Dengan cepat Shoni membawa Hazi keluar dari kamar Zoe dan kembali ke kamarnya. Shoni mendorong Hazi sampai lelaki itu duduk di sofa dengan keras.
"Hey bodoh, aku tahu selama ini kau tidak pernah menyentuh seorang wanita. Tapi kenapa kau tidak bisa mengontrolnya, huh? Apa kau tidak merasa kasihan pada Zoe, wanita itu sampai tidak bisa berjalan karena ulahmu!" seru Shoni dengan kesal.
"Mengontrol apa, kasihan padanya? Apa sih maksudmu itu?" tanya Hazi bingung dengan ucapan Shoni.
Shoni yang merasa putus asa pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Hazi yang tidak terlalu memperhatikan ucapan dari Shoni pun memilih mandi.
"Astaga ternyata lelaki es itu mempunyai gairah yang sangat besar juga. Aku tahu apa yang di rasakan oleh Zoe pasti lebih sakit dengan apa yang di rasakan Lexi dulu," ucap Shoni.
Risda yang masih menemani Zoe pun terlihat begitu menyesal karena telah meninggalkan wanita muda itu semalam berada di kamar Hazi. Dokter pun datang dan memeriksa Zoe, Zoe kembali terkejut tidak menyangka jika Risda sampai memanggil Dokter untuknya.
"Kau harus memberikannya makanan sehat. Karena Nona tidak memakan apa pun sejak kemarin dan itu membuatnya merasa lemas," ucap Dokter.
"Ya, baiklah. Terima kasih Dokter," balas Risda.
Dokter dan Risda pun keluar membiarkan Zoe untuk istirahat. Setelah mengantar Dokter, Risda menyiapkan makanan untuk Hazi dan Zoe. Shoni duduk di meja makan dengan terus bergumam tidak jelas.
"Ada apa denganmu?" tanya Risda.
"Kau tahu, ternyata Hazi begitu kuat sampai membuat Zoe seperti itu," jawab Shoni menatap Risda.
PLAK,,, Risda menepuk bahu Shoni dengan spaluta yang dia pegang dan berhasil membuat Shoni meringis kesakitan.
"Jaga bicaramu! Jangan sampai terdengar siapa pun, Zoe pasti merasa malu," ucap Risda lirih.
Shoni pun segera menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya masih mengusap bahunya karena sakit yang di timbulkan oleh Risda.
Hazi yang sedang mandi pun kembali terngiang dengan ucapan Shoni dan mencoba memahami setiap katanya. Dan saat Hazi menyadari apa artinya, lelaki itu pun m
Setelah kejadian itu Hazi dan Zoe seakan kutub utara dan selatan yang sangat dingin. Keduanya hanya terus diam tanpa ada obrolan apa pun. Risda dan Shoni yang melihat itu hanya bisa menghela napas panjang.
Sama seperti sekarang ini makan malam yang biasanya ramai oleh ocehan dari Zoe yang selalu memuji rasa masakan dari Risda pun begitu hening. Hanya terdengar suara sendok dan garpu saja, Risda dan Shoni saling bertatapan dengan terus menghela napas panjang.
"Besok kau harus bertemu dengan perusahaan Leandro Company. Ceo dari perusahaan itu ingin bertemu langsung denganmu karena ingin membicarakan tentang file yang Roki curi itu," ucap Shoni.
"Baiklah, kapan?" tanya Hazi.
"Di kafe. Pukul sembilan pagi," jawab Shoni.
"Ahh,ya lelaki itu juga meminta Zoe untuk datang bersamamu. Padahal aku sudah mengatakannya jika aku yang akan datang bersamamu," sambung Shoni.
Hazi menatap Zoe yang sedari tadi tidak bersuara. Ternyata wanita itu tidak terlalu memperhatikan percakapan antara Shoni dan Hazi karena sedang memakan lobster kesukaannya.
"Astaga wanita ini akan melupakan segalanya hanya karena hewan laut itu!" seru Hazi dalam hati.
"Baiklah, aku akan membawanya juga," balas Hazi seraya berdiri dan pergi ke ruang kerjanya.
Risda dan Zoe pun kompak melihat isi piring Hazi dan ternyata sudah habis. Setelah itu Zoe kembali memakan lobster tersebut dan Shoni mengikuti Hazi ke dalam ruangannya.
"Wah, apa kau tidak lihat selera makan dari Zoe? Wanita itu benar-benar susah di tebak yah, setelah menghabiskan malam denganmu kemarin sekarang dia bisa menghabiskan lobster sebesar itu sendirian," ucap Shoni menggelengkan kepalanya.
Hazi yang duduk di kursi kebesarannya itu pun menatap tajam Shoni karena ingat dengan semua ucapannya kemarin. Shoni yang berdiri di depannya pun merasakan aura yang tidak enak.
"Apa? Kenapa menatapku seperti itu," tanya Shoni seraya duduk di depan Hazi.
"Apa semua arti yang kau katakan padaku kemarin?" tanya Hazi balik.
Shoni mengerutkan keningnya dan mengingat apa yang dia katakan kemarin dan itu membuatnya sedikit tertawa. "Hey bodoh, aku tahu selama ini kau tidak pernah menyentuh seorang wanita. Tapi kenapa kau tidak bisa mengontrolnya, huh? Apa kau tidak merasa kasihan pada Zoe, wanita itu sampai tidak bisa berjalan karena ulahmu!"
"Kau tertawa?" tanya Hazi dengan kesal.
Shoni pun mencodongkan tubuhnya pada Hazi dan berbisik pada lelaki itu, "Berapa kali kau melakukannya, huh?" Dengan nada yang sedikit mengodanya.
"Aish, dasar kau lelaki mesum! Kenapa di dalam otakmu itu hanya ada adegan ranjang saja, huh!!" seru Hazi seraya melempar sebuah buku pada Shoni dan membuat lelaki itu kesal.
"Kau dengarkan baik-baik. Aku dan Zoe tidak melakukan apa pun! Kami hanya tidur saja tidak lebih dari itu!" ujar Hazi dengan kesal.
"HAHAHAHA, apa kau yakin tidak melakukan apa pun? Yang aku dengar dari Bibi kau itu mabuk , bisa saja kau memaksa Zoe melakukan itu untukmu," balas Shoni dengan menggodanya lagi.
"Apa yang kalian bicarakan? Kalian itu lelaki mesum yang hanya memikirkan ranjang saja!" seru Zoe dengan kesal saat mendengar Hazi dan Shoni membicarakan dirinya.
Kedua lelaki itu pun terkejut karena Zoe mendengar itu. Zoe terlihat menatap Hazi dengan tatapan kesal dan juga marah, wanita itu pun kembali keluar dengan membanting pintu dengan keras.
"Ahh, lihat ini semua karena ucapanmu bodoh!" umpat Hazi pada Shoni dengan kesal.
Hazi keluar dari sana dan mencari Zoe untuk memberikan penjelasan. Tapi lelaki itu tidak bisa menemukan Zoe dimana pun. Hazi pun masuk begitu saja ke dalam kamar Zoe dan tak terlihat wanita itu.
"Kemana wanita itu?" tanya Hazi.
"Dia ada di taman belakang. Sepertinya wanita itu terlihat sangat marah, apa yang kau lakukan padanya?" tanya sosok lelaki tua itu.
"Tidak ada, ini hanya salah paham," jawab Hazi tanpa menengok siapa orang yang berada di belakangnya.
Saat menyadari itu, Hazi menutup matanya dan membalikkan tubuhnya dengan perlahan. Hazi yakin dia akan mendapat masalah malam ini. Karena suara lelaki itu sangatlah Hazi kenali.
Hazman Maximiliano sosok lelaki paru baya yang berusia enam puluh tahun itu sekarang sedang berdiri di depan sang cucu kesayangannya. Hazi tersenyum menyambut sang kakek dan segera memeluknya.
"Kau datang tanpa memberitahuku?" tanya Hazi masih memeluk Hazman.
"Kau membawa cucu menantuku tanpa memberitahuku juga," jawab Hazman seraya menepuk punggung Hazi.
Hazi melepaskan pelukannya dan menatap sang kakek yang tersenyum menggodanya. Terdengar suara langkah kaki dari kejauhan ternyata Risda, Zoe dan Shoni yang datang.
"Kakek," panggil Shoni seraya mendorong pelan Hazi dan memeluk Hazman.
"Astaga kalian masih saja seperti kucing dan anjing!" seru Hazman memeluk Shoni.
Hazman menatap Risda dengan tersenyum dan berganti menatap Zoe dengan tatapan yang tidak bisa di artikan oleh Zoe.