Chapter 4 - IV

Pedang dan panah dihunuskan menghadap pada satu rumah tua. Seluruh pasukan mengelilingi rumah, sehingga tidak ada bahkan setitik celah.

Chaerin belum keluar sepenuhnya dari pintu, dia berhenti karena melihat tubuh Jacob dan Samuel yang membeku. Dia kemudian melangkah keluar dan mengetahui penyebab mereka berhenti di depan.

"Keluarlah Edzard! Kau terlihat seperti pengecut saja bersembunyi di balik anak-anak." Seorang yang memakai topeng berbeda dibanding lainnya terlihat seperti pimpinan dipasukan itu.

"Chaerin!"

Ada yang memanggilnya, dan itu bukan Jacob ataupun Samuel. Dia melihat sekeliling dan tidak ada satupun yang terlihat seakan ingin berkomunikasi dengannya.

"Ini aku pak Edzard. Aku berbicara melalui kalung yang kau gunakan. Ajak Jacob dan Samuel untuk masuk, tapi jangan beritahu mereka kalau kita dapat berkomunikasi dengan kalung ini."

Chaerin menarik tangan Jacob dan Samuel kemudian berlari ke dalam. Begitu masuk pintu langsung tertutup dengan kuat. Dari dalam mereka dapat mendengar teriakan pimpinannya memanggil-manggil pak Edzard dan berulang kali meneriakinya pengecut.

"Maafkan aku tidak sempat menceritakan semuanya kepada kalian. Tapi yang terpenting sekarang kalian harus lari atau bersembunyi secepatnya."

Pak Edzard panik, dia melihat segala arah sambil memegang erat kepalanya. "Kalian naik ke plafon dengan tangga itu, usahakan jangan sampai terlihat dan menimbulkan suara."

Mereka semua bergegas menaiki tangga. Ketika semuanya sudah naik, pak Edzard menutup pintu menuju plafon dan membakar tangga dengan api yang muncul dari telapak tangannya. Mereka dapat melihat dari celah-celah. Mereka juga dapat melihat banyak pasukan yang mengelilingi rumah tua ini.

Sebuah tongkat keluar saat pak Edzard mengangkat tangannya.

"Dia bukan manusia," ujar Jacob.

Pak Edzard membuka pintu dan melawan semua pasukan dengan tongkat dan beberapa kekuatan yang muncul dari tangannya. Hampir setengah dari pasukan mati ditangannya sendiri, namun pada akhirnya dia dapat dilumpuhkan.

Sang pimpinan mengambil tongkat milik pak Edzard. Dalam hitungan beberapa detik tongkat yang di pegang sang pimpinan hilang. Mereka kemudian membawa pak Edzard dan pergi ke suatu tempat melalui portal yang dibuat.

Tanpa sadar Chaerin sudah menangis sejak tadi. Perginya pak Edzard membuatnya seperti kehilangan seorang orangtua. Namun dia tidak bisa melakukan apapun. Tapi itu tidak membuatnya menyerah. Dia akan mencari pak Edzard bagaimanapun caranya.

"Kita harus turun dan merencanakan sesuatu." Ucap Jacob. Ia kemudian merangkak membuka pintu, dia melompat duluan.

Chaerin kaget melihat Jacob yang berani melompat setinggi itu. Ditambah lagi Samuel yang juga ikut melompat. Sekarang tinggallah dia seorang diri yang sedang mengumpulkan keberanian untuk melompat.

"Lompat saja, kami akan menangkapmu," ujar Jacob.

"Iya! Aku akan mulai turun." Chaerin menutup matanya dan perlahan menjatuhkan diri.

"Mau sampai kapan kau menutup mata?"

Itu suara Jacob, batinnya. Dia masih hidup. Dia membuka matanya dan melihat dua orang lelaki berada di kanan dan kirinya dengan masing-masing masih mengangkatnya. Chaerin buru-buru turun dan pura-pura merapikan bajunya.

Jacob berdehem, "Ehm, mari rencanakan sesuatu untuk menolong pak Edzard."

"Kita tidak memiliki satupun petunjuk untuk dijadikan arah kemana kita mau pergi. Mereka semua menghilang begitu saja ke dalam portal, seperti penyihir." Omel Chaerin.

"Pak Edzard tadi menyuruh mengumpulkan beberapa buku, kan? Sebaiknya kita baca supaya mendapat petunjuk." Jacob mengambil tas yang dibawa Samuel dan mengambil satu buku, lalu memberikan tasnya kepada Chaerin kembali.

Pria tampan berambut hitam itu masih bingung, namun dia akan lebih bingung lagi jika tidak melakukan apapun. Alhasil dia juga ikut mengambil satu buku dan membacanya. Begitu juga dengan Chaerin.