Reyneis Bastian Digantara, saat ini kondisinya sudah membaik. Hari ini Dokter Kabul sudah memperbolehkan Rey pulang ke rumah. Menurut Nancy Rey di suruh tinggal di Cibubur rumah Mamanya sampai benar-benar pulih dan bisa berjalan dengan normal. Rey hanya menurut saja, apa lagi Rey kalau lagi sakit sangat manja dengan Mamanya. Semua harus tergantung sama Mamanya. Setiap pagi perawat yang bernama Yaya Titian datang kerumah untuk membantu Rey terapi. Yaya adalah sahabat Serly kakak angkatnya Rey.
Selama empat hari ini Rey rutin melakukan terapi, ia sangat bersemangat. Karena Rey ingin cepat-cepat bertemu dengan putranya. Perawat Yaya sampai bangga melihat Rey yang begitu semangat melakukan terapinya. Ia tidak malas, bahkan Rey menahan rasa sakit di lututnya. Rey sempat terjatuh berkali-kali, tetapi Rey tidak menyerah. Di saat Rey terjatuh perawat Yaya membantu ingin membangunkannya, tetapi Rey menolaknya. Rey berusaha bangun sendiri tanpa bantuan Yaya. Rey berhenti sejenak bayangin wajah Reyent dan Stella.
Ya, Stella selalu mengirim foto atau video Reyent, supaya terapinya Rey semangat. 'Gue harus berhasil terapi hari ini. Harus Semangat demi Reyent. Reyent tunggu Pipi ya. Sebentar lagi Pipi akan menjemputmu sama Mimi. Gumam Rey sembari membayangkan wajah Reyent yang gemesin.
Tadi pagi sebelum melakukan terapi, Stella mengirim foto sama video Reyent. Saat Stella ingin memakaikan baju, Stella menaburkan bedak dahulu. Lalu Stella menggelitiki perutnya. Reyent tertawa kencang menjerit teriak kegelian. Sampai tetlihat giginya yang baru tumbuh. Stella langsung memotretnya ingin di kirim sama Rey.
Bibir Rey tertarik kesamping melihatkan senyum bahagia jika mengingat wajah putranya yang lucu. Kedua tangan Rey mencekram besi yang berada di sebelah kaki kanan dan kirinya. Ia semakin cepat berjalannya, semakin semangat. Sampai perawat Yaya ikut semangat melihat Rey yang semakin cepat latihan jalannya. Sehingga rasa sakit di lututnya tidak terasa lagi.
Perawat Yaya mencatat perkembangan Rey. Terapinya makin hari makin bagus. Mungkin dua atau tiga hari lagi Rey sudah bisa berjalan dengan normal.
"Ok Mas Rey terapinya hari ini cukup, hari ini sangat bagus mas terapinya banyak perkembangan. Saya lihat anda begitu semangat tadi," Ujar Perawat Yaya.
"Terima kasih Mba Yaya, ini berkat Mba juga saya mau terapi," ucap Rey sembari tersenyum bahagia. Akhirnya sebentar lagi akan bertemu dengan putranya. Rey sudah tidak sabar ingin mencium pipi gembul Reyent.
"Kalau begitu anda boleh istirahat, terapinya lanjutkan besok pagi," ujar Perawat Yaya sembari membereskan alat-alat yang buat Rey terapi.
Rey keluar dari ruang terapinya, memanggil Nancy Mamanya, karena ia mau sarapan. Tadi sebelum terapi hanya minum susu Almond favoritnya. Rey berjalan keluar dari ruang terapinya menuju ruang makan. Pelan-pelan ia berjalan dengan menggunakan igrang, sembari berteriak memanggil Mamanya entah ada dimana.
"Mah. . . Mama. . . Rey mau makan Ma," teriak Rey. Padahal ada Budhe Surti ada Mba Nia. Bisa sih kalau mau nyuruh mereka, tapi Rey maunya Nancy Mamanya. Tidak mau yang lain jika bukan Mamanya yang nyiapin makan. Sembari menunggu Mamanya, Rey menghubungi orang ke percayaannya. Ia menghubungi Pio menyuruh mengganti ranjang dan Sleeping bed, juga Rey minta untuk menyiapkan Baby Room dengan Baby Box.
Pio yang di suruh hanya bengong, merasa heran. Kenapa bosnya menyuruh mengganti ranjang, menyiapkan Baby Room. Memangnya bosnya punya Baby?
Nancy langsung menghampiri Rey, lalu tanya ingin makan apa? Biasanya Rey suka makan Sandwich egg atau Chicken. Tapi tidak di bolehin Mamanya. Untuk Sementara Rey makan Toaster Bread dengan di olesi Jam rasa Strawberry juga pisang di iris tipis-tipis.
Toaster Bread Strawberry Banana buatan Mamanya sudah jadi, tinggal di santap. Rey memakannya sampai habis.
"Gimana terapinya hari ini ada kemajuan tidak?"
"Ada dong Ma, masa tiap hari terapi nggak ada kemajuan. Mama nanya saja sama Mba Yaya," ujar Rey. Lalu Rey bergumam! "Ma-Mama Rey ada kejutan buat Mama, tapi Mama jangan marah ya!"
"Hmmm, kejutan apa lagi? Kejutan mau berbalap lagi terus terbaring lagi bikin Mama panik lagi gitu! Hemm!"
"Bukan Ma, masa Mama ngomong gitu seperti doain Rey terbaring lagi," jawab Rey kesal. Dan bibirnya cemberut.
"Lalu kejutan apa?"
"Pokoknya nanti Mama tau, kalau Mama nanya itu namanya bukan kejutan Ma," Rengek Rey.
"Ya sudah abisin makanannya setelah itu minum obatnya. Mama mau nemuin Mba Yaya," Titah Nancy lalu pergi menuju ruang terapi menemui Yaya yang masih beresin alat terapinya.
"Yaya gimana terapinya Rey hari ini?" Tanya Nancy. Yaya yang di panggil langsung menghentikan kegiatannya. Yaya menghampiri Nancy dan duduk di sofa.
"Eh Bunda, ya Bun Mas Rey hari ini banyak perkembangan! Hari ini terapinya Mas Rey sangat bagus Bun. Banyak kemajuan. Rey terlalu semangat hari ini, mungkin waktu latihan tadi mengingat seseorang jadi latihannya sangat semangat," jelas Yaya panjang lebar sembari terkekeh mengingat wajah Rey yang senyum-senyum sendiri tadi.
"Syukurlah kalau begitu, jadi kira-kira berapa hari lagi terapinya?"
"Saya belum bisa mastiin sampai berapa hari lagi Bun, saya akan datang terus setiap pagi sampai Mas Rey bisa jalan dengan normal. Tadi saya juga sudah mencatat hasil terapi hari ini. Nanti akan saya kasih lihat sama Dokter Serly," jelas Yaya.
"Oh begitu, terima kasih Yaya kamu sudah membantu Rey terapi dengan begitu sabar. Rey memang sangat susah di atur. Setelah ini apa dia akan berbalap lagi? Lama-lama saya jantungan lihat tingkah Rey," ujar Nancy.
"Berbalap itu sudah menjadi hobby Mas Rey dari dulu Bun, jadi walau di larangpun susah. Kalau begitu saya permisi dulu Bun, besok pagi saya akan datang lagi. Sampaikan salam saya dengan Sari ya Bun, lama tidak jumpa dengannya," ucap Yaya dan pamit undur diri. Sari adalah Kakak angkat Rey yang kedua.
Setelah kepulangan perawat Yaya, Nancy mengobrol lagi dengan Rey di ruang keluarga. Nancy nanya kejadian waktu kecelakaan. Rey menjelaskan bahwa kecelakaan malam itu di sengaja, bahwa motor Rey di sabotas oleh Dendra. Rey waktu mendengar cerita dari Vito sangat murka. Roni Papanya pun marah. Nancy berpesan sama Rey jika bisa suruh tinggalin hobby balapnya.
"Kali ini kamu dengarin Mama Rey, tinggalin hobby sialan mu itu. Kamu jangan sering bikin Mama jantungan Rey." omel Nancy. Rey hanya mendengus dengar ceramah Mamanya.
"Mama kan Rey sudah bilang Ma bahwa kecelakaan malam itu di sengaja. Karena teman Rey ada yang sirik melihat Rey menang terus. Dia nantang Rey hanya ingin dapatin sebuah mobil Lamborghini tapi berbuat licik. Jika motor Rey tidak di sabotas Rey ngak akan kecelakaan Mama, udah ach Rey mau kekamar," ujar Rey menjelaskan.
Lalu Rey beranjak berdiri ingin kekamar. Untuk Sementara Rey menempati kamar tamu, karena kamarnya berada di lantai dua. Dokter menyarankan tidak boleh menanjak tangga atau meloncat-loncat. Karena tulang bagian lututnya masih belum pulih betul. Jahitanya juga baru kering. Jadi Rey belum bisa menaiki tangga.
Di dalam kamar Rey memandangi wajah putranya. Barusan Stella mengirim foto Reyent lagi. Rey ingin video call, tapi Stella sedang kerja. Itu foto dari Ibu Darmi yang dikirim untuk Stella. Rey tersenyum melihat foto Reyent lagi duduk di sofa mainin bola. Sembari mengenyut empengnya, itu menurut Rey terlihat lucu dan gemasin. Apa lagi empengnya tidak bisa lepas, selalu nempel di mulutnya.
Tangan Rey terasa gatal ingin menyentuh pipi Reyent. Mencium pipi gembulnya. Menggendongnya. Bibir Rey tertarik kesamping melihatkan senyuman bahagianya. Rey sudah tidak sabar ingin cepat-cepat pulih dan bertemu dengan putranya. Semoga dalam lima hari lagi ia bisa berjalan dengan normal kembali. Itu harapan Reyneis Bastian Digantara.
***
Dua bulan sudah di lewati oleh Reyneis, kini masa terapinya pun sudah terlewati. Kaki Rey yang di bagian lututnya sudah pulih kembali. Rey sudah bisa berjalan dengan normal. tetapi Mamanya berpesan jangan melakukan kegiatan balap lagi. Cukup sudah Rey bikin Nancy panik, jika mengingat Rey terbaring tak sadarkan diri, seluruh tubuh Nancy lemas seperti jelly, serasa mati rasa.
Rey sudah kembali ke apartementnya sendiri yang berada di Andara. Hari ini ia sudah ada janji dengan Stella, bahwa hari ini dia akan bertemu dengan putranya. Wajah Rey tak berhenti melihatkan senyum bahagianya. Sampai Lulu, Fara, Dicky, dan juga Farel yang melihatnya pada heran. Ada apa dengan si kadal itu? Tumben-tumbennya wajahnya terang benderang, ceria banget.
"Ada apa dengan dirimu boss? lagi bahagia ya!" Tanya Farel.
"Bagi-bagi dong bos senyumannya itu," ucap Dicky.
"Semenjak setelah kecelakaan, lo jadi aneh deh Rey. Berubah jadi malaikat," ucap Farel sebari terkekeh.
"He'em bener banget lo Rel," sahut Fara.
Dengar celetukan para sahabatnya senyuman Rey malahan semakin melebar. Sembari memainkan phonselnya. Rey berdiri, berpamitan ingin keluar. Mengabaikan teriakkan Dicky, Rey trus berjalan keluar. Sampai di lobby ia bertemu Kariri sama Frisca. Kariri menyapa Rey hanya menjawab ingin keluar. Dan Frisca hanya memberikan senyumannya. Rey ikut tersenyum. Tapi senyumnya berbeda dengan senyuman Rey yang sering ia terlihatkan untuk Frisca dulu.
Frisca tidak terlalu memikirkannya, mungkin Rey benar-benar sudah menghapus dirinya dari hidupnya. Lagian Frisca juga sudah menjalin kasih dengan Kariri. Jadi ia harus menjaga perasaan Kariri. Setelah Rey memasuki mobilnya dan melajukannya menuju entah kemana Kariri tidak tau. Kariri ingin melangkahkan kakinya, tetapi Frisca menahannya, ia menarik tangan Kariri. Lalu Kariri menengok kesamping melihat wajah Frisca.
"Kenapa?"
"Kita balik saja ya, atau kita nonton!" Ujar Frisca. Jika Frisca sering datang ke Apartement Rey, ia mengingat kenangannya bersama Rey. Sesak rasanya jika mengingat kenangannya dulu bersama Reyneis.
Kariri hanya menuruti saja apa kemauan Frisca. Kemana pun ia minta akan Kariri tururi. Mereka berdua memang cocok sama-sama orang baik. Semoga mereka berdua selalu di berikan kebahagian.
Reyneis sudah sampai di taman, tempat yang Stella janjikan untuk bertemu dengan putranya. Saat ini Stella sedang bermain dengan Reyent. Dari jauh Rey melihat Reyent tertawa kegirangansaat Stella memciumi perut Reyent. Hati Rey menghangat ikut bahagia lihat tawa putranya. Alangkah bahagianya jika bermain bertiga di taman sana. Main bola dengan putranya. Kejar-kejaran dengan putranya.
Rey keluar dari mobilnya, kakinya melangkah pelan kearah kursi panjang yang Stella dudukki. Matanya tertuju pada Reyent yang berontak ingin turun. Stella menurunkannya, lalu Reyent berjalan mengambil mainannya. Rey tersenyum melihat putranya yang sangat aktif itu. Stella tidak menyadarinya jika Rey sudah berada di sampingnya. Rey berjongkok ingin meraih Reyent untuk di gendongnya.
"Reyent sini sama Pipi," panggil Rey. Tidak terasa kedua matanya berkaca-kaca. Kenapa Rey si playboy jadi cengeng? Entah itu hanya Tuhan yang tau.
Reyent namanya yang di panggil, langsung menoleh melihat wajah Rey. "Ndaa-yum-yum," celetuk Reyent sembari menunjuk-nunjuk kearah Rey. Maksud Reyent dia tanya siapa om ini. Stella tersentak ia menghapus air matanya. Bibirnya berat ingin berucap dia Papa Reyent. Namun, Stella nggak bisa mengucapkannya, bibirnya kelu.
Rey mendekati Reyent, mengulurkan kedua tangannya. "Reyent sini sama Pipi! Reyent mau tidak hadiah dari Pipi?" Lirih Rey. Reyent berteriak. Jika melihat orang asing tidak pernah di lihatnya pasti ia bertriak. Rey tersentak kaget melihat Reyent berteriak, Rey memakluminya. Mungkin belum terbiasa, mungkin wajahnya masih asing.
Stella mendekati Reyent, membopongnya dan di beri empengnya supaya diam.
"Reyent jagoan Bunda yang sopan ya nak, tidak boleh berteriak. Tidak baik, tidak sopan hem. Ayo beri salam, gimana kalo beri salam? Ayo Reyent anak pintar kan, gimana kalo beri salam sama orang tua!" Tegur Stella pada putranya. Stella memang selalu mengajari Reyent cara sopan santun kepada orang dewasa atau orang tua.
Setelah mendengar ucapan Stella Reyent langsung mengulurkan tangan kepada Rey ayahnya. Sembari bergumam "Lam-yum-lam," Gumamnya.
Hati Rey berteriak bahagia melihat kepintaran putranya. Dan Rey langsung menerima uluran tangan mungil Reyent.
Reyent mencium tangan Rey. Stella yang melihatnya menitikkan air matanya, karena terharu. Begitupun Rey kedua matanya berkaca-kaca. Saking gemasnya Rey langsung menggendongnya, memeluknya, menciumnya.
Air mata Stella semakin deras, ia terharu, akhirnya putranya bertemu dengan Ayah kandungnya. Dan Rey mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Sebentar lagi ia memiliki keluarga kecil, kurang sedikit lagi mereka akan bersatu. Semoga keluarga Rey mau menerimanya.
"Reyent mau hadiah tidak?" Tanya Rey yang tidak di mengerti oleh Reyent.
"Pipi sudah beli hadiah buat Reyent, nanti kita lihat ya!"
"Pii," ucap Reyent sembari menatap wajah Rey.
"Ya, tapi Reyent harus panggil Om Pipi okay! Terus kalo manggil Bunda Mimi, Reyent bisa kan! Ayo coba bilang Mimi!"
"Miii,"
Stella tersenyum, ia hanya menurut mau di panggil apa saja. Stella memandangi wajah Reyent yang begitu mirip dengan Ayahnya. Rey juga ikut memadangi wajah Reyent. Nggak nyangka dia memiliki putra. Statusnya sudah berubah. Sudah menjadi seorang Ayah.
"Kamu sudah makan belum?" Tanya Rey. Stella mengangguk. Menandakan sudah makan.
Rey memgajak Reyent bermain bola, di lempar-lempar. Reyent tertawa kegirangan saat di kejar Rey. Stella memotretnya. Untuk ia jadiin kenangan. Jika ini hari pertama Rey bertemu Reyent. Kemudian Rey mengajak Stella pulang ke Apartmentnya. Sebelum ke Apartement Rey ingin bertemu sama Bapak Ruslan. Lagi Stella mengangguk. Rey berdiri berjalan menuju ke mobilnya, dengan di ikuti Stella di belakangnya.
Rey masih menggendong Reyent, bahkan menyetir pun memangku Reyent putranya, Stella membiarkannya. Ia hanya mengingatkan agar 'hati-hati. Reyent yang berada di pangkuan Rey berceloteh.
Rey melajukan mobilnya kerumah Stella, Rey ingin bertemu Ibu Darmi dan Bapak Ruslan. Kini mereka tiba di rumah Stella. Reyent yang tadinya tertidur terbangun. Memang Reyent tidak bisa mendengar suara keras sedikit saja. Kecuali tidurnya di kamar. Rey kembali menggendong Reyent. Stella berjalan duluan, sembari memanggil Ibu Darmi. Rey berdiri di belakang Stella sambil menggendong Reyent.
Reyent masih mengamati wajah tampan Ayahnya. Rey yang gemaspun langsung menciumnya berkali-kali. Reyent cekikikan. Ibu Darmi dan Bapak Ruslan keluar saat mendengar panggilan Stella.
"Stella ada apa nak! Reyent mana?" Tanya Ibu Darmi. Stella bingung mau di mulai dari mana pembicaraannya.
"Ibu sebaiknya kita duduk dulu, Stella ingin mengasih tau sesuatu."
"Mau bicara apa? Mana Reyent?" Tanya Bapak Ruslan.
"Reyent di luar sama Ayah kandungnya Pak. Sini Stella kenalin."
"Ayah kandungnya? Maksudmu?" Tanya Ibu Darmi dan Bapak Ruslan bergantian.
Stella memanggil Rey untuk masuk kedalam, lalu duduk di ruang tamu yang sudah ada Ibu Darmi dan Bapak Ruslan. Rey deg-degan begitupun Stella menundukkan kepalanya. Kemudian Stella berkata.
"IBu-Bapak dia namanya Reyneis Bastian Digantara, Ayah kandung Reyent. Dia kesini ingin meminta maaf. Sekalian dia ingin minta ijin membawa Stella bertemu keluarganya Bu-Pak. Apa Ibu sama Bapak Mengijinkan?"
Ibu Darmi dan Bapak Ruskan mencerna ucapan Stella. Oh jadi ini lelaki yang menghamili Stella, yang udah bikin hancur Stella. Jadi selama ini kemana dia! Stella menyenggol lengan Rey agar berbicara.
"Ibu, Bapak sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Karena saya sudah bikin hidup Stella hancur. Waktu itu saya sudah mencari Stella dimana-mana. Saya mau bertanggung jawab, tapi saya tidak pernah menemukan keberadaan Stella. Jika di ijikan saya ingin membawa Stella kerumah orang tua saya," jelas Rey.
"Saya sangat berterima kasih jika kamu mau bertanggung jawab atas perbuatanmu. Tapi kenapa anda dulu hancurin Stella? Bahkan ia sampai tidak meneruskan kuliahnya! Saya memang tidak tau asal usulnya Stella. Tapi saya sudah menganggapnya seperti anak kandung saya sendiri. Jadi kapan Anda ingin melamar Stella? Saya selama ini sudah menjadi wali Stella. Dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, jadi jika anda ingin bertanggung jawab jangan sakiti Stella." Ucap Bapak Ruslan panjang lebar.
"Waktu itu Stella yang menghindar Pak, Stella yang pergi. Stella yang salah," bio Stella.
Rey mendekati Ibu Darmi dan Bapak Ruslan. Ia mencium tagan punggunya.
Tiba-tiba Dana masuk ikut nimbrung pembicaraan mereka.
"Jadi kamu yang sudah bikin hidup Stella hancur hah!" Ucap Dana sinis. Ingin menonjok Rey.
"Dana lebih baik kamu diam, jangan main kasar," tegur Bapak Ruslan. Dana akhirnya langsung diam dan duduk di sebelah Darmi Ibunya.
Akhirnya Bapak Ruslan, Ibu Darmi mengijinkan Rey membawa Stella dan putranya ingin bertemu dengan keluarganya. Rey minta ijin tiga hari baru di antar pulang.
Harapan Stella semoga keluarga Rey orang baik, mau menerima apa adanya.
BERSAMBUNG.
It's Me Rera. 🥰