"Kalian tunggu lah disini sebentar, aku akan segera kembali. Ingat! Jangan ada yang pergi kemanapun." Pak Edzard meninggalkan kami bertiga di rumah tua sementara dia pergi entah kemana melalui pintu belakang.
"Rin, boleh pinjam tas yang kau bawa?" Tanya Jacob setelah sekian lama mereka hanya diam sejak perginya pak Edzard.
Chaerin mengambil tas yang berada disampinganya dan memberikan kepada Jacob tanpa berkata apapun. Sedari tadi suasana hati Chaerin sedang tidak enak. Entah kenapa dia berpikir kalau akan ada hal buruk yang menimpa mereka.
"AHH! ADUHH!"
Teh panas yang dipegang Samuel tidak sengaja tumpah ke kaki Chaerin. Membuat wanita itu sadar dari lamunannya. Dia sedikit kesal dengan kejadian barusan dan memutuskan untuk ke kamar mandi.
Dia mengumpat banyak soal Samuel yang tidak berhati-hati, dan kenapa Samuel bisa ceroboh sampai-sampai teh yang bahkan masih terlihat asap diatasnya dan bisa dibayangkan betapa panasnya teh itu, dan itu tumpah mengenai kaki Chaerin.
Chaerin bungkam. Dia mengingat kembali paha dan kakinya yang terkena air panas. Namun tidak terasa panas sama sekali. Bahkan tidak ada bekas sedikitpun. Padahal Chaerin menggunakan celana yang lumayan tipis dan seharusnya itu membuat kakinya terasa sangat perih.
Dia mengingat-ingat kembali bagaimana rasa sakit tersiram air panas, dan hasilnya nihil. Tidak ada rasa sakit yang ia rasakan. Dan bahkan kalau diingat kembali, dia tadi panik hanya karena kakinya yang tersiram ketika ia sedang melamun. Dia hanya marah karena lamunannya dibuyarkan, bukan karena kakinya yang sakit.
Tapi bagaimana bisa, jelas teh itu terlihat sangat panas. Membayangkannya saja sudah dapat menebak seberapa panasnya teh itu.
Chaerin merapikan pakaiannya dan bergegas kembali, dia tidak mau Samuel terlalu merasa bersalah dengan yang barusan terjadi.
Samuel langsung berdiri dan berjalan kearah Chaerin, dia menanyakan berbagai hal yang hanya membuat Chaerin pusing untuk menjawabnya. "Samuel!" Chaerin memanggilnya dengan nada serius, suasana hatinya yang sedari tadi buruk semakin buruk saja.
"Iya?"
"Aku baik-baik saja, ok? Berhentilah bertanya." Chaerin berjalan melewati Samuel dan duduk disebelah Jacob yang memperhatikan mereka dengan wajah datarnya.
Semenjak meninggalkan rumah Jacob menjadi aneh, terlalu banyak diam dan melamun. Berbagai pikiran aneh tentang Jacob terbesit dipikirannya. Chaerin menggeleng cepat, dia kemudian berdiri dan membereskan semua buku dan memasukkannya kembali ke dalam tas.
Chaerin melihat Samuel yang masih setia berdiri, Chaerin merasa bersalah karena berbicara seperti tadi, padahal Samuel baik dengan memperdulikannya. "Samuel duduklah, untuk apa kau berdiri seperti itu."
Samuel duduk di depan mereka tanpa berbicara sepatah kata pun.
Untungnya pak Edzard datang disaat suasana benar-benar tegang. Usia Jacob lebih tua 3 tahun diatas Chaerin, sementara usia Chaerin hanya lebih tua setahun dibanding Samuel. Tautan usia yang dekat tentu dapat membuat ketiganya canggung saat bersama, terlebih lagi karena mereka bukan saudara kandung.
"Apa aku pergi terlalu lama?"
"Tentu saja," Chaerin memasang wajah cemberut mendengar pertanyaan menyebalkannya, dia sudah pergi hampir dua jam, dan masih sempatnya dia bertanya apa dia pergi lama atau tidak.
"Hahaha, kau ini. Sudahlah, lebih baik kita pergi sekarang."
Chaerin mengambil tas selempangnya yang berisi lima buku tua. Belum sempat menyandengnya dipundak, Samuel langsung mengambil dan menyandeng tas milik Chaerin. Wanita itu tersipu, tidak menyangka akan ada orang yang memperlakukannya seperti itu.
Jacob dan Samuel berjalan duluan menuju pintu. Di belakang pak Edzard menahan Chaerin sebelum berjalan menuju pintu.
"Chaerin cepat ambil kalung ini dan pasang di lehermu, aku punya firasat buruk. Jadi tetap gunakan kalung ini, jangan sampai terlepas, dan jangan beritahu siapapun soal kalung ini." Nada suaranya begitu serius, ternyata bukan dia saja yang memiliki firasat aneh.
Chaerin mengambil kalungnya dan segera memakainya, kemudian berlari keluar supaya kedua temannya tidak curiga kenapa dia lama keluar.