"Ikut Mama!" tarik seorang wanita pada James yang baru saja ia pukuli sebelumnya. Wanita itu berpakaian cukup minim dan baru saja menikah lagi. James yang terengah dengan luka di sudut bibir pasrah saja ditarik oleh wanita yang memakai dress ketat berwarna merah ke dalam sebuah mobil. Ia setengah didorong masuk dan hampir tersungkur di lantai mobil. Sebuah tas kemudian diberikan oleh salah satu pelayan di rumahnya pada wanita tersebut. Wanita itu meletakkan tas tersebut di sebelahnya. Dengan wajah kesal, ia memandang James yang perlahan menegakkan tubuhnya.
"Udah berapa kali Mama bilang jangan berantem sama Garvin. Dia Kakak kamu!" James menggeleng pada Ibunya yang mulai memarahinya saat mobil mulai berjalan.
"Bukan, Ma. Dia bukan Kakakku!" bantah James pada Ibunya itu.
"James, sekarang Mama udah nikah sama Om Oscar, itu artinya anaknya adalah Kakak kamu. Ngerti kamu!" hardik wanita itu lagi.
"Tapi dia mukul aku pake tongkat besi, Ma. Sakit!"
"Harusnya kamu bisa tahan. Atau kamu mau kita hidup di jalanan, IYA!!!" James terdiam dan menelan ludahnya. Rumahnya yang lama bukanlah di jalanan, ia punya rumah yang cukup untuk tempatnya dan Ibunya tinggal. Tapi rumah itu adalah neraka. James adalah anak seorang wanita penghibur yang menjajakan dirinya pada pria-pria hidung belang.
Ayah kandungnya adalah seorang pejabat tinggi sekaligus pengusaha terkenal. Ibunya tak dinikahi sang pria ketika ia tau wanita simpanannya hamil. Ia hanya diberi rumah, uang, mobil dan akta kelahiran untuk James.
Ferry Albert Harristian adalah Ayah kandung James Harristian. Salah satu Menteri di jajaran kabinet itu dikenal publik memiliki keluarga harmonis dan bahagia. Ia termasuk dalam jajaran Menteri muda, usianya bahkan belum 40 tahun sewaktu menduduki jabatan itu. Tapi sesungguhnya itu hanya topeng. Diluar sepengetahuan istrinya awalnya ia berkenalan dengan Maya Delavina, salah seorang penyanyi di salah satu klub dan karaoke terkenal.
Pertunjukan Maya yang pintar bernyanyi sekaligus menaikkan birahi penonton pria membuat Ferry terpicut. Dalam semalam, Maya berubah dari kenalan menjadi teman tidur. Semua berlanjut karena Ferry puas dengan pelayanan Maya di ranjang dan kehidupan sehari-hari.
Namun ketika ia hamil, Ferry tak mau menikahi Maya. Ia memilih bertanggungjawab dengan cara lain. Memberi seluruh kebutuhan Maya sebagai wanita simpanan dan akta lahir yang mengakui anak hasil hubungan mereka. Ferry mencintai Maya tapi tak mau memilikinya dalam hubungan yang sah. Dan Maya tak keberatan asal semua kebutuhannya terpenuhi.
Awalnya semua berjalan dengan baik terutama setelah James lahir. Aslinya James memiliki tiga saudara lainnya dari istri sah Ayahnya, tapi mereka tak pernah bertemu atau kenal satu sama lain. Hal buruk mulai terjadi saat istri sah Ferry mengetahui rahasia suaminya selama ini. Ia mengancam akan membeberkan pada media tentang skandal itu jika Ferry tak meninggalkan selingkuhannya. Ferry sedang maju menjadi calon ketua umum sebuah partai politik besar. Namanya tak boleh buruk atau dia akan kehilangan semua suara dari modal besar yang telah ia keluarkan.
Maka dengan mudahnya, ia meninggalkan Maya dan anak mereka begitu saja. Ferry menghentikan semua uang dan biaya hidup untuk Maya atas perintah istrinya. Akibatnya, May jadi gelap mata dan melabrak istri sah Ferry.
Ferry yang kalap lalu memukul dan mengusir Maya yang ikut membawa bayi mereka ke rumah pejabat itu. Maya yang sakit hati lalu pergi dengan tangan hampa dan kekesalan luar biasa. Ia kembali ke rumahnya dengan persediaan uang yang semakin menipis, terlebih memang gaya hidup Maya yang hedon, membuat uangnya lebih cepat habis tanpa pemasukan.
Maya akhirnya kembali ke panggung sebagai penyanyi. Kali ini tak tanggung-tanggung, ia bahkan rela menjadi penyanyi dangdut panggung. James akhirnya besar ditangan seorang tetangga yang rela membantu Maya selagi ia mencari uang di luar rumah. Maya melewatkan semua hal tentang James. Dari ia mulai bisa berjalan, bicara atau bergerak dengan lincahnya.
Praktis tak ada kasih sayang seorang Ibu yang ia rasakan. James terbiasa melihat Ibunya membawa masuk pria berbeda setiap hari ke rumah mereka. Tak jarang pria-pria itu ikut menjahilinya dengan mencubit atau melakukan kekerasan dan Ibunya diam saja.
Dari kecil, suara-suara aneh dan teriakan Ibunya dari dalam kamar telah biasa di dengar James. Jiwanya sakit dan tak tumbuh dengan normal. Julukan anak pelacur membuatnya sering berkelahi di sekolah. Umur 4 tahun ia bahkan sudah bisa memukul anak yang berusia lebih tua dengan brutal.
Namun James sangat disukai di lingkungan rumahnya. Itu karena wajahnya yang tampan bahkan sangat tampan untuk anak seumurannya. Pipi yang agak sedikit chubby menggemaskan, bibir penuh berwarna pink, hidung mancung, alis tebal dan rapi serta mata yang tak begitu besar namun tajam merupakan daya tariknya. Kulitnya bersih dan putih dan rambut aslinya berwarna kecoklatan cenderung pirang membuat orang mengira jika James pasti bukan orang Indonesia.
James baru pindah dari lingkungan itu setelah Ibunya akhirnya dinikahi oleh salah seorang pengusaha yang menjadi pacarnya. Oscar Hermawan adalah salah satu pengusaha properti paling terkenal masa-masa itu di Indonesia.
Tak seperti Ferry, Oscar adalah duda beranak satu. Ia menikahi Maya dengan harapan, putranya bisa mendapatkan kasih sayang seorang Ibu, selain juga karena dia mencintai Maya. Masalahnya, Oscar tak menyukai James yang dianggapnya adalah anak super nakal yang takkan bisa diatur.
Maya yang awalnya membawa James akhirnya menjadi masalah. Maya menikah dengan Oscar saat James telah berusia 6 tahun. Sedangkan Oscar memiliki seorang putra berusia 10 tahun bernama Garvin. Hari pertama James masuk ke rumah itu, Garvin sudah mengerjainya sampai terjadi perkelahian.
Oscar marah besar karena anak bawaan Maya. James adalah pihak yang selalu disalahkan meski ia hanya membela diri. Maya harus bisa mempertahankan posisinya. Jadi ia memilih menyingkirkan James daripada membela anaknya.
Entah bagaimana perasaannya sebagai seorang Ibu, Maya tega meninggalkan putranya itu di depan sebuah panti asuhan kumuh di perkampungan yang tak dikenal James. Ia berlari mengejar mobil sang Ibu sambil menangis. Lututnya berdarah dan rasa sakit itu takkan dilupakan James sampai kapanpun. Hingga dewasa James tak pernah tidur nyenyak. Alam bawah sadarnya selalu memutar tayangan yang sama yaitu saat Ibunya meninggalkannya di pantu asuhan neraka itu.
James yang terengah terbangun karena mimpi buruk yang sama kemudian menghempaskan kembali tubuhnya di ranjang. Perasaannya tak enak dan gelisah. Ia menyampingkan tubuhnya dan malah makin tak tenang. Napasnya belum teratur dan dia masih mengatur detak jantungnya. James melihat jam tangannya dan pesawat baru saja terbang selama 4 jam, masih ada 6 jam lagi dan ia harus beristirahat.
"Aku harus bagaimana sekarang, ah sial!" umpat James bangun dari ranjangnya dan meremas rambutnya yang lembut. James mencoba berolahraga kecil tapi ruang gerak di pesawat bukan dirancang untuk itu.
"Ah, aku makan saja!" gumamnya lagi. James berniat berjalan ke luar kabin lalu berhenti di depan pintu dan berbalik kembali ke ranjang. Ia duduk di pinggir ranjang dan memegang kepalanya. James lalu menarik salah satu laci di dekat ranjang dan melihat berbagai kotak permen dan coklat sebagai cemilan di dalam pesawat. James mengambil salah satu permen lalu berdiri mengambil jasnya. Ia merogoh salah satu saku dan mengambil karet rambut milik Delilah kembali.
James duduk lagi di sisi ranjang dan melihat dua benda itu di tangannya. Sebuah permen dan karet ikat rambut. Entah mengapa James jadi tersenyum sendiri melihat dua benda itu. Ia menyobek bungkusan permen dan memasukkannya isinya ke dalam mulut.
Rasa grape bercampur vanila membuat ingatan James akan Delilah kembali. Entah mengapa gadis itu begitu menarik perhatiannya. James sendiri tak mengerti mengapa ia malah penasaran dengan si mata biru topaz dengan perawakan seperti boneka barbie itu.
Perlahan rasa permen dimulutnya habis namun bayangan Delilah tak mau pergi dari pikirannya. Tangannya terus menggenggam karet ikat rambut hitam itu. Semakin lama matanya semakin berat. Jemari James tak berhenti saling meraba tekstur pada karet berwarna hitam itu dan itu membuatnya mengantuk. Kurang dari sejam, James akhirnya kembali tidur kali ini dengan perasaan lebih tenang.