Permainan siang hari memiliki sensasi tersendiri, perasaan memiliki yang Haziel rasakan pada Zoe membuat lelaki itu tidak lagi segan akan kekasihnya itu.
"Ah,, jangan!" desah Zoe saat tangan Haziel melucuti pakaiannya satu persatu.
Seperti orang tuli, Haziel tak menghiraukan ucapan dari Zoe dan terus melancarkan aksinya yang membuat Zoe mabuk kepayang oleh sensasi yang di lakukan oleh Haziel. Siang itu menjadi siang yang panas dengan lagu merdu yang menandakan akan kenikmatan dunia yang sudah tercapai.
Desahan demi desahan terus keluar dengan mengalun merdu dari bibir Zoe, Hazi teus menyerangnya tanpa ampun. Sentuhan demi sentuhan di tubuh Zoe membuat wanita itu semakin candu akan Hazi, memuaskan satu sam lain dengan penuh kepuasan.
Melihat tubuh Zoe yang sudha penuh dengan peluh pun, membuat Haziel menyelesaikan aksinya. Memberikan snag pujaan hati waktu untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah menahan segala hasratnya.
"Aku mohon, untuk sekarang cukup!" rengek Zoe dengan manja. Wanita itu ternyata menyerah dengan gairah yang di miliki Haziel yang begitu kuat di atas ranjang.
"Kau menyerah?" tanya Haziel dengan napas yang tersengal dan pandangan menggoda.
"Jika kau melakukannya sekali lagi, aku pastikan aku benar-benar tidak akan bisa berjalan," jawab Zoe dengan manja.
Haziel tertawa kecil, mencubit hidung mancung Zoe karena begitu gemas dengan kekasihnya itu. "Baiklah, untuk kali ini aku akan memberikanmu istirahat. Tapi, untuk lain kali tidak!" ujar Haziel seraya mencium kening Zoe, lalu mengeluarkan juniornya dengan perlahan. Waktunya si junior beristirahat setelah berperang 3 ronde.
Mendengar ucapan Haziel, Zoe hanya bisa menelan air liurnya dengan susah payah. Sungguh wanita itu tidak pernah menyangka jika seorang Haziel ternyata juga begitu berambisi akan hasratnya.
"Kau menyiksaku, Hazi." Zoe benar-benar merasa takut akan ucapan Haziel yang akan melahapnya tanpa henti.
"Maaf membuatmu kewalahan dan terima kasih sayang," ucap Haziel seraya memeluk tubuh Zoe dengan erat.
Zoe mengangguk lalu menyusupkan wajahnya pada dada bidang Haziel. Dada bidang Haziel itu adalah tempat ternyaman bagi Zoe saat ini.
"Istirahatlah, setelah kau merasa lebih baik. Kita akan kerumahmu dan membicarakan pertunangan kita," ucap Haziel seraya mencium pucuk kepala Zoe.
"Baiklah." Zoe menutup matanya dan beristirahat.
Haziel tidak pernah merasa jemu melihat wajah dan sosok wanita yang kini mengisi relung hatinya itu. Bahkan, rasanya lelaki itu akan merasakan mati suri jika terjadi sesuatu pada wanitanya itu. Perasaan lain yang Haziel rasakan pada Zoe benar-benar berbeda, mengingat wanita jama sekarang yang tidak lagi bisa menjaga martabat dan harga diri mereka. Berbeda dengan Zoelie, wanita cantik, pintar dan bisa menjaga dirinya.
"Aku sangat-sangat mencintaimu, Zoe. Aku yang sudah merusakmu, mengambil apa yang sangat berharga dari seorang wanita. Tapi, yakinlah padaku karena aku akan menjadikanmu wanita satu-satunya di hidupku sampai akhir hayat!" ujar Haziel dalam hati dengan penuh keyakinan.
Haziel merebahkan tubuhnya dengan memeluk tubuh Zoe yang masih berbalut selimut tebal. Meraskan gesekan tubuh mereka dengan lembut, menenangkan pikiran untuk bersiap membicarakan hal yang sangat penting untuk hubungan merka kedepannya.