Chapter 6 - The Debt

"Mana putramu!" tanya James lagi. Mark menggelengkan kepalanya dan tak mau menjawab.

"Kamu tau aku siapa?" Mark yang semula menunduk lalu menengadahkan kepala dan melihat wajah James yang tak tersenyum sama sekali. Mark tau siapa James Belgenza. Seluruh Napoli mengenalnya sebagai pemilik kasino terbesar, Daga Nero, dan juga orang yang paling berkuasa di kota itu.

"A-aku..."

"Yang mencuri dariku biasanya akan mati. Kamu sudah bosan hidup?" Mark menggelengkan kepalanya dan sambil terengah mencoba meminta ampun pada James. Ia berlutut dan memegang sebelah kaki James memohon pengampunan.

"Tolong ampuni aku, aku tidak tau jika kasino ini milikmu, Tuan!" ujar Mark berbohong. James mendengus lalu terkekeh dengan sinis.

"Sudah mencuri sekarang kamu berbohong. Apa tidak ada hal lain yang bisa kamu lakukan dalam hidupmu selain menipu!" Mark terdiam dan menengadah lagi. James kemudian mengambil kerah jas Mark lalu menaikkan tubuh dan mendorongnya ke dinding di belakangnya. Tangannya kemudian mencekik leher Mark.

"Siapa diantara kalian yang merupakan anjing Moretti? Kau atau putramu?" tanya James dengan marah. tangannya sebelah mencengkram sekaligus mencekik Mark yang mulai kehabisan napas.

"B-bukan Aa-aku... S-sungguh!" Mark mencoba melepaskan cengkraman James padanya tapi James malah menekan lebih keras. Tenaga James bukan tandingan Mark, ia bisa dengan mudah mematahkan leher Mark menggunakan satu tangan.

"A-aku mohon... a-aku t-tidak bisa b-bernapas... aaakkhh!" Mark mulai lemas dan James yang melihat ia hampir kehabisan oksigen menjatuhkannya begitu saja ke lantai.

"Aku tidak suka membuang waktu, salah satu dari kalian pasti bekerja untuk Moretti. Dan aku rasa itu adalah putramu." Mark yang sedang terbatuk-batuk masih berusaha bernapas dan terengah.

"Aku tidak tau dia bekerja untuk siapa. Dia yang mengajakku kemari!" jawab Mark terengah.

"Sekarang dia juga membawa lari uangnya!"

"Dimana dia?"

"Aku mohon jangan menyakitinya. Dia hanya anak-anak!" James mendengus dan terkekeh sinis.

"Anak-anak apa yang datang ke kasino untuk mencurangi mesin slot dan poker. Apa kau sedang membodohiku!" Mark menggeleng kuat.

"Kemana putramu pergi?"

"Mungkin... mungkin dia pulang ke rumah!" James menarik lagi jas Mark dan melemparnya ke depan.

"Ayo kita antarkan bajingan ini pulang ke rumahnya!"

Mark terpaksa berjalan dengan terengah dan tertatih keluar dari ruangan manajer tersebut. Sedangkan James dan Earth serta beberapa anggota mafia pengikut James juga mengikuti.

Mark dimasukkan oleh anggota mafia kedalam sebuah mobil SUV sedangkan James mengikuti dibelakang dengan mobil Mercedes-Benz Maybach Exelero hitam. Mobil itu dikemudikan oleh Earth dan James duduk di kursi penumpang di sebelahnya.

Dalam perjalanan James yang awalnya hanya diam seolah ingat akan sesuatu. Rasanya dia pernah mendengar nama belakang Starley sebelumnya.

"Dimana aku pernah mendengar nama belakang Starley sebelumnya?" tanya James pada Earth sambil memegang dagunya dan melihat ke arah luar.

"Ah itu, nama yang sama dengan nama belakang gadis yang pernah menolongmu Tuan, kalau aku tidak salah." Jawaban Earth spontan membuat James menoleh padanya. Earth hanya membalas dengan menoleh sesaat sebelum menekan gas lebih cepat.

"Ya, Vreya Delilah Starley." Earth mengangguk pada James.

"Apa yang datang bersama Ayahnya itu seorang perempuan?" Earth menggeleng.

"Laki-laki, Tuan. Aku rasa itu saudaranya, mungkin Kakak laki-lakinya."

"Berapa banyak orang bernama Starley di kota ini?" tanya James iseng. Earth menaikkan bahunya.

"Aku rasa hanya orang Amerika yang memiliki nama seperti itu. Itu bukan nama populer disini." James mengangguk.

"Harristian juga bukan nama populer!" gumam James melihat ke arah luar lagi. Earth hanya membalas dengan senyuman.

"Berapa banyak yang dicuri dari mesin slot itu?"

"Masing-masing 25 ribu Euro, Tuan."

"50 ribu?" Earth mengangguk. James mengurut keningnya.

"Aku sudah menyumbang ratusan ribu Euro setiap tahun tapi orang miskin makin banyak!" keluh James masih mengurut keningnya.

"Karena yang menyumbang hanya anda, Tuan." James menggelengkan kepalanya.

"Apabila pria itu benar adalah Ayah dari gadis yang menolongmu, lantas apa Tuan akan membebaskannya?" tanya Earth penasaran. Mobil mereka mulai memasuki kawasan apartemen kumuh. James melihat disekeliling dan menjawab dengan santai.

"Tidak ada yang boleh mencuri dariku. Siapapun itu!" ujar James lalu keluar dari mobilnya tepat setelah berhenti. Earth hanya menghela napas dan ikut keluar dari mobil mengikuti James. Mark sudah didorong oleh anak buah James agar menunjukkan dimana letak rumahnya.

Dengan wajah ketakutan, Mark terpaksa berjalan lebih dulu untuk memberitahukan jalan. Ia tak bisa melarikan diri karena sempitnya lorong yang sedang mereka lewati. James memandang dengan sudut mata sudut sempat ke arah apartemen Mark.

Mereka akhirnya masuk ke sebuah bangunan dan naik tangga menuju lantai 3. James terlihat santai menaiki tangga dengan memasukkan tangan kedua tangan ke dalam saku celana. Tiba di depan pintu apartemen, Mark mencoba mengetuk pintu namun tak ada yang membukanya. Ia mengetuk lagi sampai akhirnya salah seorang anak buah James mendorongnya keras agar ia membuka lebih cepat.

Mark akhirnya merogoh sakunya dan ternyata ia memiliki kunci serap apartemen. James mendengus dan tersenyum sinis.

'Pria ini benar-benar cari mati!' ujar James dalam benaknya.

Mark kemudian membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia didorong oleh anak buah James dan James serta Earth masuk belakangan. James berjalan dengan angkuh sambil melihat-lihat isi apartemen kecil itu. Hanya ada satu sofa kumal, tivi, dapur yang kecil lalu meja makan sebesar meja untuk pot bunga sudut di mansionnya serta sebuah jam dinding yang tak jelas warnanya.

"Ini seperti kandang... no, kandang kudaku jauh lebih bagus dari ini," gumam James mengejek. Mark tak menjawab dan makin menyudutkan diri.

"Mana putramu!" tanya James tak membuang waktunya.

"Aah... dia..." Mark mencoba mencari tapi Earth kemudian menghalanginya.

"Jangan kira kamu bisa melarikan diri!" ujar Earth dengan angkuh, James mendekat lalu menarik tubuh Mark dan meninju perutnya. Mark langsung tersungkur terjatuh di lantai lalu terbatuk-batuh sambil meringis kesakitan.

"Cari dia!" seorang anak buah James lalu memeriksa semua kamar dan kembali lima menit kemudian.

"Dia sudah pergi, pakaiannya bahkan tak ada lagi!" James menggeram dan menendang Mark lagi. Mark terus terbatuk dan meringis kesakitan. Ia kemudian memohon dengan memeluk kaki James.

"Aku sungguh tak tau dia dimana. Tolong lepaskan aku, aku tidak bersalah. Putraku yang sudah membawa lari uangnya!" ujarnya mencoba mencari belas kasihan James.

"Putramu benar-benar setia, Tuan Starley. Dia meninggalkan Ayahnya dengan seluruh uang agar dia bisa menyembunyikan dan mengambilnya lagi nanti, wow...hahaha!" James tertawa sinis dan diikuti oleh anak buahnya.

"Aku akan menunggu anakmu pulang. Jika sampai malam dia tak pulang, akan kulubangi kepalamu dan kugantung tubuhmu di langit-langit kandang kuda ini, mengerti!" geram James menolak Mark sampai terjatuh lagi. James lalu berjalan berkeliling apartemen sempit itu dan memeriksa beberapa sudut.

Sambil menunggu, ia masuk ke salah satu kamar paling sempit yang pernah ia masuki. Rasanya dulu saja panti asuhannya tempatnya hampir terbunuh tak sekecil kamar ini. James melihat sekeliling dengan wajah sinis dan tertarik dengan salah satu barang yang tergeletak di atas meja. Sebuah karet rambut hitam polos dengan ornamen bunga kecil berwarna perak. James mengambil ikat rambut itu dan menggesekkannya di sela jemarinya.

Firasatnya mengatakan jika gadis yang menolongnya adalah putri dari pria yang mencuri darinya. James menyeringai jahat sambil melihat pada karet gelang itu.

"Aaah... siapa kalian!" James menoleh. Terdengar suara dari luar kamar.

Bingo!