Chapter 15 - XV

Jacob memutuskan untuk masuk istana melewati pintu belakang, dia tidak ingin ibunya tau keadaannya sekarang. Jacob berjalan masuk sembari terus menahan aliran darah yang keluar dari pahanya dengan kain.

Dia memasuki area yang sebelumnya tidak pernah dia lihat, padahal dia sudah berulang kali berkeliling istana. Penjaga disini juga berbeda dari biasanya, disini semua penjaga memakai topeng yang menutup mata dan hidung. Salah satu penjaga yang melihat langsung menghampirinya dan membantu Jacob untuk duduk.

"Apa yang terjadi, tuan? Mau saya panggilkan tabib?" Tawar penjaga tersebut.

Jacob mengangguk, "Iya, tolong panggilkan."

Si penjaga berdiri dan menghampiri salah satu kawannya, entah apa yang mereka bicarakan, tapi setelahnya salah satu penjaga lain pergi, dan dua penjaga lain datang dengan membawa air, dan perban. "Apa perlu kami panggilkan Yang Mulia ratu, juga?"

"Tidak, tidak, jangan. Jangan sampai ibu tau, aku tidak mau dia bersedih."

"Baik, maaf, tuan."

"Tidak masalah."

Kedua penjaga tadi meminta izin Jacob terlebih dahulu sebelum membantunya membersihkan luka. "Ah, aduhh, hati-hati."

Setelah berulang kali menjerit akibat kesakitan, akhirnya seorang tabib datang juga bersamaan dengan penjaga yang memanggilnya. Tabib tersebut datang dengan membawa obat herbal dan baru dibuatnya.

***

Chaerin terkejut saat pundaknya disentuh. "Kau melamun? Makanlah dulu, sudah beberapa hari ini kau makan hanya sedikit."

Chaerin hanya tersenyum kepada Gwen. Dia tidak nafsu makan, semenjak berada di penjara tidurnya tidak pernah nyenyak, dia selalu memimpikan hal buruk yang sama. "Baiklah, nanti aku akan makan. Sekarang aku sedang tidak nafsu."

"Kau selalu saja berkata begitu, sampai akhirnya kau tidak jadi makan."

Chaerin tidak bisa menjawab lagi, sebenarnya dia lapar, tp setiap akan menyuapkan makanan pasti nafsu makannya akan hilang kembali. "Makanan disini tidak enak."

Bohong jika dia bilang makanan disini tidak enak, justru makanan yang disajikan adalah makanan-makanan enak yang jarang dia makan sebelumnya. Dia menjawab demikian agar Gwen berhenti menyuruhnya makan.

"Ah, aduhh, hati-hati." Chaerin mendengar suara samar-samar, suara yang selama ini ingin dia tau kemana perginya sejak dia dan Samuel berada di penjara.

Chaerin berlari dan membuka jendela, seorang penjaga yang melihat segera menghampirinya, "Apa Anda memerlukan sesuatu?"

Chaerin tersenyum, "Tidak, terimakasih. Aku hanya ingin lihat-lihat."

Seorang penjaga dan tabib melewatinya, jalannya buru-buru sekali. Pasti mereka menuju sumber suara tadi, batinnya. Mata Chaerin terus mengikuti kemana perginya kedua orang itu. Mereka berhenti tidak jauh dari penjara, disana terdapat dua orang penjaga lain dan satu orang yang duduk di kursi. Banyak perban yang sudah bernoda darah di lantai, orang yang sedang duduk itu terluka. Pantas saja tabib tadi berjalan dengan cepat.

Chaerin menempelkan wajahnya pada jeruji besi di luar jendela, dia berusaha sekuat tenaga agar dapat melihat siapa orang yang duduk itu. "Ah, kenapa dua penjaga itu menutupi, sih," dia kesal dengan penjaga yang menghalangi pandangannya.

"Ya, menyingkirlah," Chaerin girang sendiri dengan para penjaga yang perlahan bergeser.

Deg!

Jantungnya berhenti seketika. Jacob? Apa yang dia lakukan disana? Lalu mengapa para penjaga memanggilnya tuan? Bukankah seharusnya mereka menangkap Jacob dan memasukkannya kemari juga?

Chaerin menyentuh lengan salah satu penjaga dengan jari telunjuknya, "Permisi, tuan."

Si penjaga langsung menoleh dan nunduk memberi hormat, "Jangan memanggil saya tuan, nona. Saya hanya penjaga disini."

Chaerin tercengang mendengar pernyataan barusan, "Emang kenapa? Saya biasa memanggil seorang pria dengan sebutan tuan, supaya terdengar lebih sopan."

And, yeah, all about manners jika berhubungan dengan Chaerin.

"Derajat saya hanya sebagai bawahan disini, saya merasa tidak berhak jika dipanggil seperti itu,"

"Tidak ada perbedaan derajat bagiku, sekarang berdiri lah, jangan menunduk di hadapanku." Penjaga tersebut menegakkan badannya dan menghadap ke Chaerin. "Oh, ya, itu siapa?" Tunjuk Chaerin kepada lelaki yang sedang di obati oleh seorang tabib.

"Itu tuan Jacob, nona, anak tunggal raja Jayden yang selama ini dicari-cari keberadaannya."

"Anak raja?"

"Iya, nona."

"Baiklah, terimakasih." Chaerin menutup jendela dan berdiri lama disana. Tidak lama terdengar suara seseorang yang mengajaknya bicara, "Kau tidak apa-apa, Chaerin?"

Chaerin membalikkan badan dan melihat Edzard, Gwen, dan Samuel yang tengah berdiri di belakangnya. Ternyata mereka sudah berdiri disana dan memperhatikan Chaerin sejak tadi.

"Ya," Chaerin menarik napas, "Aku tidak apa-apa, hanya sedikit terkejut."