Mereka bertiga sudah berkumpul di depan rumah. Semuanya sudah siap melakukan perjalanan. Namun perjalanan mereka berbeda dibanding perjalanan biasa, tidak ada sedikitpun perbekalan yang dibawa. Bahkan hanya Chaerin yang membawa barang, dan itupun barang yang dibawa adalah buku.
"Untuk makanan atau minum, kita memakan apa yang bisa kita temukan selama perjalanan memasuki hutan saja, dan meminum air dari sungai. Kalau ingin membawa makanan sekarang tidak ada gunanya juga, karena kita tidak memiliki persediaan makanan." Jelas Jacob.
Jacob bersiul sebanyak tiga kali, dan dalam waktu dua detik datang tiga ekor kuda di hadapan mereka.
Mata Chaerin terbelalak, "Bagaimana bisa?"
Jacob terkekeh melihat ekspresi kedua temannya yang kaget melihat hal yang menurutnya sangat biasa ini. "Kita berjalan saja dulu, nanti akan ada kesempatan untuk menjelaskan ini."
Perjalanan dimulai.
Mereka memasuki hutan dan pergi menuju terminus silva. Mereka menunggangi kuda menelusuri hutan. Sekali-kali mereka berhenti untuk memetik beberapa buah, atau berhenti untuk mengambil air sungai. Aura hutan ini biasa saja sampai mereka melewati suatu sisi hutan yang terasa kelam. Suasana hati Chaerin menjadi buruk seperti sebelumnya lagi. Apa akan terjadi sesuatu lagi, batinnya.
"Berhenti!" Jacob menghentikan perjalanan mereka. "Kita baru saja melewati terminus silva, yaitu perbatasan antara hutan belantara tadi dengan hutan di kawasan maledictus. Lebih waspada lah dengan sekitar kalian, kita tidak tau kapan bahaya akan menyerang."
"Bagaimana Jacob bisa tau?" Batin Chaerin. Sejak malam saat rumah mereka kedatangan tamu yang tidak diundang itu, Jacob hanya diam saja, namun didalam diamnya dia seperti biasa saja, seolah tidak terjadi sesuatu. Apa dia tau sesuatu soal ini, ya, dia pasti tau. Dia bahkan sampai bisa menuntun kami untuk pergi, padahal pak Edzard tidak mengatakan apapun setelah menyuruh kami menaiki tangga.
Maledictus adalah sebutan untuk sebuah kawasan kuno yang dihuni berbagai penyihir dari berbagai kalangan dan garis keturunan. Mulai dari keluarga bangsawan hingga penyihir biasa. Terdapat banyak kerajaan di Maledictus, dan ada empat yang terbesar.
Tapi ada satu kerajaan yang selalu menyandang gelar kerajaan terkuat karena kemampuan para penyihir di dalamnya yang diatas rata-rata. Namanya Endevour, kerajaan Endevour berada dibawah pimpinan raja dan ratu yang merupakan salah satu keluarga penyihir terkuat, yaitu Potentia dan Aeternus. Mereka adalah raja Jayden Potentia dan ratunya Lucy Aeternus.
Tidak ada kericuhan sedikitpun dibawah pimpinan mereka. Karena siapapun yang melanggar akan mendapat sanksi yang tidak biasa. Jika hari ini adalah hari mereka membuat masalah, maka hari ini juga akan menjadi hari terakhir mereka membuat masalah.
Terdapat rumor yang mengatakan kalau raja mengurung saudari kandungnya sendiri seumur hidup, namun tidak ada satupun yang mengetahui kebenaran mengapa raja melakukan itu.
***
"Kalian pasti anak-anaknya Edzard, kan? Huh, sudah kuduga, si Edzard itu pasti akan menyuruh kalian kesini." Pak tua yang pastinya teman pak Edzard menyambut mereka dengan perasaan penuh semangat. Pertama kali sampai dirumah teman pak Edzard ini, mereka sudah ditunggu oleh sang tuan rumah di halaman rumahnya.
"Ayo! Silahkan masuk dulu."
Jacob menceritakan semua yang terjadi pada mereka tanpa hilang satupun informasi. Si tua itu malah tertawa saat mendengar cerita dari mereka.
"Kenapa kau tertawa?" Nada sinis yang Jacob ucapkan membuat Pak Tian menahan tawanya.
"Kalian tidur saja dulu. Aku tertawa bukan karena tidak percaya cerita kalian, aku hanya bingung saja bagaimana mungkin seorang Edzard yang hebat bisa tertangkap."
Jacob mendengus kesal. Dia berpaling menuju kamar mereka yang diberi pak Tian sambil menarik tangan kedua rekannya.
Pintu kamar dibantingnya kuat, "Apa-apaan pak tua itu, dia malah menertawakan kita. Kenapa pak Edzard bisa berteman dengan orang sepertinya, kalau saja bukan karena keinginan pak Edzard, aku pasti akan segera pergi dari tempat ini."
"Tidak ada gunanya kau marah seperti itu. Mungkin karena pak Edzard adalah orang yang hebat makanya dia tertawa ketika mendengar pak Edzard tertangkap." Ucap Chaerin berusaha menenangkan.
Chaerin duduk bersimpuh dihadapan Jacob, menangkup wajah Jacob dengan kedua telapak tangannya. "Basuh wajahmu, dan pergilah tidur. Jadwal kita mungkin akan padat esok hari."
Jacob mengangguk dan beranjak pergi ke kamar mandi, wanita itu selalu bisa menenangkan dan meredam emosinya. Sejak mereka kecil Chaerin lah yang selalu membantunya mengontrol diri, menyelesaikan masalah dan hal-hal lain yang menyangkut tentangnya.
Chaerin ingin sekali bertanya, tapi tidak bisa, dia tidak mungkin menuduh temannya sendiri. "Mungkin pak Edzard sudah menduga hal ini, dan mungkin saja dia sudah memberitahu Jacob sebelumnya."
Dari tempat tidurnya, Chaerin dapat melihat Jacob berdiri di depan kamar mandi yang sedang digunakan Samuel sejak tadi. Sikap kedua rekannya tidak pernah berubah dari dulu, Jacob yang emosian, dan Samuel di lamban.