Chereads / Haziel and Zoelie / Chapter 4 - Fransisco

Chapter 4 - Fransisco

Pagi itu udara musim dingin telah datang. Aku lebih memillih terus diam di balik selimut bulu lembut nan tebal milikku untuk menghangatkan tubuhku dari udara dingin. Entah sudah jam berapa ini, aku sangat malas untuk sekedar melihat jam weker di atas nakas, apalagi untuk beranjak turun dari ranjang.

TOK,,, TOK,,, TOK,,,

Terdengar suara ketukan dari luar kamarku, dengan sangat malas aku menghembuskan napas kesal dan dengan sangat terpaksa turun dari ranjang hangatku, untuk melihat siapa yang datang.

"Zoe." Terdengar suara wanita dari luar sana, itu pasti bibi Else yang datang.

Ku buka pintu itu dan benar saja, Bi Else yang datang dengan membawa nampan di tangannya. Tercium wangi aroma kopi dan roti yang masih panas di atas nampan tersebut.

"Pagi, Bi," sapaku sopan sambil tersenyum.

"Pagi, Zoe. Kau sudah bangun?" tanyanya dengan melihat ke arah ranjangku yang masih berantakan.

"Ayo lah, Bi. Ini musim dingin, aku akan memilih untuk tidur sampai siang nanti," jawabku sekenanya.

Bi Else tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dan menatap Ku. Dan aku lebih memilih masuk ke dalam tanpa mengajaknya. Bi Else mengikutiku masuk dan menaruh nampan itu di atas meja kecil kamarku.

"Kau makanlah! Setelah itu mandi dengan air hangat," pintanya seraya mendekati ranjangku.

"Jangan sentuh ranjangku, Bi! Aku sudah bilang padamu akan tidur sampai siang bukan!" seruku sambil merengek padanya.

"Hish, kau itu tidur saja. Makan sarapan itu, lalu bersihkan tubuhmu!" perintahnya dengan melototkan matanya padaku.

"Apa-apaan ini? Kenapa aku harus segera makan dan mandi. Tapi, kenapa dia bisa tahu kalau aku memang sangat lapar?" gumamku seraya memakan roti itu dan menatap Bi Else yang tersenyum padaku.

Bi Else adalah pemilik rumah kontrakanku, dia wanita paruH baya yang sangat baik hati. Kenapa aku dan dia sangat dekat, karena dia hidup sebatang kara dan dulu Bi Else pernah berkata jika mendiang anaknya berusia diriku jika dia masih hidup. Zoe itu nama panggilanku, nama lengkapku adalah Zoelie Leandro.

"Bagaiamana dengan rotinya, apa kau suka?" tanya Bi Else seraya duduk di depanku.

"Seperti biasa, makanan yang kau buat itu mengandung racun yang memabukkan," jawabku singkat dengan memakan sisa roti yang tersisa.

"Oh, terima kasih sayang. Jika begitu lekas mandi karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi," ujar Bi Else seraya tersenyum meledekku.

"What, pukul sembilan?" tanyaku panik seraya melotot ke arahnya. Dengan santai Bi Else menunjuk jam wekerku.

"Astaga!" pekikku beranjak masuk kamar mandi dengan tergesa-gesa.

Bi Else yang melihatku terburu-buru hanya bisa tertawa kecil melihatku seperti orang bodoh yang begitu ceroboh dengan waktu. Bi Else membereskan sisa sarapanku dan beranjak keluar kamar.

"Astaga, kenapa aku begitu ceroboh!" cercahku sendiri sambil keluar dari kamar mandi.

Terlihat sebuah tumpukan baju di atas ranjangku, sepertinya Bi Else yang menyiapkannya sebelum keluar dari kamarku. Aku sangat beruntung bisa bertemu dengan wanita baik sepertinya, wanita yang sudah seperti keluarga bagiku di tempat asing.

"Kau selalu saja melakukan ini padaku," gumamku lirih.

Baju yang Bi Else siapkan sangat cocok dan aku sangat menyukainya, Bi Else itu seperti sudah mengenalku sejak kecil. Padahal aku baru saja bertemu dengannya sebulan lalu, saat aku sedang mencari rumah untuk aku kontrak, di situ lah aku bertemu dengan Bi Else.

"Sangat cocok, aku harus segera pergi. Interview-nya akan di mulai setengah jam lagi," ucapku beranjak keluar kamar dan menghampiri rumah Bi Else yang berada di bawah kamarku.

"Bi, Bibi!!" teriaku sambil masuk ke dalam halaman rumahnya.

"Hey, kau gadis atau apa? Teriakanmu sangat kencang sekali, ada apa Zoe?" tanya Else seraya keluar dari rumahnya.

"Aku pamit pergi, doakan aku berhasil pagi ini!" pintaku sambil menyungingkan senyum manisku.

"Ya sudah, cepat pergi ini sudah sangat siang!" perintahnya seraya mengibaskan tangannya padaku.

Aku hanya bisa mecibirkan bibirku karena sikap Bi Else yang mengesalkan itu, sedangkan wanita itu terlihat tersenyum tipis melihatku karena sudah berhasil membuatku kesal di pagi hari.

"Baiklah, aku pergi dan terima kasih sudah menyiapkan segalanya untukku," ujarku seraya berjalan pergi keluar dan melambaikan tanganku.

"Zoe, hati-hati dan ingat pakai syalmu agar tidak kedinginan!" teriaknya mengingatkanku.

"Ya, aku tahu itu!" seruku tak kalah keras menyahutinya.

Pagi ini aku akan melamar ke sebuah perusahaan besar di kota ini. Suatu pengalaman pertama untukku setelah lulus dari universitas dan kabur dari keluargaku. Entahlah, apa yang sekarang terjadi di dalam rumah besar itu. Apakah Mommy dan Daddy masih berusaha mencari keberadaanku?

Terlihat gedung sangat tinggi dan megah, terlihat banyak orang yang lalu lalang di gedung itu. Bahkan terlihat semua karyawan di sana memakai pakaian yang sangat rapi dan terlihat mahal. Seketika pikiranku melayang dengan suasana perusahaan Daddy ku yang tat kala besarnya itu.

"Astaga, apa pemilik perusahaan ini sangat gila penampilan dan kebersihan?" tanyaku seraya menatap satu-satu para karyawan.

Terlihat sangat mewah saat aku menginjakkan kakiku memasuki lobi kantor tersebut, ornamen dan segala instrukturnya sangat mewah. Mataku tertuju pada sebuah logo yang terpampang jelas di belakang sang resepsiois dengan berinisial HM Company.

"Selamat siang, bisa saya bantu?" tanya resepsionis tersebut.

"Saya Zoe, ingin interview untuk bagian marketing," jawabku dengan tersenyum.

"Nama lengkapmu, Nona?" tanyanya kembali.

"Zoe Demares," jawabku singkat.

Demi tidak terlacak oleh kedua orang tuaku, aku harus mengganti identitasku dan mengganti namaku. Aku tidak ingin Daddy mencampuri urusanku atau pun hidupku, aku ingin membuktikan jika aku bisa hidup tanpa harus memakai nama besar keluarga Leandro.

"Baiklah, kau bisa menunggu sebentar Nona. Saya akan menginformasikannya," pinta resepsionis tesebut.

"Ok, baiklah."

Aku memilih untuk duduk di ruang tunggu, karena terlihat sangat ramai di depan lobi. Entah apa yang mereka tunggu di sana, sedangkan aku memilih membuka ponselku untuk mengecek notifikasi dari kedua orang tuaku dan membrowsing tentang perusahaan HM Company ini.

"Kelihatannya, Mom dan Dad sedang dalam perjalanan bisnis keluar. Jika begitu aku bisa kembali pulang terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah Bi Else," gumamku dengan bahagia.

TAK,, TAK,, TAK,,

Bunyi yang khas dari sebuah high hils yang terdengar semakin mendekat ke arahku. Saat aku menengok ternyata seorang wanita dewasa mendekatiku bahkan sampai berdiri tepat didepanku dengan jarak yang lumayan dekat.

"Zoe Demares, kau ikut denganku sekarang!" perintahnya seraya berjalan ke depan.

Seperti seorang kacung, tubuhku beranjak berdiri dari kursi itu dan lekas mengikutinya dari belakang tanpa menanyakan apa pun lagi. Mataku terus melihat seluruh bagian kantor tersebut dengan teliti.

"Mau di bawa kemana diriku?" benakku terus bertanya.

Ternyata wanita itu membawaku menuju lantai atas, terlihat angka dua puluh di dalam lift. Saat pintu itu terbuka terlihat lorong panjang yang sangat sepi, tidak seperti lantai-lantai sebelumnya.

"Kau lulusan universitas ternama, nilaimu juga bagus. Kenapa kau mau melamar jadi seorang marketing?" tanyanya tanpa melihatku.

"Emm, terima kasih sebelumnya atas pujiannya Bu. Aku hanya tidak yakin dengan diriku sendiri saja," jawabku singkat.

Tiba-tiba wanita itu berhenti dan membalikkan tubuhnya dan menatapku dengan tajam, aku hanya bisa menelan ludahku bukan karena aku takut padanya. Hanya saja, aku sungguh tidak bisa mencium aroma parfum tubuhnya yang sangat menyengat itu.

"Pertama, panggil aku Miss Tania. Kedua, kau akan langsung melakukan interview dengan Ceo perusahaan ini. Ketiga, kau harus menjaga sikapmu dan jangan menyentuh apa pun barang di ruangan tersebut, kau mengerti?" tanya Miss Tania.

"Baik, Miss. Saya mengerti semua itu," jawabku sembari tersenyum.

Terlihat alis Miss Tania menyatukan dengan dahi yang mengerut menatapku, aku yang mendapatka tatapan tersebut pun akhirnya melihat penampilanku dari bawah sampai merapihkan rambutkku.

"Maaf, Miss. Ada apa? Apa penampilanku ada yang salah?" tanyaku ragu dengan melihat kembali penampilanku.

"Tidak ada, hanya saja senyumanmu itu begitu manis," jawabnya dengan sangat sinis. Lalu berjalan kembali begitu saja tanpa menungguku.

Aku hanya bisa mengangkat bahuku lalu kembali mengikutinya, Miss Tania berhenti tempat di depan ruangan yang terdapat tulisan Wakil Ceo. Entah kenapa jantungku berdebar sangat kencang, mungkin karena merasa gugup karena ini adalah hari pertamaku interview.

"Permisi Tuan, saya Tania membawa sekretaris anda," seru Miss Tania yang membuatku merasa aneh dengan perkataannya.

"Maaf, Miss sepertinya anda salah orang. Saya Zoe yang akan melamar di bagian marketing," ucapku lirih pada Miss Tania.

"Diamlah! Kau ikuti saja apa yang aku lakukan!" perintahnya dengan tatapan tajam.

GLEK,

Aku hanya bisa menelan ludahku dengan sangat susah, apa yang terjadi di sini pikirku. Aku datang bukan untuk menjadi sekretaris, tak lama pintu itu terbuka dengan sendirinya dan membuatku terkejut.