Chereads / He's My Son 01 / Chapter 12 - CHAPTER 11

Chapter 12 - CHAPTER 11

Pagi ini Reyneis sedang siap-siap ingin pergi ke Caffe J-Holic. Wajahnya terlihat ceria dan bibirnya terus mengembangkan senyuman. Ada apa dengan Reyneis? Kesambet apakah dia? Karena dia ingin menemui wanita yang selama satu setengah tahun ini dia cari. Rey sudah tidak terliat kacau lagi, semoga wanita yang ingin di temuinya tidak menghindarinya lagi. Banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan jika bertemu nanti. Wanita itu tidak lain adalah Stella Anggraini. Gadis cantik alami dan sedikit polos. Rey menyemprotkan minyak yang bermerek Gucci di bajunya. Berdiri di depan kaca rias sembari merapikan rambutnya.

Rey berucap,"Si brengsek Rey memang tampan," Puji Rey diri sendiri. Merasa sudah terliat rapi dan keren, Rey mengambil kunci mobilnya. Lalu dia keluar menuju ke garasi mobilnya. Rey masuk dan duduk di kemudi. Kemudian dia melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

Sebelum ke Caffe yang Rey tuju, dia mampir ke toko bunga. Rey ingin membeli bunga buat Stella. Biar terlihat romantis dikit gitu. Setelah membeli bunga, Rey kembali ke mobilnya lalu melajukannya menuju Caffe J-Holic. Sesampainya di Caffe, Rey langsung nyelonong masuk tanpa ijin, buat apa pake ijin dia bosnya ini. Jadi tidak ada haknya melarang dia masuk. Rey menanyakan keberadaan Steĺla sama Salma .

"Salma hari ini Stella masuk kerja tidak? Di mana dia?" Tanya Rey pada Salma.

"Masuk Mas Rey, dia ada di dalam, Mas Rey ada perlu sama dia?"

"Iya! tolong panggilin dia suruh keruangannya Wia ya! Oh ya tolong bunga ini kasih sama Stella. Dan jangan bilang kalo bunga ini gue yang ngasih!"

"Iya Mas nanti aku sampaikan."

Lalu Rey pun masuk keruangan Wia, beruntung Wia belum datang, biasanya ia akan datang siang apa sore. Rey duduk di kursi tempat yang biasa Wia duduk sembari memainkan phonselnya. Rey baca pesan dari Vito yang isinya nyindir Rey. Bibir Rey tertarik kesamping melihatkan senyum ejeknya. Hati Rey sedang bahagia hari ini, lagi jatuh cinta pandangan pertama. Jadi semua temannya pada ngirim pesan di group via Wechat.

"Hati Bos kadal lagi berbunga-bunga. Seperti orang baru lagi jatuh cinta. Kenalin dong Stellanya sama kita Bos. Seperti apa dia yang bisa naklukin hati Reyneis Bastian Digantara si Playboy cap kadal ini!!'' Seperti itulah pesan dari temannya. Rey cuma cengar cengir tidak menanggapinya.

Di tempat lain. . .

Salma sedang menemui Stella yang sedang meracik kopi dengan serius. Salma memanggilnya.

"Stella ada kiriman bunga buat lo nih, bunganya harum banget." Kata Salma sembari mencium bunga yang dari Rey tadi. Stella mengernyitkan keningnya.

"Bunga? Bunga dari siapa Salma?" Tanya Stella bingung.

"Gue nggak tau! tadi Mang Umar yang ngasih, katanya ada laki-laki yang nitip bunga buat lo. Ya sudah terima saja sih bunganya juga bagus kok wangi lagi nih." Ujar Salma menyodorkan bunga 'Latulip' kepada Stella.

Stella pun menerimanya, tapi ia masih terliat bingung. Siapa orang yang mengirim bunga ini? kenapa tidak ada kartu ucapan atau nama pengirimnya? Lalu Stella meletakannya di meja dan mau melanjutkan aktifitasnya. Namun, Salma kembali memanggilnya.

"Oh ya Stella, lo di suruh keruangannya Mbak Wia."

"Keruangan Mbak Wia ngapain?" Tanyanya dengan kawatir, takut ia buat kesalahan. 

"Ke sana aja gue juga tidak tau, cepat sana!"

Stella melepas Celemek yang ia pake. Ia cuci tangan dan buru-buru menuju ke ruangan Wia. Sampai di depan pintu ruangan Wia Stella masih berdiri dengan perasaan tidak tenang. Hatinya deg-degan sembari memegang dadanya yang semakin berdetak karena gugup. Stella menarik nafasnya, lalu di hembuskan-nya lagi. Kemudian ia mengetuk pintunya.

Tok tok tok . . .

Tiga kali ia mengetuk pintu tidak ada jawaban. Stella mengetuk pintunya lagi dan membukanya. "Permisi Mba! Tadi Salma bilang Mba Wia memanggil sa-."! Ucapan Stella terhenti karena terkejut siapa orang yang dia temui itu? Bukan Mba Wia, tapi seorang lelaki yang ia kenal. Matanya membulat dan tubuhnya menegang.

"Kau." Ucap Stella.

"Iya! Ini gue Reyneis Bastian Digantara. Hai Nona Stella Anggraini kita jumpa lagi, apa kabar!" Ujar Rey sembari memamerkan senyumnya. Lalu Rey berdiri melangkah mendekati Stella.

"Bagai mana bisa kamu ada disini! terus Mba Wia kemana?" Tanya Stella ketus sembari mencari keberadaan Mba Wia.

"Tentu saja gue bisa di sini, karena Caffe  ini milik nyokap gue. Dan yang megang atau memantau Caffe ini itu juga gue. Bagai maa? Lo nyamam bekerja disini Nona Stella Anggraini?"

Deg

Apa! Jadi Caffe ini milik Reyneis? Tapi kenapa aku tidak pernah melihat dia ada di sini, ya Tuhan ujian apa lagi ini! Dunia begitu sempit. Gumam Stella dalam hati.

Stella kaget, tidak menyangka jika Caffe  ini milik orang tua Reyneis. Kenapa dia tidak pernah tau. Apa ini yang di namakan takdir Tuhan? Mempertemukannya kembali. Stella masih terbungkap mulutnya, masih mencerna apa barusan yang di ucapkan Rey tadi. Stella sudah nyaman bekerja di sini, tidak mungkin ia Risign untuk menghindarinya. Bukankah ini lebih baik ia bertemu Reyneis. Ayah kandung dari putranya. Jika keluar dari Caffe ini terus dia mau kerja di mana? Terus gimana nasib putranya kelak?

Sedangkan Jakarta susah untuk mencari pekerjaan. Tau apa yang di renungkan Stella. Rey kembali berbicara.

"Kenapa? Lo kaget? Tidak usah kaget dan jangan coba-coba untuk mengundurkan diri demi menghindari gue. Stella kita harus bicara sekarang juga. Tolong jawab pertanyaan gue. Hari itu, setahun setengah yang lalu, kenapa lo pergi di saat gue masih terlelap? Kenapa lo kabur? Selama ini gue belum pernah di tinggalin seorang perempuan di saat gue masih terlelap! Jadi jawab pertanyaan gue kenapa lo kabur waktu itu?!" Ucap Rey panjang lebar.

Masih hening

"Stella!" Panggil Rey mendekati Stella. Namun, Stella mundur. "Ayo jawab pertanyaan gue Nona Stella Anggraini." Ujar Rey semakin mendekati Stella sampai membentur pintu.

"Apa peduli mu? Aku bukan siapa-siapa! Dan kau bukan siapa-siapa. Aku tidak mengenalmu. Ya! terima kasih waktu itu kamu sudah menolongku dari para preman. Dalam hati waktu itu aku sempat berucap bahwa kau 'Malaikat penolongku! Tetapi aku salah menilaimu waktu itu. Dan aku menyesal sempat berkata 'Malaikat penolongku'. Karena apa? Karena kamu tidak pantas di sebut seorang Malaikat penolong. Untuk apa kau waktu itu menolongku? Namun, pada akhirnya KAU LAH YANG MALAH MENGHANCURKAN HIDUPKU!" Ungkap Stella panjang lebar, kedua matanya berkaca-kaca.

Rey tercenung mendengar ucapan Stella. Masih menatap wajah Stella, lalu tangannya mengelus pipi Stella yang basah karena air matanya. Kemudian  Rey berucap.

"Gue memang pria brengsek, seharusnya lo jangan kabur! Lo bisa bangunin gue apa lo nulis pesan sesuatu. Lo tau tidak? selama setahun ini gue seperti orang gila mencari ke beradaan lo ke sana ke mari. Namun, tetap tidak menemukan dirimu. Lo seperti di telan bumi menghilang begitu saja. Malam itu gue sudah bilang sama lo, bahwa gue tertarik sama lo. Sekarang gue sudah nemuin lo, jangan harap lo bisa lepas dari cengkraman gue lagi Nona Stella Anggraini." Ujar Rey penuh penekanan. Tangannya masih mengelus pipi Stella. Masih menatap kedua manik mata Stella. Kemudian tangan kirinya menarik tengkuk Stella. Mendekatkan wajahnya dengan wajah Stella, sangat dekat, dekat, dekat dan bibir Rey sudah bersatu dengan Stella. Melumatnya. Stella membulatkan kedua matanya, Stella terkejut.

Stella memukul dada Rey berkali-kali, namun Rey malahan memperdalam ciumannya. Tidak menghiraukan pukulan Stella yang tidak ada rasanya. Rey mencoba memaksa membuka mulut Stella, tapi bibirnya tetap bungkam tidak mau membukanya. Masih terus menciumnya dan melumatnya. Entah dorongan dari mana Stella bisa lepas dari cekalan Rey. Mungkin Stella teringat sama Putranya.

Plakkkk

Stella menampar pipi Rey sangat keras. Nafasnya terengah-engah Sembari terisak. Rey mengatupkan rahangnya, baru kali ini Rey di tampar seorang perempuan. Bahkan orang tuanya atau Kakaknya tidak pernah menamparnya. Kedua tangannya terkepal erat menahan amarahnya. Kedua matanya menatap mata Stella dengan tajam.

"Apa kau belum puas untuk menghancurkan aku! Kamu memang pria brengsek." Ujarnya sembari mendorong tubuh Rey dan ingin keluar, tetapi lengannya di tarik lagi. Lalu Rey kembali menciumnya dengan kasar.

☆♧☆♧☆

Takdir Tuhan memang tidak ada yang tau, semua itu sudah di atur oleh Tuhan.  Seperti Stella, selama ini ia menghilang, menghindar, bersembunyi. Namun, Tuhan mempertemukan orang yang selama ini ia hindari. Yang membuat dia heran, kenapa Caffe tempat ia bekerja itu milik dia, lelaki yang sangat ingin di hindari? Kenapa Tuhan mempermainkan Takdir? Dunia memang begitu sempit. Semua sudah di atur oleh Tuhan.

Setelah kejadian pertemuannya dengan Rey. Stella ijin dulu dua hari ingin nenangin hatinya yang kembali terluka. Alesannya ia ingin menemani putranya sampai sembuh. Padahal Reyent putranya sudah sembuh. Demi menghindari Rey, putranya buat alasan.

Untung saja waktu kejadian kemaren itu, ketauan sama Wia. Karena Rey waktu itu seperti kerasukan setan. Rey mencium Stella dengan rakus, tanpa henti, tanpa memberi oksigen pada Stella. Tangannya hampir membuka baju Stella, kalau Wia tidak langsung masuk. Karena tangan Rey sudah meremas payudara Stella.

Wia langsung menggebrak pintu dan memarahi Reyneis. Stella langsung mendorong dada Rey.

Plakkkk

Lagi. Stella menampar Rey yang kedua kalinya. "Aku benci sama kamu Reyneis Bastian Digantara. Aku benci kamu." Teriak Stella dengan bibir bergetar, wajahnya penuh air mata. Lalu ia keluar ingin pulang, ia tidak mungkin ingin lanjut bekerja dengan wajah sembab mata bengkak, hati hancur. Tanpa pamit Stella langsung nyelonong pergi.

Ibu Darmi membuyarkan lamunan Stella, mendengar Ibu Darmi memanggilnya ia cepat-cepat menghapus air matanya. Saat ini ia sedang berbaring di kamar Reyent putranya, sembari menemani Reyent tidur siang. Ibu Darmi memanggil karena ada seseorang yang mencarinya.

"Stella ada yang mencarimu Nak di luar."

"Siapa Ibu yang mencari Stella?"

"Ibu juga tidak tau, katanya temanmu bekerja. Lihat dulu sana."

Stella pun beranjak bangun dari baringannya, ia mengintip dari dalam. Stella terkejut siapa cowok yang mencarinya! bagaimana dia tau alamat rumahnya? Jelas tau lah dia pemilik Caffe tempatnya bekerja. Pasti dia mencari datanya di sana. Stella mengusap wajahnya dan menghembuskan nafasnya, ia lelah. Stella belum siap bertemu sama dia, hatinya kembali sakit jika melihat dia. Dia yg tidak lain adalah Reynies Bastian Digantara. Ya, orang yang nunggu Stella di teras rumahnya adalah Reynies. Rey harus dapatin hati Stella, dia harus bisa memiliki Stella secepatnya.

Stella tidak mau menuinya, ia kembali masuk ke kamar putranya. "Stella tidak kenal dia Bu, tolong Ibu usir suruh pulang saja."

"Loh kenapa, bukannya dia temanmu Nak!"

"Bukan Bu aku tidak mengenalnya." Ujar Stella berbohong. Maaf Ibu sebenarnya dia Ayah kandung Reyent cucu Ibu. Maafin Stella sudah membohongin Ibu, ini belum saatnya, aku belum siap untuk memberi tau Ibu. Gumam Stella sembari menahan tangisnya.

"Ya sudah Ibu keluar dulu, nanti Ibu coba bilang sama dia kalau kamu sedang tidur, lagi nggak enak badan."

"Terima kasih Ibu."

Stella kembali berbaring di samping Reyent yang terlelap. Sembari menatap wajah putranya yang begitu mirip dengan Reyneis. Hidungnya, matanya, bibirnya. Semoga jika besar nanti sifatnya tidak seperti Ayahnya.

Maafin Bunda Nak, Bunda belum siap mempertemukanmu sama Ayahmu. Gumamnya, bulir air matanya kembali menetes.

Reyneis kembali ke mobilnya, setelah Ibu Darmi bilang bahwa Stella sedang tidak enak badan dan tidak mau ingin bertemu siapa-siapa. Tapi Rey tidak akan menyerah begitu saja, dia akan tetap datang lagi besok harinya. Apa akan memuinya jika masuk bekerja nanti.

Rey melajukan mobilnya menuju ke Caffè. Tadi Wia menelphonenya, Wia ingin bicara soal Stella. Sesampainya di Caffe dia langsung masuk ke ruangan Wia. Rey membuka lemari pendingin yang ada di ruangan Wia, dia mengambil bir kaleng lalu di teguknya.

"Ada perlu apa lo nelphone gue!" Ucap Rey sembari meneguk minumannya.

"Lo apain Stella kemaren sampai ijin dua hari tidak masuk? Tidak seperti biasanya ia minta ijin dua hari. Walau ia sakit dia tetap masuk bekerja. Tapi setelah adegan kemaren yang gue lihat, ia minta ijin tidak masuk. Stella karyawan yang paling rajin loh Rey." Kata Wia menminta penjelasan sama Rey.

Huuhh! Rey mengembuskan nafasnya. "Dia cewek yang gue tolong setahun setengah yang lalu. Terus gue bawa ke Apartement gue. Waktu itu gue keadaan setengah sadar akibat abis minum, gue juga tidak tau kenapa waktu itu seperti Magnet. Gue langsung tertarik sama dia. Lalu terjadilah malam itu." Ungkap Reyneis.

Wia syok, terkejut, matanya membulat. "Lo memang pria brengsek Rey, lo tidak tau keadaan Stella selama ini. Lo punya adik dua perempuan loh Rey. Jika itu terjadi sama kedua adik perempuan lo bagai mana? Apa lo terima? Waktu Lo melakukannya  tidak pake pengaman kan? Apa lo tidak berpikiran jika Stella hamil Rey?" Ungkap Wia memarahi Reyneis.

Deg...

Rey mematung, Wia benar, kenapa tidak kepikiran soal itu. Gimana jika benar Stella hamil? Tapi kenapa Stella menghilang jika dia hamil, kenapa tidak mencarinya untuk bertanggung jawab. Rey mengusap wajahnya lalu menghembuskan nafasnya. Kemudian Rey keluar dari ruangan Wia tanpa pamit, entah mau kemana dia, Wia tidak tau. Wia cuma menggelengkan kepalanya, ikut pusing melihat kelakuan adik sepupunya. Ya, Wia adalah Kakak sepupunya Rey, anak dari Budenya. Makanya Wia ikut panik tau Stella hamil anaknya Reyneis, tapi Wia nggak mau ngasih tau Rey dulu. Biar dia cari tau sendiri. Wia sudah sering menasehatinya, tapi tidak pernah di dengarnya. Ketiga kakaknya pun sudah sering menasehati Rey jangan sampai hamilin anak orang. Begitulah Rey tidak pernah mendengar nasehatnya. Kalau di nasehati apa di marahi cuma diam saja.

Sorenya Stella sedang jalan-jalan sama Baby Reyent. Sesuai janji Stella waktu di Klinik, jika Reyent sembuh akan mengajaknya jalan-jalan ke Mall. Terus bermain di Playground sama Dana, Ririn, Yoga dan Wiki. Di dalam mobil Stella sedang memangku Reyent di kursi penumpang, tapi pikiranya entah ada di mana? Stella masih memikirikan pertemuannya dengan Reyneis kemaren. Wiki sedang menjahilin Reyent, bernyanyi, bikin kelucuan demi nyenangin Reyent. Stella belum cerita sama Wiki soal pertemuannya dengan Reyneis. Stella takut nanti Wiki cerita sama Dana, dan nanti malahan jadi ribet.

Coletehan Reyent membuyarkan lamunan Stella. "Nda nda nda." Coleteh Reyent memanggil Stella dengan sebutan 'Bunda'. Stella kaget mendengar Reyent memangilnya 'Nda'. Bibirnya langsung tertarik kesamping. Dan mencium pipi gembul Reyent. Cuma Reyent putranya yang selalu menghibur hati Stella.

BERSAMBUNG.

It's Me Rera 🥰