Happy Reading!^^
_________
Suasana di dalam Digantara Club begitu rame. Terdengar suara musik DJ berdentangan. Orang-orang pada asik menari di Dance floor. Fara juga yang sebagai Strippers begitu semangat mengikuti irama musik DJ untuk meliuk-liukan pinggulnya. Pelanggan lelaki pada menyukai goyangan Fara. Goyangannya indah dan Sexy. Rey tidak salah memilih Fara untuk menjadikan Strippers, agar pelanggan atau sahabatnya selalu menikmatinya.
Digantara Club memang selalu rame, apa lagi di Dance floor penuh para pelanggan. Suara musik DJ yang di mainkan oleh Lulu semakin kencang. Jika orang berbicara harus berteriak supaya terdengar.
Di tambah kehadiran Rey semua pada happy, terutama untuk pelanggan wanita yang mengidolakan Rey. Cukup di beri senyuman oleh Rey saja, semua teriak Kegirangan. Karena Rey jarang datang ke Club.
Saat ini Rey sedang berada di ruang pribadinya. Ia lagi mengecek data keuangannya. Selama beberapa hari ini ia tidak datang ke Club untuk memastikan keuangannya. Ia serahin sama Kariri dan Vito yang sebagai managernya. Di sinilah dia, di ruang kerjanya berkutat dengan laptopnya.
Benda segi empat yang berwana hitam berbunyi. Tanda ada pesan masuk, ia kira Stella yang mengirim pesan. Ternyata teman bisnisnya ingin datang dan sekalian ingin melihat kondisi Rey. Waktu Rey kecelakaan memang rekan bisnisnya yang bernama Akbar Tanjung tidak bisa menjenguk karena sedang berada di luar negeri.
Rey tersenyum, lalu mematikan laptopnya dan keluar dari ruangan pribadinya. Rey mencari Riki untuk mengkosongkan ruang VVIP room. Riki pun segera mengeceknya. Rey keluar mencari Adi untuk menyambut Tuan Tanjung di depan Club.
Akbar Tanjung sudah datang, dia di sambut oleh Adi, Kariri, dan Vito. Tidak lama Rey datang untuk memberi salam sama Akbar Tanjung.
"Selamat datang di Digantara Club Tn.Tanjung. Lama tidak bertemu dengan Anda." Ucap Rey memberi salam sama rekan bisnisnya dengan hormat.
"Senang juga bertemu kembali dengan Anda Tn.Rey." Balas Tn.Tanjung sembari berjabat tangan. Lalu mereka berpelukan. Membawa Tanjung keruang VVIP agar lebih nyaman berbincangnya. Di luar sangat berisik. Kariri, Vito, Rey dan Tanjung sudah berada di VVIP Room. Adi masuk membawa Whisky buat hidangan mereka. Mereka sedang berbincang-bincang, saling membahas pekerjaan atau bisnisnya.
Rey bercerita tentang insident kecelakaan dua bulan yang lalu. Tanjung yang mendengar cerita Rey begitu terkejut. Segitunya ingin mendapatkan mobil sampai berbuat licik, seperti itu gumaman Tanjung.
"Syukurlah Anda baik-baik saja Tuan.Rey. saya ikut panik mendengar kabar dari Tuan.Gregy. Maka sekarang kita harus berhati-hati dengan lawan kita." Ucap Tanjung menasehati.
"Terima kasih Tuan.Tanjung, bagaimana dengan kondisi Anda sendiri? Saya perhatiin anda sedikit kurus!"
"Alhamdulillah saya baik, memang selama ini saya sedikit turun berat badan saya. Biasa lah saya sudah tua." Ujarnya sembari terkekeh.
"Saya perhatikan Digantara Club makin rame ya! Ketimbang di Sedap Malam!"
Sedap Malam Club juga milik Rey, tapi Clubnya sepi karena tidak ada DJnya. Pelanggan pada milih ke Digantara Club.
"Ya alhammdulillah Tuan.Tanjung. Ini semua berkat anak-anak. Ayo kita bersulam lagi, sudah lama kita tidak berkumpul seperti ini." Ujar Rey sembari bersulam.
Perbincangan semakin berlanjut, saling membahas tentang bisnis mereka. Malam pun sudah larut, jam menunjukan pukul tiga pagi. Club sudah terlihat sepi walau masih ada pelanggan, tapi tidak serame tadi. Akbar Tanjung dengan tangan kanannya pun sudah pamit undur diri.
Adi, Dicky, Beni, Aries, Farel dan karyawan lainnya beresin meja dan kursi-kursi yang berantakan. Lulu dan Fara sedang berbincang dengan sahabat lelakinya yang bernama Ferdiyansyah.
Ferdy menyukai Fara, tetapi Fara tidak meresponnya. Entah Fara orangnya terlalu tertutup jika menyangkut percintaannya. Beda dengan Lulu, ia selalu terbuka buat lelaki. Lulu sering gonta ganti lelaki.
Fara masih trauma tentang masa lalunya, dulu ia sering di siksa oleh kekasihnya. Di perkosa, uangnya juga selalu di minta, untuk saat ini Fara tidak mau memikirkan tentang percintaannya. Ia sudah membangun tembok besar di hatinya. Fara bekerja sebagai Strippers itu sudah jalan terbaik buat dirinya. Keluarganya sudah tidak memperdulikan dia lagi. Saat itu Fara terlalu stres, pernah juga ia kecanduan obat terlarang. Saking stresnya dia.
Kekasih Fara yang bernama Gana, langsung di hajar sama Rey. Rey tidak terima sahabatnya di siksa. Walau Rey terkenal playboy juga tidak sampe menyiksanya.
Jika saja waktu itu tidak ada Rey, mungkin Fara nggak akan terselamatkan. Rey tidak mau Fara terjadi sesuatu, dengan bantuan Vito dan Kariri. Rey membawa Fara untuk berobat. Setelah Fara sembuh dari Narkoba, Rey menawarkan pekerjaan sebagai Strippers. Rey tidak memaksa, itupun jika Fara mau. Fara memikirkannya, terima atau tidak?
Akhirnya Fara menerimanya, Gue sudah hancur, tidak memiliki siapa-siapa lagi. Mereka semua sudah tidak ada yang peduli lagi sama gue. Tidak ada salahnya jika gue bekerja menjadi Stripper. Toh tidak ada yang melarangnya. Gumam Fara dalam hati, tak terasa air matanya mengalir di pipi mulusnya. Ia tidak peduli lagi orang mau ngatain dia seperti apa. Ia sudah Don't care.
Digantara Club sudah sepi dan sudah tutup. Mereka semua pulang kerumah masing-masing. Tinggal Riki yang selalu tinggal di Club. Riki sama Ardi memang tinggalnya di Club.
Rey, Farel, dan yang lain juga sudah kembali ke apartementnya. Mereka pada mabuk, tapi tidak terlalu parah. Rey masuk kekamarnya, dia tertegun setelah membuka pintu kamarnya ada dua orang yang berbeda usia sedang terlelap di atas ranjangnya. Rey tersenyum bahagia, hatinya menghangat melihat kedua orang yang sangat penting dalam hidupnya. Rey akan mulai terbiasa jika pulang ada yang menunggunya. Dan jika ia terbangun ada wanita pujaannya.
Rey berjalan mendekati ranjang yang ada Stella dan Reyent sedang terlelap nyenyak. Stella memeluk Reyent. Lalu Rey membenarkan selimut yang tersingkap kebawah. Kemudian ia mencium kening Stella dan Reyent bergantian.
"I love you my life," bisik Rey, sembari menaikan kakinya ke ranjang. Rey terbaring di samping Reyent.
Rey sudah memilik keluarga kecil, Rey sangat bahagia. Moment ini seperti mimpi. Rey jadi tidak sabar ingin cepet-cepet menikahi Stella. Kenapa Papa Mamanya lama sekali untuk melamar Stella. Seperti itu gumaman Rey.
Rey tidak mau Stella pergi lagi, ia sudah seperti orang gila selama hampir dua tahun ini mencari Stella. Rey berharap akan tidur seranjang begini terus sampai maut memisahkan. Rey tidak mau kehilangan Stella untuk yang kedua kalinya. Apa lagi Reyent putranya yang gemesin. Reyent yang notabennya adalah penerus darahnya. Rey memeluk Stella juga Reyent.
Stella menggeliat, seperti ada orang yang memeluknya. Ia membuka kedua matanya. Tatapannya bertemu dengan tatapan Rey.
"Jangan pindah, tetaplah tidur disini. Aku ingin menikmati malam yang membahagiakan ini. Tidurlah kembali, aku tidak akan ngapa-ngapain. Meskipun aku sangat menginginkan mu malam ini. Tapi aku tidak mau merusak malam yang membahagiakan ini. Kita sudah seperti keluarga kecil, jangan pergi ninggalin aku lagi Stella. Apapun yang terjadi tetaplah bersamaku, di sampingku," ungkap Rey tersenyum.
Stella menurut, ia kembali memejamkan kedua matanya. Terlihat keduanya saling memeluk Reyent putra mereka. Jika ini mimpi tolong jangan bangunkan aku Tuhan! Batin Stella.
Tuhan apakah ini mimpi? Jika tidak tolong jangan pisahkan kami! Batin Rey.
Lalu mereka pun sudah terlelap, menuju kealam mimpinya.
☆☆☆
Jam sudah menunjukan pukul delapan pagi. Sinar matahari pun menerobos masuk lewat jendela yang menyorot wajah cantik Stella. Reyent terbangun merengek mencari empengnya.
"Ndaaa-ndaa-Meng-Meng nda," rengek Reyent sembari memukul pipi Stella. Merasa mendengar rengekan Reyent, Stella langsung bangun mencari empeng Reyent yang jatuh di bawah bantal Reyent.
Setelah menemukannya ia berikan sama Reyent. Lalu langsung di enyut Reyent.
Reyent menengok kesamping melihat wajah Rey yang terlelap. Di rabanya rahang Rey, "Pi-nda-pi-bo-bo," celetuk Reyent sembari menunjuk kearah Rey.
"Sssttt! Nggak boleh ganggu Pipi nak, Pipinya lagi bobo. Ayo kita bangun mandi, terus makan pagi dan jalan-jalan pagi ok!"
"Lan-lan-nda,"
"Iya my boy, ayo Reyent mau main air tidak!"
Lalu Stella beranjak bangun pelan-pelan supaya tidak membangunkan Rey. Ia menggendong Reyent, melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Stella membuka pakaiannya dan juga pakaian Reyent, tidak lupa melepas empengnya. Ia sedikit merayu Reyent saat melepas empengnya. Kemudian Stella mengajak Reyent berendam kedalam Bathtub.
Reyent beteriak kesenangan, ia memang senang bermain air. Ia tertawa sembari berteriak-teriak. Stella pun ikut tertawa saat Reyent menyiprat-nyipratkan air mengenai wajah Stella.
Merasa sudah puas berendam dan asik bermainnya, kini Stella membersihkan diri dan memandikan Reyent. Setelah selesai ia keluar dari kamar mandi menggunakan Kimono towel. Ia masuk keruang walk in close. Ia mengeringkan badan juga rambut Reyent. Lalu ia menaburkan minyak telon dan bedak supaya kulitnya terasa halus dan harum.
Setelah Reyent sudah rapi dan harum, gantian Stella memakai pakaiannya. Ia mengenakan kaos oblong biasa dengan celana pendek selutut. Entah punya siapa Stella tidak tau, sepertinya masih baru. Stella menyisir rambutnya, ia tidak butuh make-up. Ia tidak suka make-up, ia suka berwajah yang alami.
Stella keluar dari walk in close, ia ingin membuat makan untuk Reyent. Rey masih tidur nyenyak sampai tidak mendengar kebrisikan Stella. Stella pun tidak peduli, ia juga tidak membangunkannya. Karena semalam Rey pulang terlalu pagi jadi Rey butuh istirahat yang banyak.
Stella sudah membuat makan pagi buat Reyent. Nasi dan wortel di blender sampai halus. Di campur sedikit garam kusus buat baby. Ia mendudukan Reyent di Baby chair yang Rey beli kusus untuk Reyent. Lia yang ngasih tau jika Rey sudah menyiapkan Baby chair.
Reyent begitu lahap menikmati makanan favoritnya. Reyent berceloteh, "Mam-mam nda mam mam," ucapnya sembari tertawa. Stella begitu asik menyuapi dan menanggapi celotehan Reyent. Sampai tidak tau ada orang yang memperhatikannya sedari tadi. Orang itu adalah Rey. Tadi saat dia terbangun tidak ada Reyent maupun Stella di sampingnya. Rey beranjak dari ranjangnya, mencari keberadaan Stella dan putranya.
Di sinilah Stella dan putranya berada di ruang makan. Rey berdiri bersender di lemari es sembari memperhatikan Stella tanpa kedip. Padahal Stella wajahnya tidak make apa-apa, ia anti make-up. Namun, itu terlihat cantik di mata Rey. Dengan rambut panjangnya yang di urai, kaos oblong dan celana pendek selutut yang Rey beli. Bibirnya tertarik kesamping melihatkan senyuman bahagia. Karena ini hari pertama melihat pemandangan yang indah di pagi harinya. Terlihat cocok bajunya, batin Rey.
Rey menghampirinya, duduk di hadapan Stella, ia menyapa Reyent.
"Selamat pagi jagoan Pipi! Reyent lagi ngapain hem?"
"Maam-Pii-mam mam," ucap Reyent mengikuti omongan Stella. Ia menunjuk-nunjuk mangkok yang berisi bubur.
"Mamam yang banyak ya, biar cepat besar! kan Reyent Super Hero ya kan," Reyent manggut-manggut seolah ia paham apa super hero. "Cium dulu sini," ujar Rey mendekatkan wajahnya kearah putranya. Reyent pun langsung menciumnya. Dan di balas Rey mencium Reyent bertubi-tubi.
"Kenapa kamu bangun! Aku tadi terlalu berisik ya? Maaf," Cicit Stella.
"Nggak kok, aku sengaja bangun mencari kalian tidak ada di samping ku," ujarnya.
"Rey aku ingin pulang dulu ke Pulo Kapuk, lagian aku juga harus bekerja. Aku sudah tidak masuk kerja hampir seminggu. Hari ini tolong anterin aku pulang," ucap Stella. Stella ingin pulang, mengingat sudah empat hari ia mengikuti kemauan Rey. Sampai ia tidak bekerja selama hampir seminggu. Ia tidak enak dengan Wia managernya, terutama dengan karyawan lainnya.
"Ngapain pulang? Apa kamu tidak senang tinggal disini. Tidak nyaman? Dan kamu tidak usah bekerja lagi, aku sudah bicara sama Wia jika kamu mengundurkan diri."
"Apa! Kenapa kamu main seenaknya aja Rey, kamu tidak bisa gitu dong Rey. Aku harus bekerja, jika aku tidak bekerja aku tidak bisa memberi uang bulanan sama kedua orang tua angkatku. Sekarang kamu bilang ke Mba Wia jika aku mengundurkan diri. Padahal Mba Wia juga tau jika aku sangat membutuhkan pekerjaan itu." Keluar sudah emosi Stella dan ke kesalannya.
Stella harus nemui Wia supaya ia masih bisa di ijinin kerja di Caffe J-Holic. Reyent memandangi Stella yang menahan amarahnya. "Ndaa," panggil Reyent. Lalu Stella kembali menyuapi Reyent.
"Stella tolong dengarin, mulai sekarang kamu tidak usah kerja lagi. Apartment ini milikmu juga, rumah yang masih di bangun juga itu akan jadi milikmu, Caffe J-Holic, Caffeine, Cafeteria itu juga akan menjadi milikmu. Setelah kita menikah semua milikku akan menjadi milikmu juga. Bahkan aku ingin membuka usaha Biliyard, mengingat kamu pernah bekerja di Biliyard dulu. Pasti kamu bisa kan main Biliyard? Jadi jika aku sudah membukanya, itu nanti atas namamu atau Reyent. Kedua Caffe dan Biliyard itu atas namamu sama Reyent. Jelas Rey panjang lebar.
Stella tidak bisa menjawab apa-apa, ia begitu terkejut atas penjelasan Rey barusan. Ia hanya ingin mandiri, cari uang hasil dari keringatnya sendiri. Jika begini orang mengira ia seorang cewek komersil atau cewek matre, memanfaatkan Rey karena Reyent. Ia tidak mau di bilang seperti itu. Demi Tuhan ia bukan tipe cewek matre. Ia memang orang miskin, orang nggak mampu, tapi ia bukan cewek matre. Lama ia berpikir, sebelum berbicara namun Rey kembali berkata.
"Jangan mikir yang tidak-tidak, sebentar lagi kita akan menikah. Kamu akan menjadi Nyonya Digantara yang pertama. Karena aku anak pertama yang lahir dari rahim Mama. Tolong ikuti permintaan ku, jika kamu ingin ke Kapuk nanti aku antar. Sekalian ke Caffe J-Holic nemui Wia."
"Tapi Rey. . ."
"Tidak ada tapi-tapian! Reyent sudah selesai makannya? Kalau sudah ayo aku ingin nunjukin sesuatu buat Reyent." Ujar Rey sembari mengangkat Reyent untuk di gendongnya. Rey melangkahkan kakinya keruang bermain sepertinya. Stella tidak tau Rey ingin nunjukin apa? Ia hanya mengikuti dari belakang. Rey ingin nunjukin Reyent mainan mobil dorong. Rey membuka pintu dan terlihatlah mainan mobil dorongnya. Dan Rey mendudukan Reyent.
Reyent yang melihat mobil-mobilan dorongnya yang berwarna putih, ia memberontak ingin turun. "Bil-bil-yent-bil," ucapnya. Setelah di turunkan Reyent langsung menaikinya. Minta di dorong, Rey membawanya ke keluar. "Kekeke Arrrrgg," teriak Reyent kegirangan.
Rey dan Stella tersenyum haru melihat tawa Reyent bahagia. "Reyent senang hadiah mobil dari Pipi?"
"Bil-Pi-bil,"
"Iya mobil dari Pipi, Reyent senang tidak?"
Bahagianya pagi ini, Rey tidak akan melupankan moment pagi ini. Ia terbangun dari tidurnya melihat wajah ceria Stella dan Reyent hatinya menghangat. Di tambah mendengar tawa Reyent yang memenuhi apartmentnya. Rey masih tidak percaya bahwa ini nyata. Ia merasa seperti masih tidur dan memimpikan moment pagi ini.
Begitupun Stella ia tidak akan melupakan moment pagi ini. Stella mengambil phonselnya yang berada di kantong celananya. Lalu ia mengambil sebuah video Rey yang telah mendorong mobil yang di naiki Reyent. Putranya begitu bahagia menerima hadiah dari Ayahnya. Terdengar suara tawa Reyent dan teriakan Reyent, hati Stella menghangat. Ia berkaca-kaca tidak terasa air matanya jatuh membasahi pipi mulusnya.
Tuhan terima kasih kau sudah memberikan kebahagian untuk putra kami. Semoga kau selalu bahagia nak, Bunda harap kamu tidak seperti Bunda dulu. Kamu sudah bertemu Ayahmu nak, ketemu Oma-Opa. Mereka semua menyanyangimu. Maafin Bunda jika selama setahun ini sudah memisahkan mu dengan Ayahmu.
Terima kasih Tuhan . . . . Tolong lindungi putra kami.
BERSAMBUNG.
It's Me Rera 🥰