Tengah malam ini terdengar kericuhan dari luar. Posisi kamar Chaerin yang bersebelahan langsung dengan halaman, membuatnya dapat mendengar suara-suara itu dengan jelas. Dia perlahan-lahan bangun dan mengintip dari jendela. Chaerin menutup mulutnya lalu bersembunyi di balik jendela.
Diluar terdapat banyak orang berpakaian serba hitam dan memakai topeng yang menutup kening, mata, dan hidung mereka. Jumlahnya kurang lebih 20 orang. Dan parahnya mereka semua membawa senjata.
Chaerin beranjak turun dari tempat tidurnya, dia berniat memberitahukan ini pada pak Edzard, Jacob, dan Samuel. Chaerin hendak memutar gagang pintunya, namun ada orang dari luar yang lebih dulu melakukannya. Jantung Chaerin berdetak kencang, keringat dingin mulai membasahi pakaiannya.
"Apa yang akan terjadi setelah ini?" Batinnya. Dia membayangkan bagaimana kalau orang-orang itu menangkapnya. Bagaimana jika setelah ini akan terjadi hal buruk baginya.
"Chaerin!"
Chaerin terkejut bukan main akibat namanya yang langsung dipanggil begitu pintu terbuka. Tapi dia sedikit lega mengetahui kalau itu adalah pak Edzard.
Pak Edzard menyuruh Samuel dan Jacob yang berada di belakangnya untuk masuk, "Cepat masuk!" Pintu kamar kembali ditutup dan dikunci.
Pria tua itu berkeliling mencari-cari sesuatu, "Dimana lukisannya?"
Chaerin berusaha mengingat dimana dia meletakkan lukisan yang belum lama ini dia simpan. Dia menyimpannya karena beberapa kali lukisan wanita yang ada di sana seperti bergerak. Bahkan dia sering mendengar namanya dipanggil saat malam hari, ketika dicek tidak ada siapapun di kamarnya atau di luar. Hanya ada satu lukisan wanita cantik yang tampak selalu mengawasinya.
Chaerin mengambil kursi yang berada di bawah tempat tidurnya, dia lalu menaikinya kemudian mengambil lukisan yang ia letakkan di atas lemari. Padahal belum lama dia menyimpan lukisannya, tapi sudah berdebu saja.
Pak Edzard membantu Chaerin menurunkannya, karena ukuran lukisan yang sedikit besar tentu menyulitkan bagi Chaerin kalau harus menurunkan sendiri. "Kenapa kau menyimpannya?"
"Wanita ini seperti mengawasiku. Kau tahu? Mata kami sering bertemu, bahkan terkadang wanita ini seperti mengeluarkan suara, dia terus memanggilku saat tengah malam."
"Karena sesungguhnya dia memang hidup." Pak Edzard tersenyum kemudian mengambil kunci yang tertempel di belakang lukisan.
Sejak kapan ada kunci dibalik sana, batin Chaerin. Tapi dia tidak terlalu memikirkan soal kunci itu, dia hanya memikirkan maksud pak Edzard yang mengatakan kalau lukisan itu hidup.
"Kalian tolong bantu aku mendorong lemari ini," panggil pak Edzard pada Samuel dan Jacob yang tampak bingung. Sepertinya mereka juga memikirkan tentang perkataan pak tua itu.
Mereka lebih terkejut lagi melihat ada pintu di balik lemari besar. "Bagaimana mungkin?" Tanya Samuel.
Pak Edzard masuk terlebih dahulu, "Cepat masuk! Oh, ya, jangan lupa membawa lukisan tadi. Aku akan menjelaskannya nanti."
Chaerin mengambil lukisannya. Hanya jalan setapak yang ada di balik pintu itu, Jacob dan Samuel sudah lebih dulu masuk ke dalam. Wanita itu memeluk erat lukisan yang berada di tangannya, dia tepat berada di depan pintu yang terbuka itu sekarang. Dia enggan masuk. Terlalu gelap didalam sana, hanya ada sedikit cahaya yang tampaknya begitu jauh dari tempat dia berada.
"Apa yang berada di ujung jalan setapak ini?" Pikirnya.
Namun suara dari luar semakin ricuh, mereka terus memanggil pak Ezdard dan tidak jarang mengancamnya kalau tidak segera keluar. Terdengar suara dentuman yang sangat keras, sepertinya mereka berhasil menerobos pintu. Jantung Chaerin kembali berdegup kencang. Tanpa pikir panjang lagi dia langsung berlari masuk ke jalan setapak tadi.
Dia terus berlari menuju cahaya yang berada di ujung jalan sambil memeluk lukisan tadi. Bahkan dia tidak sadar kalau pintu lorong dan lemarinya menutup dengan sendirinya.