If you look at the mirror, you will see the shadow. But if you look at the heart, we will see you.
Reyneis
>>☆☆☆<<
Jam sudah menunjukan pukul sebelas pagi menjelang siang. Kedua manusia yang berbeda jenis itu masih bergelut di dalam selimut. Apa lagi Stella terlihat sangat terlelap dan nyaman di pelukan Reyneis. Mungkin karena kelelahan. Ya mereka adalah Stella dan Reyneis yang masih terlelap, akibat perbuatan Rey tadi pagi. Suara bunyi dari benda pipih milik Stella membangunkan Rey. Rey menggeliat membuka kedua matanya, mencari arah suara yang sedari tadi berbunyi. Rey beranjak bangun, menurunkan kakinya ke lantai untuk memakai boxernya. Lalu Rey mengambil hand bag stella yang masih tergeletak di lantai.
Kemudian Rey melihat siapa yang menghubungi Stella? Belum sempat Rey mengangkatnya panggilannya terputus. Di gantikan ada pesan masuk dari Ibu Darmi.
Stella, tumben kamu nggak ada nelphone Reyent nak! Kamu lagi sibuk ya? Ibu call dari tadi juga nggak kamu angkat!
Pesan dari Ibu Darmi.
Stella memang selalu menelphone Ibu Darmi. Menanyakan keadaan Reyent, jika sedang tidak sibuk. Rey membaca pesanya, tapi dia fokus kenama Reyent. Siapa Reyent? Rey penasaran. Kemudian Rey dengan lancangnya membalas pesan Ibu Darmi.
Iya, hari ini sibuk Bu, boleh kirim fotonya Reyent Bu?
Dusta Reyneis pada Ibu Darmi.
Tidak lama kemudian Ibu Darmi mengirim foto Reyent.
Deg. . .
Rey menegang melihat foto Reyent yang lagi duduk sembari memakan biscuits kesukaannya. Kedua Matanya membulat Rey seperti melihat wajahnya sewaktu balita dulu, wajahnya mirip, tapi ini bukan dirinya. Ini putranya. Darah dagingnya. Jadi ini yang di gendong Stella tadi malam! Namanya Reyent. Ibu jarinya mengelus foto Reyent yang sangat lucu menggemaskan. Rey tersenyum melihat foto putranya seperti melihat dirinya sewaktu masih balita dulu.
"Gue memiliki putra, gue sudah jadi seorang Ayah! Apa ini nyata? Tapi ini seperti mimpi! Masih tidak percaya kalau ini putra gue. Benarkah ini putra gue? Pipi tidak sabar ingin melihat mu Reyent. Pipi akan menjemputmu terus kita bermain bersama ya!" Gumam Reyneis yang masih mengelus foto putranya.
Di sampingnya Stella mendengar gumaman Rey. Lalu ia membuka kedua netranya dan menengok kesamping. Lantas Stella merebut phonselnya. "Ngapain kamu buka-buka phonsel ku?" Tanya Stella. Rey tidak menjawab, malahan tersenyum bahagia. Lalu Rey menarik Stella untuk di peluknya, tapi Stella memberontak. Rey tidak peduli, ia tetep memeluknya dan mengecup pipinya.
"Jadi namanya Reyent, hem? Ngambil nama depan gue, nama yang bagus. Gue suka, Reyent siapa kepanjangannya?" Tanya Rey sembari menindih Stella.
"Lepas Rey!" Bukannya jawab, Stella malahan meminta di lepasin.
"Nggak akan gue lepasin sebelum lo menjawab pertanyaan gue. Atau kiss me!" Ujar Rey lalu memajukan wajahnya ke wajah Stella. Hidung mereka bersentuhan dan saling memandangi.
"Jawab atau gue akan menciummu lagi!" Kembali Rey berucap. Tapi Stella masih tidak bergeming. Wajah Rey semakin dekat, bibirnya sudah menempel ke bibir Stella. Belum sempat menggerakan bibirnya phonsel Rey berbunyi tanda ada panggilan masuk. 'Shit' Rey mengumpat. Kemudian mengambil benda pipihnya yang ada di dalam saku celananya. Rey masih tetep memeluk Stella dengan erat, takut Stella kabur.
"Hallo bos lo dimana? Kita lagi ngumpul di tempat biasa nih bos, cepat datang kesini ya bos!" Suara Dicky di sebrang sana.
"Eh lo nyet, sialan lo ganggu gue saja. Ngumpul mang ada acara apaan?" Tanya Rey dengan kesal.
"Udah pokoknya cepat datang kesini, kita tunggu nggak pake lama."
"Bangke lo Dic, gue cincang bener nanti lo. sudah berani ganggu gue, berani merintah gue juga, bosnya tuh gue apa lo hahh?!!"
Rey mengumpat karena aktifitasnya kengganggu oleh Dicky. Sedangkan Dicky tertawa cekikikan di sebrang sana dengar umpatan Rey. Panggilan terputus, Rey ingin kembali memcium Stella, tapi Stella mendorongnya. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Kemudian ia masuk ke kamar mandi, ingin membersihkan diri. Tunggu! Kenapa jantungnya berdebar-debar? Perasaan apa ini? Batin Stella sembari memegang dadanya. Stella melihat kecermin, memandangi dirinya dalam keadaan telanjang. Ia fokus ke dadanya sama di lehernya. Banyak tanda merah atas perbuatan Rey. Stella merabanya, "Ya Tuhan kenapa aku melakukannya lagi? Kenapa aku begitu lemah." Lirih Stella.
Rey mengetuk pintunya ingin mengajak mandi bareng, namun Stella tidak menghiraukannya. Rey duduk di sofa membuka Laptopnya, ia melihat ada pesan email masuk yang dikirim Wuri.
Tidak lama kemudian Rey membukanya, melihat banyak foto anak kecil umur satu tahun, Rey terkejut. 'Jadi Stella sama putranya datang ke Studionya?' 'sial' kenapa kemaren Rey tidak datang. Seandainya datang kemaren pasti bisa foto bertiga dan dia bisa melihat Reyent putranya. Rey menghembuskan nafasnya. Pintu kamar mandi terbuka, Stella sudah selesai mandi. Dan ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai. Stella masuk ke kamar mandi lagi untuk memakai pakaiannya.
Setelah berpakaian Stella melihat Rey yang duduk di sofa fokus dengan Laptopnya sampai ia tidak sadar ada Stella di depannya.
"Rey aku mau kembali bekerja." Ucap Stella datar. Rey masih fokus dengan Laptop yang ada di depanya. Stella tidak peduli, ia berbalik mengambil Hand bagnya. Lalu Stella melangkah menuju ke pintu ingin keluar dari kamar. Tapi belum sempat membuka handle pintunya Rey memanggilnya.
"Stella duduk dulu, gue mau bicara!"
"Bicara apa lagi! Bukannya kamu sudah mengetahui semuanya? Ingin tau nama panjang Reyent? Atau ingin bertemu Reyent. Ok nanti jika ada waktu aku akan membawa Reyent bertemu dengan kamu. Sekarang tolong ijinin aku keluar dari sini, aku ingin kembali bekerja." Ungkap Stella panjang lebar.
"Bukan itu, tapi ini!" Balas Rey sembari memperlihatkan Laptopnya yang ada gambar putranya dan dirinya. Stella melihat laptopnya.
Stella terkejut Dan berucap, "kenapa kamu punya fotonya? Kamu dapat dari mana?" Tanya Stella penasaran.
"Jelas dapatlah, ini Studio milik gue, gue adalah bosnya, jadi Wuri selalu mengirim ke email gue jika ada pemotretan." Jelas Rey. Lalu Rey berdiri melangkah mendekati Stella. Kedua tangannya mengungkung Stella ke tembok sebelah pintu. "Jangan coba-coba menghilang lagi Stell. Dan jangan coba-coba menghindari gue lagi. Kali ini lo tidak bisa lepas lagi dari cengkraman gue. Lo sudah jadi milik gue. Selamanya akan menjadi milik gue. Jadi bawa gue bertemu dengan Reyent," ucap Rey penuh penekanan.
Stella menunduk, kedua matanya berkaca-kaca jika mengingat soal Reyent putranya. Entah kenapa jika mengingat putranya selalu sedih?
Rey mengangkat dagu Stella, wajahnya sudah basah. Entah sejak kapan air matanya mengalir membasahi wajahnyah? Rey mengusap air mata Stella dengan ibu jarinya. Rey mengamati mata Stella yang memerah. "Jangan menangis."
Stella membuka kedua netranya dan berucap. "Mau kamu sebenernya apa Rey? Kenapa kamu kembali menyentuhku? Mengurungku disini? Aku tidak boleh bekerja, apa mau mu yang sebenarnya Rey? Jika ingin bertemu Reyent, nanti jika ada waktu pasti aku ijinin kamu bertemu Reyent, tapi tolong jangan mengurungku. Aku harus bekerja buat nafkahi putraku Reyent." Ungkap Stella panjang lebar sembari terisak. Tangisannya semakin terisak jika menyangkut Reyent putranya.
"Sssstttt! Stop jangan menangis. Mau tau mau gue apa, hem? Mau gue adalah It's you jadi milik gue, jadi pendamping gue. Gue sudah bilang tadi pagi bahwa ingin bertanggung jawab. Jadi sabar tunggu gue cari waktu yang tepat buat ngenalin lo sama Reyent dengan keluarga gue. Jangan nangis lagi." Ujar Rey sembari mengusap air mata Stella. Lalu Rey memeluk Stella dan tangannya sembari mengambil kunci pintu supaya Stella tidak kabur saat ia mandi nanti. Rey melepas pelukannya, lalu mencium bibir Stella dengan lembut.
>>☆☆☆<<
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, kini Rey mengajak Stella keluar dari kamarnya. Rey melangkahkan kakinya menuju keruang makan yang sudah ada Vito dan Sita kekasihnya. Mereka juga baru bangun, Vito dengan Rey sudah seperti kakak dan adek. Jadi mereka berdua tidak pernah mempermasalahkan keuangan atau apapun. Itu pun Apartementnya Reyneis, tapi di tempati oleh Vito dengan kekasihnya. Rey tidak keberatan, tidak masalah jika mau tinggal berapa lama, dari pada kosong tidak ada yang menempati lebih baik Rey menyuruh Vito untuk tinggal di apartementnya itu. Mau di jual sayang, karena banyak kenangan.
Rey melangkahkan kakinya keruang makan sembari menggenggam tangan Stella. Vito tidak kaget lagi melihat keberadaan Stella. Vito sudah tau. Tadi Mba Lilik bilang jika Rey datang dengan seorang gadis. Dan Vito sudah menebak jika gadis itu adalah Stella. Rey menarik kursi untuk Stella duduk, lalu ia pun duduk di sebelahnya. Vito yang ada di depannya cuma senyam-senyum.
"Hai Bro! Tumben kalian belum keluar?" Tanya Rey pada Vito dan Sita. Yang di tanya malahan cengengesan.
"Hai Rey," saut Sita, "siapa dia Rey! Baru lagi?" Tanya Sita penasaran.
"Dia calon Nyonya Reyneis Babe," kata Vito. Karena malu Stella hanya menundukkan kepalanya. Mendengar kata 'Nyonya' ia langsung mendongak menatap Vito. Lalu Rey mengenalkan Stella dengan Vito sama Sita.
"Emmm! oh ya Stella kenalin sahabat gue, dia Vito alias 'kembaran' gue, dan dia Sita kekasihnya. Sita, Vito kenalin ini Stella calon bini gue," ujar Rey mengenalkan Stella pada Vito dan Sita. Matanya sembari berkedip-kedip.
"Kembaran katanya! Hahahaha. Kembar tapi beda wajah! Hai Stella gue Vito seperti yang Rey bilang tadi kembarannya." Ucap Vito sembari mengulurkan tangan kepada Stella. Kemudian gantian Sita.
"Hai juga, saya Stella,"
"Hai gue Sita," ucap Sita singkat sembari tersenyum.
"Stella." Balas Stella dengan senyum ramahnya. Lalu mereka menikmati makan siangnya. Tidak ada pembicaraan hanya ada bunyi sendok dan garpu.
Mereka sudah selasai makan siangnya. Kini mereka sudah berada di dalam mobilnya masing-masing. Rey dengan Stella, dan Vito dengan Sita. Rey melajukan mobilnya menuju kearah Aranda tempat Basecamp mereka. Dengan di ikuti Vito di belakangnya. Entah ada info apa di Basecamp? Siang-siang bolong Dicky menghubunginya seperti ada info penting. Awas saja nanti jika Dicky bohong akan Rey cincang bener.
Rey dan Vito sudah sampai di tempat Basecamp. di sana sudah ada Beni, Adi, Dicky, Kariri, Aries dan juga Farel sudah berkumpul menunggu kedatangan Vito sama Rey. Dicky mengintip di dinding kaca yang terlihat Rey masuk ke Lobby sembari menggenggam tangan Stella. Dicky sudah tau tadi pagi Rey membawa Stella ke Apartement.
"Ssstt diam-diam si Boss sama Vito datang. Rey sama cewek yang bernama Stella kayaknya." Ujar Dicky berbisik. Rey masuk keruang Basecamp sembari berteriak memanggil Dicky.
"Dicky . . . Dicky . . . Dicky . . . Sini lo gue cincang! Siang-siang ganggu orang tidur saja lo." Teriak Rey. Dicky yang merasa namanya di panggil ia sembunyi di bawah meja.
"Ehem ehemm," dehem Beni.
"Wow . . . wowww!!/! Wachh bos siapa tuh?" Tanya Aries.
"Rel, Farel gue semalam lagi mimpi kesurga dunia tau ga lo! Gue bertemu Gadis cantik banget seperti Bidadari," Ujar Adi menyindir Reyneis. Rey sedang kesal, malahan pada sindir menyindir nggak jelas. Sahabat macam apa tuh?
"Bos cantik," ucap Aries.
"Masa gue cantik," jawab Rey kesal.
"Bukan lo bos, maksudnya itu yang di sebelah bos cantik. Gue juga tau kalau lo ganteng bos." Balas Aries sembari menyenggol lengan Kariri yang diam terus sedari tadi. Sambil membalas pesan dari Frisca.
"Kenalin dong sama kita bos."
"Berisik lo semua," ucap Rey kesal. "Jadi ada info penting apaan nih?" .
Rey pun mengenalkan Stella pada mereka semua. Stella duduk di sebelah Rey, sebelahnya kirinya ada Vito dan Sita. Dan si cunguk-cunguk pada duduk di depannya. Ruangan Basecamp-nya simple tapi nyaman. Ada ACnya, ada TV yang di gantung di dinding. Dan juga ada sofa panjang yang berwarna Coklat.

Kini mereka semua sudah berkumpul dan membicarakan info penting yang kata Dicky tadi. Sepenting apa sih infonya? Ternyata Dendra lawan balap Rey ingin menantang Rey lagi. Padahal Dendra selalu kalah terus jika lawan Rey. Mungkin masih tidak terima dengan kekalahannya. Jadi Dendra mau nantangin lagi malam ini sampai menang. Rey pun menerimanya, ini malahan sangat menarik bagi Reyneis. Bibir Rey tertarik kesamping melihatkan senyum ejeknya. Tetapi Vito tidak menyetujuinya, karena ia punya firasat bahwa ini jebakannya Dendra saja. Kenapa bukan Om Galang yang memberi tau? Kenapa Dendra sendiri yang bicara, bahkan Om Galang belum mengetahui soal ini.
"Tenang saja Bro, berfikir positif saja, kalian hanya dukung gue saja semoga tidak terjadi apa-apa." Ungkap Rey.
"Tapi Rey, sepertinya ada sesuatu dengan tantangan ini," Ujar Vito.
"Lo tenang saja!" Ujarnya.
Mereka semua hanya pasrah dan berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan Reyneis. Kariri menghembuskan nafasnya, dia juga punya firasat jelek. Tapi ia cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
Rey setelah mengantarkan Stella pulang, kini dia langsung datang ke lapangan tempat biasa dia berbalap. Malam ini menggunakan motor Ninjanya, bukan mobil seperti biasanya. Anak-anak sudah pada kumpul di lapangan. Rey sudah siap, ia memakai celana Jen's sobek-sobek kaos hitam dengan jaket kulit hitam. Tidak lupa ia memakai sarung tangannya dan helm kesayangannya. Rey nampak biasa saja, sedangkan Dendra tersenyum sinis.
Ike yang memberi hitungan, "Ok guys are you ready?" Teriak Ike.
Rey dan Dendra memberi jempol tanda sudah Ready. Lalu Keke memberi hitungan satu sampai tiga.
Satu . . .
Dua . . .
Tiga . . .
Priitttt
Kemudian mereka berdua Rey dan Dendra melajukan motornya. Pertama Dendra duluan yang jalan, terus Rey menyalipnya. Tiba-tiba Rey teringat bayangan Stella, bayangan bercintanya dengan Stella tadi pagi. Wajahnya terlihat bahagia mengingat foto Reyent yang ia pandangi tadi pagi. Apa lagi besok Stella akan mempertemukannya dengan Reyent. Rey tersenyum bahagia tidak sabar akan pertemuannya dengan Reyent putranya besok pagi.
Namun, tiba-tiba di depannya ada sebuah truk. Rey tidak tau jika sudah melelewati batas terlarang. Dia berada di jalan raya bukan di lokasi sirkuit. Rey asik melamun teringat Stella dengan putranya sampeai tidak tau kalau dia melewati batas terlarang. Sedangkan Vito dan yang lain menunggunya di lokasi. Kenapa Rey tidak sampai-sampai. Dendra sudah sampai, dia lah yang menang. Vito menggeram. Pasti terjadi sesuatu. Vito memasuki mobilnya ingin mencari Rey.
Kedua netra Rey terbelalak melihat truk yang ada di depannya. Rey berbelok ingin menghindari truk, namun Rem motornya blong. Dan terjadilah,
Brakk
Naas mengahampiri Reyneis Bastian Digantara.
Di tempat lain.. .
Pranggg. . .
Foto Rey yang bergantung di dinding rumah Mama-nya terjatuh dan pecah. Mama Rey terkejut, menghampiri figura yang terjatuh. Pertanda apa ini Tuhan semoga tidak terjadi apa-apa dengan putraku. Gumam Ibu Reyneis.
Praanggg
Stella pun menyenggol gelas dan pecah. Jantungnya berdetak. Perasaan dia tidak tenang. Reyent pun rewel menangis terus sedari tadi. Ya Allah kenapa ini! Kenapa perasaan ku tidak enak? Reyent juga tidak seperti biasanya rewel seperti ini. Gumam Stella dalam hati.
Vito mencari Rey, karena tidak kembali ke lokasi. Vito melihat motor yang mengguling. Vito mengenali motor itu. Vito langsung turun dari mobilnya dan menghampirinya. Kedua mata Vito terbelalak, 'shit sial' Vito mengumpat.
"Reyyy!" Teriak Vito. "Lo harus bertahan Rey kita kerumah sakit sekarang." Ucap Vito bergetar.
"Ssstella, Rrrreyent," Ucap Rey terbata memanggil nama Stella dan putranya. "Mammama," ucap Rey memanggil Mamanya. Lalu Rey menutup kedua matanya setelah memanggil Mamanya.
"Jangan banyak omong lo, bertahanlah kita kerumah sakit sekarang."
Vito mengirim pesan di group Via Wechat. Setelah mengirim pesan, Vito langsung mengangkat Rey, memasuki mobilnya. Rahang Vito mengeras, Vito tidak terima dengan tantangan ini. Vito tidak terima dengan kekalahan Rey. Ini jebakan Dendra. Vito akan membalas perbuatan Dendra. Vito menghubungi Om Galang untuk menahan Dendra supaya tidak kabur.
Vito sudah sampai Rumah Sakit. Vito langsung berteriak memanggil petugas. Vito pun menidurkan Rey di atas brangkar dan ikut mendorong untuk di bawa ke ruang UGD.
Apa yang akan terjadi dengan Reyneis? Apakah Rey selamat? Kita berdoa saja semoga Rey tidak apa-apa.
BERSAMBUNG.
It's Me Rera. 🥰