Hari ini keluarga besarnya Reyneis Bastian Digantara sedang berkumpul dirumah orang tuanya. Karena adiknya Rey yang bernama 'Revylin Evaneis Jenyse' baru pulang dari 'London'. Mereka sedang makan malam bersama, jadi rumah begitu sangat rame. Kedatangan kakak-kakaknya, keponakannya, Nenek dan Kakeknya. Frisca duduk di sebelah Rey sembari menundukkan kepalanya dari tadi. Frisca malu dengan keluarganya Rey. Baru pertama kali ia di ajak kerumah Mamanya. Semua pada kumpul, jadi Frisca sangat malu.
Abang iparnya Kakaknya yang cewek dan juga neneknya pada ngeledekin Reyneis bla bla bla calon mantunya cantik. Tapi Rey cuma cengar cengir, mereka tidak kaget lagi dengan sikapnya Rey yang sering gonta ganti pasangan. Padahal Mamanya sama Kakaknya sudah sering menasehati, tapi entahlah itu semua tidak di hiaraukan oleh seorang Reyneis si Playboy cap kadal. Sifatnya seperti Papanya dulu sebelum nikah dengan Mamanya. Persis seperti Rey, jadi Like Son like Father.
Makan malam pun sudah selesai, kini mereka sedang berkumpul diruang keluarga sembari melihat acara Television. Ada juga yang mainin phonselnya, Revy sedang berbincang sama Mama-Papanya untuk melepas rindunya selama enam tahun ia berada di London. Sedangkan Rey sama Frisca bermain sama keponakannya dan juga kedua adiknya. Keponakannya menyukai Frisca. "Oom! tante Frisca cantik banget ya?" Celetuk Bunga keponakan Rey yang tua, bocah kecil yang berusia 8 tahun.
"Iya dong! Ceweknya Oom itu nggak ada yang nggak cantik." Ujar Rey sembari mencubit hidung Frisca, lantas Frisca menepisnya.
"Bunga tante Frisca sama tante Sila cantikan mana?" Tanya Rey pada bunga. Rey tersenyum jail melihatiat wajah kesalnya Frisca.
"Cantik kak Frisca." Celetuk Rely adiknya Rey yang nomer tiga, usianya sudah beranjak 12 tahun.
"Kalian suka tante Frisca ya?" Tanya Rey pada ponakannya.
"Iyaaaaaaa Oom," jawab si kembar serempak. Mereka Gevral dan Gebral, berusia 5 tahun.
Dan akhirnya mereka semua pada bercanda, mereka menyukai Frisca. Ngajakin bermain dengan Frisca. Apa lagi si Mawar bocah kecil yang sangat lucu menggemaskan, usianya baru 2 tahun nempel Frisca terus, kadang minta gendong. Semua itu tidak lepas dari pandangan Reyneis. Rey tersenyum melihat keakrabpan keponakannya dengan kekasihnya. Lalu Rey memaikan Phonselnya, mengecek pesan dari gruop yang di whatsap. Kemudian adiknya yang bontot datang minta ponselnya, karena miliknya lagi error.
"Abang download-tin lagi mobil legends nya," Pinta Refly pada Rey meminta download lagi permainan mobil legends. Refly memang suka main game trus, sampai lupa makan lupa mandi lupa segalanya. Padahal sering di marahi Mamanya, Refly pendiam orangnya. Bocah laki-laki berusia 9 tahun lebih tua setahun dari Bunga. Refly anak bontot dan sabgat manja. Jika minta sesuatu tidak di belikan dan tidak di turutin, Refly langsung jatuh sakit. Jadi semua Kakaknya Mamanya selalu memanjakanya.
"Download apa lagi? Kemarin kan sudah Abang download!"
"Kehapus Abang," Ucap Refly sembari cemberut.
Lantas Rey pun mendownloads permintaan Refly, takut dia ngambek atau nangis. Setelah menuruti permintaan adiknya, Rey ikut bergabung keruang keluarga yang masih menyaksikan acara TV sembari makan cemilan dan teh hangat. Rey sedang meluk Omanya yang sudah sangat tua, tapi masih terlihat sehat. "Cucu Oma ini sudah jadi bos ya, hem?" Kata Omanya sembari mengusap kepalanya.
"Apa sih Oma, biasa aja kok," rengek Rey.
"Tapi luar biasa, hehehe!" Sahut Kak Sari.
"Kamu itu jangan suka mainin anak orang kenapa sih Rey! Kasihan anak orang!" Kata Sherly menasehati.
"Siapa sih yang mainin Kak," jawab Rey terliat santai.
"Iya nggak mainin kok ya, tapi sering gonta-ganti cewek itu namanya apa Rey adekku yang paling ganteng, hem!" Omel Sherly sembari menjewer telinga Rey.
"Aarrgg, sakit Kak, kenapa Rey di jewer sih? Ssstttt jangan keras-keras juga ngomongnya nanti Frisca mendengarnya!"
"Biarin dia mendengar, biar dia pergi ninggalin kamu, dan kamu biar tau gimana rasanya di tinggalin!" Ucap kak Sari sembari tersenyum meledek.
Rey langsung diam, ia kembali teringat Stella yang pergi tanpa pesan. Rey sudah ngerasain gimana rasanya di tinggalin sama orang yang di inginkannya. Pikirannya sekarang di penuhi nama Stella, dalam hati Rey bergumam harus nemuin Stella.
Malam sudah larut jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Waktunya untuk beristirahat, dan anak-anak pun sudah pada masuk kamar masing-masing. Lalu Frisca menghampiri Rey yang sedang melihat video hasil kiriman Kariri. Biasanya Rey bermanja dengan Mamanya, tapi berhubung Mamanya lagi bersama Revy. Rey mengalah.
Frisca berbisik ingin mengajak pulang, "Rey pulang yuk! Aku ngantuk, terus besok ada jam kuliah pagi."
"Hmmmm! Pulang ya?" Kata Rey sembari mengelus pipi Frisca.
"Iya."
"Kiss dulu sini, dari tadi belum Kiss!" Ucap Rey gombal, lalu Frisca menciumnya sekilas, Rey dengan jahilnya langsung melumat bibirnya.
"Maaa Mamaaa, Rey mau pulang ke apartment Maa!" Teriak Rey memanggil Mamanya.
Mamanya keluar, "Nggak tidur sini Rey?" Kata Mama.
"Nggak Ma! Rey mau mengantar Frisca pulang, besok ada jam kuliah pagi." Ujar Rey bohong, padahal nanti Frisca suruh menginap di apartementnya, mau lanjutin adegan panas tadi.
"Sini Ma peluk dulu, belum peluk dari tadi!" Rengek Rey manja, minta peluk Mama di depan Frisca, Rey tidak malu sama sekali.
"Ada ceweknya juga merengek seperti anak kecil," kata Mama. Mamanya pun memeluk Rey sembari mengusap kepalanya. Rey mencium kedua pipi Mamanya.
"Rey balik dulu Ma, mau ngecek Club juga!"
"Pamit dulu Tante, terima kasih untuk makan malamnya," pamit Frisca pada sang Mama.
"Iya! Jangan kapok main sini lagi ya!"
"Iya Tante, Insya Allah nanti main lagi," jawab Frisca sembari mencium tangan punggung Nancy.
"Bang tunggu," teriak Revy memanggil Rey dari dalam.
"Apaan sih?"
"Ini Kak, buat Kak Frisca," ucap Revy memberi oleh-oleh buat Frisca.
"Ohh, terima kasih ya, jadi ngeripotin!"
"Ah, nggak apa-apa Kak, buat kenang-kenangan, terma kasih juga ya Kak sudah mau ikut jemput tadi."
"Iya sama-sama," jawab Frisca.
"Buat gue mana Kung?" Tagih Rey sama Revy, tapi di abaikan oleh Revy. Padahal dia sudah di kasih, Revy simpan di kamar Rey. Rey selalu memanggil Revy Kung karena Revy tinggi dan Jangkung.
Kemudian Mama mengantar Rey sampai teras depan rumah, Rey membukakan pintu mobil untuk Frisca. Lalu Rey pun pamit. sebelum masuk ke mobil Rey meluk Mamanya lagi. Padahal masih ada hari esok, mang dasarnya Rey yang super manja.
"Rey pulang Ma," ucap Rey, lalu melajukan mobilnya
"Iya hati-hati Rey jangan ngebut-ngebut!" pesan Mama.
Dan Bude Nani pun menutup gerbangnya. Nancy masuk kedalam rumah sembari menggendong Refly yang minta di tidurin. Padahal sudah besar, berat juga. Yahhh begitulah semua anaknya pada manja kecuali Rely sedikit mandiri.
☆♧☆♧☆
Stella Anggraini gadis berusia 19 tahun, kini sedang berada di pemakaman umum. Ya, Stella sedang berada di pemakaman, ia sudah lama tidak berkunjung ke makam kedua mendiang orang tuanya. Di sinilah ia lagi mengirim do'a buat Ayah dan Ibunya sembari mengelus-elus perutnya yang sudah sangat besar. Stella minta kelancaran saat melahirkan nanti. Usia kandungan Stella sudah memasuki bulan sembilan, dan itu artinya tidak lama lagi ia akan melahirkan.
Stella sudah berhenti dari pekerjaannya, karena Aldy selalu ganggu terus selama tinggal di kota Bogor. Stella tidak ada pilihan selain kembali ke Jakarta dan tinggal di rumah Bapak Ruslan lagi. Karena itu permintaan Darmi dan Kak Ririn. Mungkin ia sangat merindukan orang tuanya. Lantas ia mencoba menghubungi Wiki untuk menemani berkunjung ke makam mendiang orang tuanya. Beruntung Wiki tidak sibuk, meskipun sibuk tapi Wiki akan selalu ada waktu buat Stella.
"Ibu, Ayah! Stella datang, maaf Stella baru mengunjungi Ibu sama Ayah. Stella sibuk di Bogor, tapi Stella rindu banget sama Ibu dan juga Ayah," lirih Stella sambil terisak. "Ibu sebentar lagi Stella akan menjadi seorang Ibu, dan Ibu sama Ayah akan menjadi seorang Kakek dan Nenek. Stella bukan gadis kecil lagi Ibu. Do'ain Stella ya Ibu semoga lancar saat melahirkan nanti. Ibu sama Ayah jangan sedih ya di atas sana? Stella baik-baik saja kok di sini." Lirih Stella semakin terisak
"Stella sayang banget sama Ibu dan Ayah! oh iya Ibu-Ayah. Saat ini Stella tinggal bersama dengan keluarga Bapak Ruslan dan Ibu Darmi. Mereka semua sangat baik, tidak seperti saudara Ibu dan Ayah, mereka jahat semua. Jadi Stella sangat berhutang budi sama keluarga Bapak Ruslan dan Ibu Darmi. Hikz hikz." Adu Stella kepada kedua mendiang orang tuanya yang ada di dalam lahat.
"Stella pamit dulu Ibu-Ayah, nanti Stella datang lagi, hari sudah sore dan sepertinya mau hujan," Pamit Stella pada kedua mendiang orang tuanya yang di dalam lahat. Lalu Stella memeluk batu nisan dan menciumnya sembari terisak. Wiki yang di sebelah Stella pun ikut menitikkan air mata.
Kini Stella dan Wiki sudah berada di dalam Taxi. Langit pun langsung terlihat gelap menandakan akan hujan turun.
Bener apa kata Stella tadi, hujan turun beneran, jalanan yang tadinya kering sekarang basah penuh air hujan. Karena hujannya sangat deras. Stella yang ada di dalam Taxi merasa mulas, sepertinya ia akan melahirkan. "Arghh," ringis Stella karena tiba-tiba perutnya merasa mulas dan sakit. Wajahnya dipenuhi keringat akibat menahan sakit.
"Arrgghh, Wiki perutku sakit banget," bisik Stella pada Wiki.
"Stella lo kenapa? Perutmu kram lagi ya?" Tanya Wiki kawatir.
"Arrrrggghhh, Wiki sakittt," teriak Stella sembari mencekram tangan Wiki.
"Kita kerumah sakit ya?" Ajak Wiki.
Stella tidak menjawab, ia hanya meringis kesakitan dengan penuh keringat di wajahnya. Lalu Wiki meminta supir Taxi untuk mengantar ke rumah sakit terdekat. Setelah sampai di rumah sakit Wiki berteriak memanggil suster atau petugas lainnya. Stella di angkat di baringkan di brangkar rumah sakit. Wiki juga ikut mendorong brangkar yang di tiduri Stella untuk di bawa keruang persalinan. Wiki tidak henti-hantinya berucap kata do'a. Lancarkankah persalinan Stella Tuhan, semoga bayinya sehat tidak bermasalah. Gumam Wiki.
Stella berada di ruang persalinan, Stella berjuang sendirian, tidak ada yang nyemangati saat melahirkan. Wiki menunggu di luar dan segera menghubungi Kak Ririn jika Stella akan melahirkan. Wiki Mondar-mandir sembari berdo'a, Tuhan selamatkan Stella dan juga bayinya, gumam Wiki
Bapak Ruslan, Ibu Darmi, Ririn, dan Dana baru sampai. Wiki menghubungi Kak Ririn tadi. Memberi tahu bahwa Stella mau melahirkan. Padahal kata dokter, perkiraan masih dua minggu atau tiga minggu lagi akan melahirkan. Mungkin berkat do'a Ibunya Stella, apa mungkin Ibunya tidak sabar ingin melihat calon cucunya. Ririn langsung menghampiri Wiki, menanyakan gimana keadaan Stella dan bayinya.
"Wiki gimana keadaan Stella nak?" Tanya Ibu Darmi.
"Masih di dalam Ibu, aku tidak boleh nungguin Stella di dalam." Jawab Wiki dengan kawatir.
"Lebih baik kita berdoa saja agar Stella dan bayinya selamat." Ucap Bapak Ruslan.
Pintu ruang persalinan terbuka, keluarlah seorang Dokter perempuan. Memanggil mereka yang berada di luar. "Keluarga Nyonya Stella," panggil Dokter yang bernama Lina, Ibu Darmi maupun Wiki langsung menghampiri Dokter Lina.
"Gimana keadaan Stella dan bayinya dokter?" Tanya Wiki pada dokter.
"Alhamdulillah Ibu dan bayinya selamat. Cuma tadi kandungan Stella ke tubannya pecah. Maka dari itu is merasa mulas dan kesakitan. Tapi Alhamdulilah lahirannya lancar. Silahkan jika Anda ingin melihat keadaan Ibu Stella dan Bayinya. Bayinya baru di bersihkan, mohon tunggu sebentar ya Pak-Bu!" Terang dokter Lina panjang lebar.
Kemudian mereka semua masuk kedalam ingin melihat keadaan Stella. Wiki langsung berhambur meluk Stella sembari terisak.
"Selamat ya Stella, akhirnya lo jadi seorang Ibu," ujar Wiki terisak.
Stella pun ikut menangis.
"Terima kasih ya Wiki kamu selalu ada jika aku membutuhkanmu!" Ucap Stella membalas pelukan Wiki.
"Gimana keadaanmu nak? Gimana rasanya saat melahirkan?" Tanya Ibu Darmi.
"Sakit Ibu, sakitnya luar biasa."
"Kakak kan sudah bilang sama kamu, jangan pergi kemana-mana, karena kandunganmu sudah minginjak sembilan bulan. Kita tidak tau sewaktu-waktu akan melahirkan. Untung kamu pergi dengan Wiki, keadaan hujan deras lagi." Tegur Kak Ririn pada Stella.
"Iya kak maaf aku tidak dengarin omongan Kakak." Lirih Stella.
"Sudah-sudah yang penting Stella dan bayinya selamat, dan aku sudah jadi Kakek. Giliran kamu Rin kapan, hem memberi cucu?!" Kata Pak Ruslan penuh canda.
Lalu Ririn mencebik, "huhhh Papa apaan sih nanya gitu, Bang Dana duluan itu yang seharusnya di tanya gitu," rengek Ririn.
Lalu semua pada ketawa, kecuali Stella cuma tersenyum. Stella kembali menitikkan air matanya, ia mengingat mendiang Ibunya. Sekilas ia seperti melihat bayangan Ibunya ada di depan pintu sedang memandang Stella. Stella melihatnya cuma bergumam 'Ibu Stella sudah melahirkan, terima kasih sudah datang untuk menemani Stella selama dalam ruang persalinan tadi, gumam Stella dalam hati. Kemudian bayangan Ibunya sudah menghilang saat suster ingin masuk kedalam membawa Baby Stella agar segera di beri ASI oleh Stella.
Sebelum di susui di minta Bapak Ruslan karena ingin mengandzaninya.
Terlihat begitu tenang saat di Adzhani Bapak Ruslan. Bayi Stella berjenis kelamin laki-laki. Setelahnya di Adzani bayinya di berikan pada Stella biar cepat di beri ASI. Stella pun langsung menyusuinya, Stella memandangi wajah bayinya.
"Welcome my Baby Boy," ucap Stella pelan. Ia menitikkan air matanya lagi.
"Jadi anak yang Sholeh ya Nak! jadi cowok yang kuat kelak nanti kalau sudah besar, tidak boleh nakal, harus nurut sama Bunda," bisik Stella kepada Bayinya sembari terisak.
Semua yang ada di ruangan itu pada ikut menangis mendengar bisikan Stella untuk Bayinya. Kecuali Dana dan Pak Ruslan hanya memandangi Stella dan Bayinya.
"Ngomong-ngomong akan kamu beri nama siapa Stella? Sudah ada belum namanya?" Tanya Ririn.
"Sudah Kak, aku sudah nyiapin namanya," jawab Stella sembari memandangi wajah bayinya.
"Siapa?" Tanya Wiki tidak sabar.
"Reyent Bintang Nugroho," ucap Stella, lalu mencium pipi bayinya.
BERSAMBUNG.
IT'S ME RERA