Chapter 7 - VII

Mereka tidur seruangan, dan hanya berbataskan sehelai kain dengan ruang tamu. Chaerin tidur diatas ranjang sementara Jacob dan Samuel tidur di bawah beralaskan karpet. Wanita itu tidak dapat terlelap, entah sudah berapa cara yang dicoba, namun tidak ada hasil.

"Lebih baik aku coba membaca buku saja,"

Chaerin berusaha menggapai buku yang berada di atas rak kecil. Jika dia turun dan mengambil buku itu, kemungkinan besar ia akan membangunkan orang lain. Karena Samuel maupun Jacob sedang tidur tepat di sebelah ranjangnya. Namun letak buku itu terlalu jauh untuk digapai.

"Bagaimana ini? Minta tolong atau bagaimana ya?"

Chaerin mengurung niatnya untuk meminta bantuan, "Harus bisa sendiri, ayo Chaerin!"

Tangan kirinya memegang kuat papan pada ranjangnya, sedang tangan kanannya terus berusaha menggapai buku. Jaraknya tinggal 10 cm lagi, tapi kenapa sulit sekali. Pantang menyerah, dia terus berusaha, sedikit melonggarkan tangan kirinya dan memajukan sedikit demi sedikit badannya.

Sedikit lagi. Jantung Chaerin tiba-tiba berhenti berdegup saat tangannya tergelincir. "Sial!" Chaerin terjatuh tepat diatas badan Jacob. Pria itu tersentak, dalam keadaan setengah sadar Jacob reflek menahan lengan Chaerin supaya kepala mereka tidak terbentur satu sama lain.

"Kau ingin melakukannya?"

Chaerin diam berusaha mencerna maksud pertanyaan Jacob. Wajah Chaerin merah menahan malu, "Kau salah paham, tadi aku bermimpi dan tidak sengaja jatuh."

Di mata Jacob, pesona Chaerin saat sedang tersipu begitu menarik. Darah Jacob berdesir kencang ketika Chaerin beranjak berdiri dan menyebabkan beberapa bagian saling bergesekan.

Chaerin bergegas naik dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut untuk menahan malu. Tidak, tidak, ini sangat memalukan.

Jacob duduk, dia menatap Chaerin yang tidur membelakangi mereka. Ditatapnya lekuk tubuh Chaerin mulai dari rambut hingga telapak kakinya, indah. Selimut yang menutup wanita itu sedikit terbuka pada bagian kaki, "Sial, kenapa dia memakai celana yang sangat pendek saat tidur."

Jacob bangkit dan duduk disebelah Chaerin, jantungnya berdegup kencang, pandangannya tidak bisa lepas dari kaki mulus Chaerin, kaki ramping yang dirawat bersih. Tanpa sadar tangan kekar Jacob perlahan menyusuri paha hingga telapak kaki Chaerin, hal tersebut membuat si empunya sedikit terusik.

Jacob spontan menarik tangannya. Tidak, dia harus menjauh, tangannya mungkin akan menelusuri bagian lain jika dia tetap berada di sana sebentar lagi saja.

***

Pak Tian bangun duluan dibandingkan mereka semua, dia sudah menyediakan sarapan.

Jacob yang keluar kamar lebih dulu, dia langsung menuju kamar mandi untuk membasuh wajah, kemudian kembali menuju meja makan. Baru pak Tian saja yang bangun, mereka berdua duduk menunggu yang lainnya bangun.

Selang beberapa menit Chaerin keluar kamar. Baguslah dia sudah memakai celana panjangnya, pikir Jacob. Kemudian beberapa menit lagi Samuel yang keluar kamar. Mereka mulai makan saat Samuel telah duduk.

"Ini kawasan para penyihir," pak Tian membuka topik pagi ini. "Jika kalian berjalan keluar hutan ini, kalian akan menemukan rumah-rumah penyihir lain, atau bahkan menemukan kerajaan para penyihir berdarah biru. Dan semua orang yang berhasil melewati terminus silva, berarti dia memiliki darah penyihir dalam tubuhnya, jadi jangan kaget jika kalian melihat pak Edzard, atau Jacob dapat melakukan hal diluar nalar. Maka mulai saat ini kalian berlatih lah, begitu juga dengan kau, Jacob. Walau kau sudah mengetahui beberapa namun kau harus tetap berlatih. Dan ingatlah, semua penyihir memiliki kekuatan bawaan dari orangtuanya, oleh sebab itu kalian butuh latihan untuk mengendalikannya. Tapi ingat juga, kalau kalian dapat mempelajari kekuatan lain diluar kekuatan bawaan kalian dengan latihan, tapi hal itu biasanya akan lebih sulit untuk dilakukan, tapi hal itu tidak menutup kemungkinan untuk tetap bisa mempelajarinya."

Semuanya mengangguk paham menanggapi pak Tian. Sarapan pagi mereka berakhir, sekarang semuanya pergi menuju halaman.

"Ini hari pertama kalian belajar, jadi tolong kerjasamanya." Dia mengangkat tangan kanannya, dan dalam waktu sekejap sebuah tongkat setinggi dirinya sudah berada pada genggamannya.

"Pertama, cobalah untuk memanggil tongkat kalian masing-masing."

"Bagaimana caranya?" Tanya Samuel.

"Baca saja buku kalian, aku mau pergi sebentar. Selamat berlatih!" Pak Tian menaiki kuda yang entah sejak kapan sudah berada di hadapan mereka, dia melambaikan tangan dan tersenyum. Mereka kesal dengan pak Tian yang bersikap kurang bertanggung jawab dengan meninggalkan mereka sendiri.

Tapi tiba-tiba pergi bukanlah hal asing untuk seorang pak Tian. Hal itu sudah sangat biasa baginya. Bahkan tadi malam saja dia sudah tiga kali bolak-balik. Namun yang kali ini tidak seperti biasa. Dia menunggang kuda dengan kecepatan penuh, sepertinya ada yang sedang terjadi.

"Mari berlatih lagi," ajak Jacob. Jacob mengambil sebuah buku dan menghampiri Chaerin, "Ini, kan? Buku yang akan kau ambil tadi malam."

Pipi Chaerin memanas, dia segera mengambil buku dari tangan Jacob dan berlari ke arah Samuel. Jacob yang memperhatikan hanya tertawa.

"Samuel!"

"Apa?"

"Kenapa kau sangat jarang berbicara?"

"Apa aku mendapat untung jika melakukan, itu?"

"Tentu saja!"

"Apa?"

"Hmmmm," Chaerin memutar otak mencari jawaban untuk Samuel. "Supaya orang lebih akrab denganmu, mungkin."

"Mungkin." Untuk kesekian kalinya Samuel mengangkat tangan mencoba memanggil tongkat miliknya.

"Samuel!"

"Lebih baik kau berlatih, Chaerin."

"Untuk apa? Sekali coba saja aku sudah dapat melakukannya."

Samuel berbalik, menatap tajam ke arah Chaerin. "Buktikan!"

Chaerin mengangkat bahu, "Ok!"

Wanita itu berdiri dihadapan Samuel, hanya berjarak 50 cm saja. Dia tersenyum, kemudian mengangkat tangannya, dan benar, Chaerin berhasil melakukannya. Tongkat berwarna dasar hitam dan memiliki corak berwarna hijau dan merah sudah berada di genggamannya.

"Bagaimana, huh?"

"Not bad." Samuel membalikkan badannya lagi dan terus berusaha untuk memanggil tongkatnya.

Sikap cueknya tetap sama, batin Chaerin.

Padahal dari kemarin malam dia sudah bertekad untuk berlatih dengan Samuel, bukan Chaerin menganggapnya spesial. Hanya saja Chaerin cuman ingin dia lebih berbaur lagi. Dia menghela napas dalam-dalam, kemudian mengikat rambutnya dan memutuskan untuk berkeliling hutan sebentar sambil mencari beberapa buah atau sayuran yang mungkin dapat mereka konsumsi.