"Sayang!"
Wanita paruh baya yang sedang menyisir rambutnya menolah saat sang suami memanggilnya. Sedari tadi dia sedang menunggu kabar yang dinanti dari suaminya. "Kita menemukan mereka."
"Lalu anak kita?"
"Mereka menemukannya juga."
Lucy berdiri dari depan meja riasnya dan pergi menghampiri Jayden yang sedang menunggunya di bawah. "Dimana Jacob?"
"Dikamarnya,"
"Apa dia sudah tau kalau kita..."
"Sudah, tapi sepertinya dia belum bisa menerima kita sepenuhnya. Kau mau menemuinya?" Jayden mengusap kepala istrinya, dia tau pasti istrinya sangat ingin menemui anak mereka. Tapi tidak semudah itu, sulit supaya Jacob bisa percaya kalau mereka adalah orangtua kandungnya. Apalagi semenjak kecil Jacob tidak bersama mereka, dan sekarang mereka dapat bertemu ketika usia Jacob sudah tidak anak-anak lagi. Dia sudah dewasa, sulit meyakinkannya, terlebih setelah tau kalau raja memenjarakan teman-temannya.
"Ayo, temui dia!"
"Tuan Tian, terimakasih untuk kerjasamamu hari ini. Kau bisa beristirahat."
"Terimakasih, yang mulia raja." Tian kemudian pergi meninggalkan Jayden dan Lucy menuju kamarnya setelah mendapat izin.
***
Siapa kau sebenarnya?!
Kau pasti tidak percaya kalau aku mengatakannya,
KATAKAN SAJA!
AKU RAJA JAYDEN POTENTIA, JACOB! DAN KAU ADALAH JACOB NATA POTENTIA, BERSIKAPLAH LEBIH SOPAN KEPADA AYAHMU!
Sungguh pertemuan pertama yang buruk seorang anak dan ayahnya.
"Gak mungkin, bagaimana kalau Chaerin dan yang lain tau. Pasti mereka akan mengira aku sebagai mata-mata raja, padahal..." Jacob menatap wajahnya di cermin dan tersenyum, "Hahaha, maafkan aku teman-teman."
Jacob berhenti tertawa begitu mendengar pintu kamarnya diketuk, "Masuk!"
"Oh, hai, ayah!"
"Kau terlihat sangat senang, Jacob. Apa yang terjadi?"
"Hanya membayangkan wajah teman-temanku jika mereka tau yang sebenarnya,"
"Hahaha," Jayden menarik dan merangkul Lucy, "Masih ingat paras cantik ibumu?"
"Tentu saja, ayah," Jacob mencium tangan ibunya, "Sudah lama aku tidak menyapamu, ibu."
Airmata Lucy menetes dia langsung memeluk anaknya, "Ibu merindukanmu, nak. Ayahmu tidak pernah mengijinkan ibu ikut saat dia akan menemuimu."
"Tunggu waktu yang tepat, Lucy. Kau tidak bisa berkeliaran sembarangan," Lucy selalu mengungkit perkataan Jayden yang melarangnya ikut dengannya, itu sedikit membuat Jayden kesal, tapi dia terlalu senang untuk marah hari ini.
Jacob hanya tertawa melihat perilaku kedua orangtuanya, "Sudahlah, ibu. Kita sudah bertemu, bukan?"
Lucy menyeka airmatanya dan memeluk Jacob kembali, "Iya."
"Oh, iya, ayah. Apa pak Tian mencurigai pertemuan kita tadi?" Jacob tidak bisa berhenti memikirkan apa tanggapan pak Tian tentang mereka. Dia takut jika ada orang lain yang mengetahui penyamarannya selama ini.
"Tidak, nak. Aktingmu tadi sangat bagus."
"Syukurlah, tapi..."
"Kenapa? Apa ada sesuatu yang..." Jayden menjentikkan jari, "Ah, iya, kamu kepikiran tentang wanita itu? Baru aku tau kalau anakku lemah terhadap seorang wanita."
"Bukan, ayah. Aku hanya berpikir tentang tanggapan warga, karena salah satu dari mereka mungkin sudah melihat kehadiran Chaerin. Dan saat penyerahan jabatan nanti pasti akan di hadiri seluruh warga Maledictus, pastinya mereka akan bertanya dimana Chaerin dan anggota kerajaan lain yang kita tahan."
Jacob berusaha tetap tenang, jika bertingkah aneh sedikit saja pasti ayahnya akan tau jika dia berbohong. Jacob menghela napasnya, dan perlahan keringat dingin menuruni punggungnya.
"Oh, soal itu. Semua akan baik-baik saja, percaya padaku. Sekarang kau bersih-bersih kemudian bersiaplah, malam ini kita akan pergi ke perayaan di Elleslog." Jayden menepuk pundak anaknya beberapa kali, kemudian keluar bersama istrinya.