Chapter 3 - Ayah

Tidak tau harus bersyukur atau tidak, tubuh ini meski aku tidak mewarisi ingatan Angelia kecil tetapi bakat sihirnya masih ada bakat Angelia adalah es dan dengan pengalaman hidupku dulu aku bisa membawa ilmu dan pengetahuan yang aku ketahui di hidup dulu ke sini

Memijat dahi yang sakit dengan jari jari lentikku kepalaku merasa pusing dan lelah tapi untungnya mely datang memberitahu bahwa air mandi sudah siap

"Nona airnya sudah siap"

"Oh ya mely terimakasih" aku bangun dari kursi memasuki kamar mandi melihat betap yang besar seperti kolam di taburi bunga warna warni

"Nona parfum apa yang ingin anda gunakan" tanya Jesika

"Jesika tolong beri parfum mawar dan lili"

"Baik nona"

ini dia berjalan kearahku

"nona biar saya bantu mengunakannya"

"Baik Jesika tolong"

Aku melepas pakaianku tidak malu tentu saja karna tubuh ini sangat sempurna lagi pula pelayanku semuanya wanita mereka telah membantu merawat aku dari aku kecil, memasuki betap aku hanya merasa lega merasakan air hangat mengenai kulitku, sementara aku menikmati pijatan Jesika dan mely aku yang lelah hampir tertidur mungkin melihat aku yang lelah mely merasa kasihan tidak mau menganggu aku

Sekitar 30 menit aku berendam karna air betap mulai dingin Jesika membangunkan aku

"Nona muda ayo bangun sudah selesai"

Aku yang sadar karna tertidur merasa malu, "Jesika apa aku tertidur"

"Iya nona anda terlihat lelah, saya dan mely tidak tega menggangu anda tapi kami takut anda kedinginan jadi saya membangunkan Anda maaf nona"

"Tidak Jesika, tidak apa terimakasih, ayo bantu aku kembali ke kamar aku ingin segera istirahat"

"Baik nona" jawab Jesika sambil mengenakan jubah di tubuhku

Kembali ke kamar aku melihat 3 pelayanmu lain mely menyiapkan bajuku, ia membantu aku mengenakannya bersama jesika, Jeny sudah menyiapkan makan malam untukku di kamar dan Jeny membawa buku buku dari perpustakaan ke kamarku itu buku yang akan aku baca berisi pengetahuan dan sejarah negara dan dunia ini

Selesai mengenakan pakaian aku duduk untuk makan malam tidak ingin makan terlalu berat karna malam hari aku hanya makan sedikit ingin segera istirahat

melihat pelayanku yang sibuk di samping aku sangat kasihan pada mereka apa seperti ini nasib orang miskin tidak di duniaku dulu atau sekarang sama orang miskin selalu di anggap rendah untungnya bukan aku yang ada di posisi itu yah manusia itu egois meski engkau kasihan pada orang lain tapi tetap saja kau lebih mencintai diri sendiri jadi hanya bisa menonton dari samping saja

Huuuh" merasa jadi orang yang jahat itulah aku dari hidup dulu dan sekarang tidak berubah hanya saja di hidup ini aku ingin belajar menghargai orang lain tidak ingin mati sia sia apalagi mati di tangan kekasih sendiri

Yah aku ingat nasibku yang menyedihkan mati di tangan orang yang katanya menyukaiku meski aku tahu dia tidak sengaja tapi apa bedanya aku tetap mati, mungkin itu juga salahku karna selalu berganti ganti pacar Tampa memperdulikan perasaan mereka(mantan) hanya karna aku yang tidak bisa menolak kecantikan sialnya saat aku ingin serius jatuh cinta aku malah bernasib buruk mendapatkan orang yang terlalu posesif padaku membuat aku menyerah lagi dan berakhir seperti ini, apa aku harus menyerah jatuh cinta atau aku harus menahan agar tidak tergoda pada kecantikan yang penting aku bertekat akan berubah mencoba menghargai perasaan orang yang tulus padaku tentu saja orang itu harus normal tidak seperti june si sialan itu

Selesai makan aku meminta Jeny membereskan sisa makanan

"Jeny aku telah selesai makan tolong bereskan ini Jeny"

"Baik nona,yah nona apa anda ingin cemilan?"

" Yah Jeny bawalah cemilan dan buah untuk ku"

"Baik nona tolong tunggu sebentar"

"Hem" jawabku pelan

Duduk di kursi santai aku mengambil buku dan mulai membaca sedangkan Jesika duduk di samping memijat kakiku dan mely berdiri di belakang memijat pungungku untuk Jeny dia membuat teh untukku

" Kalian... "

Ketiga pelayanmu berhenti dari pekerjaannya melihat kearahku

Aku tidak tahu apa aku terlihat menyeramkan kenapa mereka seperti ini, seperti takut disalahkan padahal aku sudah berusaha bersikap baik

Huhh" menghembuskan nafas

"Kalian bertiga tidak lelah?  bekerja seharian kenapa kalian tidak beristirahat saja! " kataku

"Nona kami sudah biasa bekerja nona "

"Mely benar nona kami senang melayani anda" jawab Jesika

"Ya ya nona" kata Siska menganguk cepat

"Aku tahu kalian telah bekerja keras tidak perlu bersikap seperti itu padaku ayo duduklah yang benar kalian beristirahat dan itu Jeny membawa cemilan jadi makanlah untuk kalian bawakan saja padaku potongan buah persik sisanya makanlah untuk kalian"

(Saat aku bicara Jeny kembali membawa cemilan )

"Nona tidak nona kami tidak pantas kami hanya pelayan tidak pantas memakan hal ini untuk anda nona" jawab mely

"Mely Jeny Jesika Siska kalian dari kecil sudah bersamaku dan merawatku tidak ada yang lebih dekat dari kalian di sampingku jadi aku ingin memperlakukan kalian dengan baik bisakah kalian menerima niat baikku"

"Nona muda" kata pelayanku serempak

"Sudahlah jika kalian menganggap aku nona kalian ayo istirahatlah dan makan cemilan itu tidak perlu sopan padaku"

"Terimakasih nona" kata mereka berempat

Melihat mereka tidak sopan lagi padaku dan makan cemilan yang di bawa Jeny mereka bahkan berbicara dan tertawa mengajak aku mengobrol juga dengan malu malu aku senang melihatnya setidaknya aku bisa bersantai punya teman bicara

Selesai makan cemilan dan mengobrol aku meminta mereka istirahat kembali ke kamar mereka masing masing sedangkan aku masih membaca buku setelah 1 jam aku membaca mataku sedikit sakit jadi aku berniat untuk istirahat dan tidur tapi siapa tahu saat aku baru saja menutup mata aku mendengar suara pintu kamarku di buka

Aku waspada tapi tidak berani membuka mataku lampu kamarku telah di matikan jadi kamarku sekarang gelap gulita, aku melihat bayangan datang ke arahku jantungku berdebar kencang tapi tidak berani bersuara siapa tau orang yang datang malah melangkah semakin dekat denganku

"Kenapa kamu belum tidur Lia" terdengar suara pria yang sangat seksi tapi lembut bertanya

Lia hah siapa orang ini aku terkejut kenapa dia memanggil aku dengan sangat akrab apa jangan jangan dia ...

"Ayah" kataku

Lampu tiba tiba di hidupkan

Aku melihat seorang pria berusia sekitar 30 an dengan tubuh tinggi gagah rambut hitam mata hitam rahang tegas hidung tinggi dan bibir tersenyum kearahku heum tampan satu kata terlintas di pikiranku yah pantas saja tubuh ini sangat cantik tidak di ragukan lagi gennya sangat bagus memiliki ayah tampan dan ibu yang cantik, meski aku telah melihat foto ayahku ternyata dia lebih tampan saat di lihat langsung jadi pasti ibuku juga sangat cantik yang berhasil membuat pria seperti ayahku sangat mencintainya.