gumam Rey dalam hati.  Begitu pun sahabat yang lainnya melakukan hal yang sama mendoakan Dewo. air mata Rey berlinang. Baru kali ini dia menangis di depan publik. Stella mengusap-ngusap lengannya untuk menenangkan-nya. Hari sudah sore, kini mereka semua kembali ke kediaman Dewo yang masih di penuhi para pelayat. Rey mengantar Stella pulang, tadi dapat telpon bahwa Reyent nangis mencari Miminya. Stella pun buru-buru minta di antar pulang. Sampai di rumah ia langsung mandi, Rey kembali ke rumah Dewo. Selesai mandi Stella langsung ke taman belangkang, yang sudah berkumpul menyiapkan bahan BBQ dan bahan lainnya.

"Reyennnntt!" Panggil Stella seraya merentangkan kedua tangannya.

"Mi-Mi-Mii!" Teriak Reyent, saat melihat Stella menghampirinya. Reyent berontak dari gendongan Sari. Reyent lari menghampiri Miminya, Stella pun langsung meraihnya, di peluk dan ciumin wajahnya. Satu hari di tinggal seperti satu bulan, padahal dulu waktu masih bayi sering di tinggal.

"Reyent kangen Mimi ya!? Mimi juga kangen kiss Mimi!" Reyent menciumnya. Stella lupa beli kado buat Refly tadi. Tidak enak jika tidak memberi kado. Stella mencoba menghubungi Rey, menyuruhnya membeli kado buat Refly. Jika memberi sesuatu buat Refly adek bungsunya Rey itu harus sesuai kesukaannya. Warna pun harus sesuai dengan warna kesukaannya. Pernah dulu Sherly membelikan kaos warna kuning, Refly tidak mau menerima. "Nggak mau, nggak suka warna kuning." Tolak Refly.

Kini Stella bingung mau ngasih apa buat Refly. Ia serahin sama Rey yang tau apa yang disukai Refly adiknya. Stella bergabung sama Sherly yang duduk dengan Grandma-nya Rey. Karena Sherly sedang hamil anak yang kedua, bawaannya malas. Alan suaminya sama Bayu yang jadi tukang bakar. Stella bercerita tentang keadaan istrinya Dewo. Ia bercerita sampai kedua matanya berkaca-kaca. Stella jadi mengingat perjuangannya dulu, melahirkan tanpa di dampingi sang suami. Mengurus putranya tanpa suami. Pasti sama apa yang di rasain istrinya Dewo kelak mengurus putrinya yang masih berusia 3 bulan tanpa suami. Tidak terasa air mata Stella berlinang. Begitupun Sherly ikut terharu.

Tbc.

Terima kasih sudah mau membaca.

Saranghae 🥰

It's Me Rera.