'Cafe J Holic' tempat bekerjanya Stella sekarang. Stella sudah satu tahun bekerja di Caffe ini. Stella pun sudah mulai nyaman dan betah, di karenakan bosnya baik karyawan lainnya pun pada ramah. Apa lagi Manegernya yang bernama Wia sangat baik sama Stella. Kadang jika pulang malam Stella selalu di ajak pulang bareng dengan menaiki mobilnya. Meski Stella sudah menolak berkali-kali merasa merepotkan, tapi tetap saja mba Wia memaksa untuk pulang bareng. Stella jadi tidak enak menolak ajakannya dan akhirnya ia mau. Stella tidak tau jika Caffe ini milik orang tua Reyneis, andai ia tau Stella pasti ingin ngundurin diri.
Saat ini Stella sedang sibuk melayani Costomer yang baru saja datang. Tiba-tiba Salma sahabat barunya memanggilnya, karena ponselnya berbunyi terus tanda ada panggilan masuk. Mungkin sangat penting. Stella langsung lari dan menerima panggilan telponnya. Salma menggantikan melayani Costomer yang di layani Stella tadi.
"Hallo ibu! Apa terjadi sesuatu sama Reyent?" Tanya Stella dengan perasaan gelisah. Memang sejak pagi masuk kerja hati dia gelisah terus tidak tenang.
"Stella maaf nak jika Ibu ganggu kamu, tapi ini tentang Reyent. Mendadak demam tinggi nak. Nangis terus sedari tadi. Kamu bisa ijin pulang dulu nak kasihan Reyent?"
"Astaga Reyent demam!"
"Ya nak cepat pulang ya! Ibu tunggu!"
"Ya ibu aku akan segera pulang sekarang!" Lirih Stella dengan mata yang berkaca-kaca.
Setelah mengakhiri panggilannya, Stella buru-buru cuci tangan ganti baju dan masuk keruangan Manager ingin ijin pulang, karena anaknya sakit. Wia pun menginjinkanya. Setelah dapat ijin Stella buru-buru keluar dan memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Stella buru-buru berjalan menuju pintu Exit sambil menunduk tidak tau jika di depannya ada orang.
Disisi lain
Reyneis sedang berkumpul dengan sahabatnya ingin memberi kejutan pada Adi di hari ulang tahunnya. Merasa jenuh Rey ijin ingin pergi ke ruangan Wia sekedar berbincang sebentar sembari menunggu Dicky jemput Adi. Sebelum ke Ruangan Wia Rey pergi ke toilet dulu untuk buang air kecil. Berjalan sembari menunduk memainkan phonselnya hingga Rey menabrak seorang wanita, yang di tabrak pun sama-sama tidak meliahat sekeliling fokus dengan isi tasnya. Dan akhirnya kedua manusia itu saling bertabrakan. Rey langsung menangkap wanita itu yang hampir terjatuh. Mengabaikan benda pipih yang berada di genggamannya yang jatuh.
"Maaf! Maaf! Maafkan saya, saya tidak sengaja soalnya lagi buru-buru," ucap Stella masih menundukkan kepalanya.
Kedua netra Rey terbelalak, tubuhnya menegang mendengar suara dan wajah wanita tersebut.
"Stella." Gumam Rey, namun masih di dengarnya. Kemudian wanita yang di sebut Stella itu mendongak melihat wajah Rey. Stella langsung membeku karena syok.

Deg. . .
Reyneis . . . Gumamnya
Stella langsung syok, tubuhnya menegang. Mereka saling menatap wajahnya masing-masing. Rey mengamati mata Stella, begitupun Stella. Wanita itu Stella apa tidak? Dan lelaki ini Reyneis apa bukan. Sahabatnya Rey yang berada di meja belakangnya ikut menyaksikan mereka berdua.
"Lo Stella yang dulu?" Tanya Rey masih menatap wajahnya. Namun, tidak ada jawaban. Stella pun masih menatap Rey tanpa kedip. Ia merasa Rey tambah ganteng cakep gumam Stella dalam hati.
Haaah pikiran macam apa ini? Kenapa tiba-tiba mikir seperti itu.
Panggilan Lulu membuyarkan lamunan mereka berdua. Stella langsung mendorong dada Rey, lalu ia berlari menuju pintu Exit. Setelah berada di luar ia langsung masuk kedalam Taxi yang sudah di pesan Wia lewat online tadi. Karena putranya sedang sakit jadi Wia berinisiatif untuk memanggil Taxi biar cepat nyampe rumah. Setelah masuk kedalam Taxi, ia langsung menyuruh Pak supir melajukan Taxinya kearah Klinik tempat Ibu Darmi membawa Reyent periksa. Tadi demam Reyent sangat tinggi, Ibu Darmi takut terjadi sesuatu jadi langsung membawanya ke Klinik dekat rumahnya, di antar oleh Dana menggunakan kendaraannya yang beroda dua.
Dalam waktu tigapuluh lima menit Stella sampai Klinik tempat Reyent periksa. Setelah membayar ongkos taxinya, ia langsung berlari masuk kedalam mencari keberadaan Ibu Darmi. "Ibu gimana keadaan Reyent? Kenapa tiba-tiba demam?" Tanya Stella pada Ibu Darmi.
"Ibu juga tidak tau nak, tadi pagi dia baik-baik saja. Bahkan dia latihan berjalan sama Dana masih fress tidak terliat sakit, tapi siangnya Ibu mau nyuapi makan siang, Reyent nangis terus Ibu check suhu tubuhnya sangat panas." Ungkap Ibu Darmi panik.
"Oh terima kasih Ibu sudah membawa kesini." Ucap Stella
"Sssstttt nggak usah bilang terima kasih, Ibu kan Neneknya Reyent, wajar dong Ibu membawa kesini karena panik." Ujar Ibu Darmi sembari mengusap punggung tangan Stella.
Karena panik mendengar putranya demam. Stella lupa sama kejadian di Caffe tadi. Stella masuk ke ruang rawat Reyent. Kini putranya sedang tidur akibat obat penenang kusus anak-anak atau Baby.
"Reyent jagoan Bunda cepet sembuh ya nak! Bunda sedih kalau Reyent sakit, Reyent tidak mau kan kalau Bunda sedih? Cepet sembuh ya nak, nanti kalau sembuh kita jalan-jalan sama Tante Ririn Tante Wiki dan Om Yoga." Gumam Stella.
Ibu Darmi sama Dana pulang dulu mengambil peralatan Reyent. Kata Dokter tadi Reyent harus di rawat dulu dua atau tiga hari, karena demamnya sangat tinggi. Stella menghubungi Wiki menyuruh datang ke Klinik. Stella baru ingat kejadian di Caffe tadi, apa benar tadi Reyneis Bastian Digantara yang dulu? Lelaki yang bikin dia hamil dan lelaki yang bikin masa depannya hancur? Ya, dia Ayah kandung Reyent.
Kalau memang benar terus ia harus gimana? Memberi tau Putranya? Menuntutnya? Meminta tanggung jawab?
Tidak! Tidak, ia bingung tidak tau harus gimana? Karena tidak mungkin Reyneis langsung mau menerimanya gitu aja, jika mengetahui soal Putranya. Terus jika ia tidak memberi tau ia merasa jadi orang jahat memisahkan Anak dengan Ayahnya. Lalu gimana? Ia bingung.
Wiki sudah datang, ia membuyarkan lamunan Stella. "Woyy ngelamun mulu lo, ada apa sih? Anak sakit malahan melamun, ngelamunin apaan lo?" Bentak Wiki, lihat sahabatnya yang sering melamun.
"Eh kamu sudah datang Wik? Sendiri apa sama Yoga?" Tanya Stella pada Wiki.
"Gue datang sendiri, Yoga masih kerja. Nanti sore dia kesini. Gimana keadaan Reyent? Kenapa mendadak demam?"
"Aku juga nggak tau, tadi kata Ibu demamnya tinggi makanya langsung kesini." Ucap Stella.
"Semoga cepet sembuh jagoan Tante ini, biar bisa main lagi sama Tante ya jagoan." Ucap Wiki sembari mengelus-elus kepala Reyent yang di tumbuhi rambut hitam dan tebal.
"Terima kasih Wik kamu sudah nyempatin kesini." Ujar Stella
"Ya sama-sama, kita sudah seperti keluarga jadi tidak perlu bilang seperti itu, gue juga menyayangi Reyent jadi gue dengar dia sakit gue pun ikut panik. Sekarang lo sudah makan belum? Kebetulan ini gue beli Nasi Padang tadi, lo makan ya gue sudah makan tadi." Ungkap Wiki dan menawari Stella makan. Stella menerima bungkusan Nasi Padang yang di beli Wiki, dan memakannya.
"Wiki! Tadi aku ketemu sama Reyneis di Caffe tempat ku bekerja." Ujar Stella memberi tau kejadian di Caffe tadi.
"Whatttt!!! Serius lo?"
"Iya!"
☆♧☆♧☆
Reyneis masih mematung dan mencerna apa yang barusan terjadi. Benarkah wanita yang di tabraknya tadi Stella?
Wanita yang sudah membuatnya gila selama ini. Wanita yang sudah mencuri hatinya selama ini. Wanita yang sudah mengkoyak-koyakan hatinya. Wanita yang sudah bikin dia berubah. Wanita yang sudah bikin dia menunggu selama setahun ini. Lima belas menit Rey masih berdiri menatap pintu Exit yang di lewati Stella tadi. Sampai panggilan Lulu dan sahabatnya tidak di hiraukannya. Rey langsung menuju keruangan Wia, menanyakan soal Stella kenapa berada disini? Jika Stella pelanggan tidak mungkin, tadi dia lihat Stella dari arah ruangan Wia. Karena penasaran dengan prasaan yang semakin kacau ia tanpa mengetuk pintu ruangan Wia langsung menerobos masuk.
"Wia apa ada karyawan yang bernama Stella?" Tanya Rey penasaran. Wia kaget tiba-tiba masuk dan menanyakan nama Stella. Emangnya ada apa dengan gadis itu? Apa hubungannya dengan Reyneis si Playboy ini?
"Ada apa Rey! Kenapa kamu mendadak peduli dengan karyawan sini hemm?" Tanya Wia sembari tersenyum ejek.
"Jawab saja kenapa sih nggak usah banyak basa basi. Buruan check cewek yang nama Stella itu nanti juga lo tau." Jawab Rey kesal dengan tak sabar. Wia tersenyum mengejek. Mereka memang seperti itu sudah biasa jadi tidak kaget lagi sama sikap Rey ini yang mendadak masuk keruangannya dan menanyakan tentang Wanita yang bernama Stella.
Wia pun mengambil data-data milik Stella lalu di serahkan padanya. Dengan tak sabar Rey langsung membukanya dan membacanya. Kedua matanya terbelalak membaca nama paling atas, baca tanggal masuk kerjanya. Tubunya menegang, syok, kedua tangannya mencengkram kuat lembaran data yang dia pegang. Rey merasa bodoh, selama setahun ini dia mencari wanita itu kes sana ke sini bagai orang gila. Nggak taunya wanita yang dia cari, yang dia tunggu bekerja di Caffe milik orang tuanya sendiri. Jadi dia kemana saja selama setahun ini? Kenapa tidak tau kalau wanita itu bekerja disini. Padahal dia sering datang kesini, tapi dia tidak pernah melihatnya. Melihat Reyneis membaca Biodata yang seperti patung itu, Wia melemper permen untuk menyadarkan Rey.
"Lo kenapa bengong kayak patung, emang lo kenal sama Stella? Kenapa lo penasaran sama dia?"
"Berarti dia sudah setahun berkerja di sini, kenapa nggak ngasih tau gue. Tadi gue tabrakan sama dia di luar, sedang buru-buru memangnya dia mau kemana?" Tanya Rey pada Wia.
"Kenapa gue harus ngasih tau lo bego, tadi dia ijin pulang karena dapat panggilan dari orang tuanya penting katanya." Ucap Wia sebal.
Setelah dapat info dari Wia, kini Rey keluar dari ruangan Wia. Stella ingin mencari rumahnya Stella. Tanpa pamit sama sahabatnya dia langsung menyambar jaketnya dan keluar menuju parkiran. Sampai di parkiran Stella masuk kedalam mobilnya dan duduk di kemudi. Kemudian Rey melajukan mobilnya menuju kearah alamat yang di beri Wia tadi. Kini perasaan Rey sedikit tenang, karena sudah menemukan wanita yang selama ini ia cari. Hatinya sedikit merasa bahagia.
Membutuhkan waktu tiga puluh menit Rey sudah sampai di depan rumah yang dia tuju tadi. Tapi kenapa terlihat sepi tidak ada orang. Rey mencoba keluar dari mobilnya, kebetulan ada seorang wanita paruh baya tetangga rumah Stella. Rey bertanya sama Ibu paruh baya itu.
"Permisi IBu! Mau nanya Bu, yang punya rumah ini orangnya kemana ya Bu kok sepi?" Ucap Rey bertanya pada tetangga Stella.
"Oh orangnya ke Klinik." Jawab Ibu paruh baya yang bernama Darsih
"Ke Klinik! Apa sudah lama dia ke kliniknya Bu?"
"Hemmm belum lama juga sih!" Jawab Ibu Nani.
"Oh ya, terima kasih Bu, maaf mengganggu. Kalu begitu saya permisi Bu."
Kemudian dia masuk ke mobilnya lagi, ia mencoba menunggunya di dalam mobil. Namun sudah pukul lima sore, tapi tidak ada kemunculan Stella. Apa Wia berbohong, apa Wia ngasih alamat palsu? Bisa jadi kan Wia ngerjain dia. Namun, Rey tidak menyerah, dia tetap ingin menunggunya walau sampe subuh pun tak perduli. Namun panggilan dari phoneselnya menggagalkan rencanya. Siapa sih yang sedang menelphonenya sampai berkali-kali? Di liatnya benda persegi empat warna hitam yang bermerek iPhone. Lalu dia memencet tombol hijau. Belum sempat Rey bersuara, namun suara di sebrang sana sudah menerocos aja.
"Rey lo ada di mana! Kenapa tadi lo nyelonong pergi gitu aja! Anak-anak pada nungguin nih. Lo cepatan kesini." Cerocos Dicky.
"Bawell lo!" Ujar Rey kesal.
Dengan kesal Rey kembali ke Caffe sembari menggerutu. Sudah menunggu berjam jam namun nggak bertemu sama orang yang di tunggunya. Sesampainya dia langsung menyerobot minuman Beni, lalu di minumnya sampe tandas. Semua yang ada di depannya di buat heran. Ada apa dengan Bosnya ini? Kesambet apa tadi dia?
"Ada apa dengan Bos kita ini? Kegalauannya kok semakin bertambah, seperti apa sih wanita yang bikin Reyneis Bastian Digantara ini galau." Celetuk Vito yang baru datang dengan kekasihnya yang terlihat lelah wajahnya. Gimana tidak lelah mereka abis bercinta dari siang tadi sampsi beberapa ronde.
"Tau tuh hari makin hari makin parah tuh bocah. Hebat juga ya cewek yang bernama Stella itu bisa naklutin hati orang si Playboy cap kadal ini. Gue salut sama tuh cewek." Ujar Dicky mengejek.
"Lo tau tidak, cewek yang gue tabrak tadi! Kalian pasti melihat kejadian tadi. Nah dia itu Stella Anggraini. Cewek yang bikin gue gila, cewek yang bikin gue galau seperti ini." Ungkap Rey
"Whatt! Jadi tuh cewek yang bantu gue bikin cake Stella, cewek yang bisa bikin lo berubah jadi stres." Ujar Lulu kaget
"Kenapa lo nggak bilang sama gue kalau dia bantu lo bikin cake," ujar Rey kesal.
"Mana gue tau kalau dia Stella, sudah di bantu juga gue beruntung masa harus nanya nama dia segala," gerutu Lulu.
Acara tiup lilin pun di mulai, kini wajah Adi penuh tepung, dan telor. Di tambah lagi siraman air jus dari Beni. Lalu cakenya pun di kaprokin ke muka Adi yang mengenaskan. Keterlaluan memang mereka semua ngerjain. Awas saja nanti kalau mereka yang Ulang tahun gantian akan membalasnya gumaman Adi.
Meliat adegan seperti itu sedikit menghibur Reyneis. Meliat Adi di kerjain oleh Beni, Lulu, Fara dan Dicky. Vito dan ke kasihnya cuma tertawa begitupun Rey. Vito Abrahim sifatnya tidak jauh berbeda dari sifatnya Reyneis. Mereka 11/12 hampir sama. Sering gonta ganti pasangan. Kalau sudah bosan di tinggalin.
Setelah acara canda gurau dan makan bersama, kini mereka semua pada bubar mau jalani aktifitas masing-masing. Lulu dan Fara pulang ke Apartment ingin siap-siap ke 'Sedap Malam' Club miliknya Rey. Seperti biasa pekerjaan mereka berdua, Lulu sebagai Dj dan Fara sebagai penari di tiang Dance floor. Rey pulang kerumah orang tuanya. Sedangkan Vito kembali ke Apartment dengan kekasihnya. Rey sudah mempercayakan Club-nya sama tangan kanannya. Jadi ia tidak perlu datang ke Club tiap hari.
BERSAMBUNG.
It's Me Rera. 🥰