"Aku tau kamu memang simpanan! Dasar wanita murahan! " teriak Stevano yang kesakitan. James yang mendengar langsung menendang perut Stevano lagi.
"Sekali lagi kamu mengatainya, aku akan memotong lidahmu!" tunjuk James marah. Earth yang mengikuti di belakang sempat membuang pandangan ke arah lain.
'Dia benar-benar serius menyukai gadis itu,' pikir Earth. Sedangkan Delilah yang panik berusaha kabur dengan berlari tapi lengan James yang panjang merangkul pinggangnya dengan gampang.
"Oh... mau kemana, Candy? Kamu lupa ya siapa pemilikmu sekarang, hmm!" James menarik Delilah dengan pinggangnya sedikit dinaikkan. Delilah terus meronta dan meminta tolong.
"Tolong aku... lepaskan aku! Tolong aku!" teriak Delilah terus melawan dan meronta. Tapi James yang kesal, menyeret Delilah seperti sebuah boneka Teddy Bear yang baru saja ditemukan setelah sekian lama hilang.
Ia memasukkan Delilah ke dalam mobil dengan paksaan dan gadis itu masih melawan sampai James menariknya dan mendesis.
"Aku... marah!" napas tersengal Delilah bercampur dengan airmatanya terus menatap James yang tak melepaskan cekalannya sama sekali. James bahkan tak meletakkan Delilah di kursi penumpang melainkan di pangkuannya. James lalu mengambil tali dan mengikat kedua pergelangan tangan Delilah. Ia makin ketakutan saat melihat sebuah senjata laras pendek diletakkan James di sebelah jok yang didudukinya.
"Aku tidak suka mengotori jas mahalku dengan darah!" sambung James lagi mengancam. Jika Delilah masih ingin hidup, ia tak boleh bergerak atau James akan menembak kepalanya.
Tiba di mansion milik James, Delilah digendong oleh James ke dalam kamarnya. James setengah melempar Delilah di ranjangnya dengan kesal. Ia berkacak pinggang dan mengatur emosi dengan napas tersengal.
"Jangan buat aku kehilangan kendaliku sebagai seorang pria, mengerti!" tunjuknya pada Delilah. Ia berbalik dan pergi dari kamar itu tanpa membuka ikatan tangan Delilah sambil membanting pintu. James benar-benar kesal tapi ia tak mampu melukai Delilah.
"Aku benar-benar sudah gila!" umpatnya melempar salah satu vas bunga malang yang bisa diraihnya begitu ia keluar dari kamar. Vas bunga itu langsung hancur dan James masih belum puas. Ia bernapas dengan cepat dan memejamkan matanya berkali-kali. Earth tak mencoba mendekat, ia membiarkan James dengan emosinya yang aneh.
"Earth!" panggil James semenit kemudian. Earth menghela napas dan mendekat lalu berdiri menunggu perintah.
"Aku tidak mau lihat dia keluar kamar sama sekali. Jika tidak akan kubunuh Lordes!" ujar James sambil menggeram.
"Baik Tuan."
"Hubungi Dubrich, katakan aku ingin barang bagus malam ini disini!" sambung James lagi memberi perintah lalu pergi. Earth sampai membuka mulutnya terkejut. Kenapa dia malah menginginkan wanita disaat seperti ini?
Biasanya rumah lelang Dubrich akan memberi notifikasi khusus mereka pada pelanggan VVIP seperti James jika ada wanita perawan yang berkualitas. Tapi jika meminta mereka mengirimkan wanita tidak pada saat waktu lelang, maka kemungkinan kecil akan mendapatkan seorang perawan.
Mau tak mau Earth harus menuruti perintah James. Ia menghubungi Dubrich dan meminta mereka menyeleksi ketat wanita yang akan dikirimkan untuk menyenangkan Tuannya.
Sementara itu, Delilah yang disekap di dalam kamar mencoba melepaskan ikatan kuat di pergelangan tangannya. Ikatan itu sudah pasti meninggalkan bekas memar di kulitnya yang putih. Tapi Delilah tak perduli. Ia bahkan menggigit dan menarik-narik ikatan itu.
Tak berhasil melepaskannya, Delilah berlari ke arah pintu dan mencoba membuka pintu dengan tangan terikat ke depan.
"Buka pintunya! Aku mohon jangan kurung aku disini!" tangan Delilah terus menggodor pintu tanpa henti.
"Buka... tolong buka!" Delilah tak menyerah dan terus menggedor-gedor pintu. ia mulai menangis dan meluncur di pintu sambil terisak.
"Tuan J, lepaskan aku!" isak Delilah lalu terjatuh dan menangis di lantai.
Delilah terus menangis sampai hampir satu jam lamanya. Sampai ia berhenti sendiri lalu menegakkan dirinya lagi. Pintu kamar diketuk tak berapa lama kemudian. Lordes masuk setelah membuka pintu perlahan.
"Nona, Tuan J mengajakmu makan malam." Delilah hanya menengadah dengan mata polos dan tangan masih terikat. Ia tampak kusut dengan pipi masih basah. Lordes lalu berjongkok dan menyeka airmata Delilah.
"Bersabarlah Nona. Semuanya akan baik-baik saja," ujar Lordes dengan suara lembut dan senyuman tipis. Delilah terpaksa berdiri dan keluar setelah rambutnya sedikit dirapikan Lordes. James sudah menunggu di meja makan dengan wajah tanpa senyum. Delilah pun dibawa oleh Lordes ke meja makan dan duduk di dekat James. Ia meletakkan kedua tangan terikat di atas meja sementara tanpa bicara James memulai makan. Delilah tak mengambil peralatan makan apapun. Ia hanya memandang kosong pada piring penuh makanan enak di depannya. James melirik lalu mengambil pisau steak dan menarik tangan Delilah. Ia memotong tali yang mengikat pergelangan tangan Delilah. Delilah melihat wajah James dan terdiam. Sedangkan James membalas dengan delikan tajam.
"Ini terakhir kali aku memperingatkanmu, Candy. Jangan pernah memancing emosiku lagi!" ujar James dengan nada rendah.
"Aku tidak mau jadi budakmu, Tuan J." Ujung bibir James terangkat sinis.
"Kamu takkan mau mati ditanganku, Candy!" ancam James dengan nada yang sama. Ia begitu menakutkan dengan sikapnya yang dingin. Delilah berkali-kali bergidik ngeri tapi ada hal lain yang ia rasakan.
"Aku tidak takut padamu." BAMM – James spontan memukul meja dengan sebelah kepalan tangannya.
"Kamu tau apa yang akan aku lakukan pada gadis pemberontak sepertimu? RedRoom (kamar merah) aku rasa itu tempatmu!" desis James kemudian. Delilah mengernyitkan kening, ia tak pernah tau apa itu RedRoom. Tempat apa itu?
Tangan James lalu mendorong piring di meja makannya. Ia sudah tak lagi berselera makan. Earth datang tak lama kemudian memberitahukan jika barang yang diinginkan James telah tiba.
"Masukkan gadis itu ke RedRoom sekarang!" Earth membuka mulutnya. James sudah lama tak menggunakan kamar itu lagi. Ia tau kesadisan sudah melewati batas kewajaran dan beberapa bulan lalu sebelum bertemu Delilah, jadi James memutuskan untuk mengunci ruangan itu. Tapi kini, ia membukanya kembali.
"Apa lagi yang kamu tunggu!" hardik James. Earth mengangguk lalu berbalik dan memberi kode pada pengawalnya untuk membawa masuk gadis yang dijual pada James. Delilah masih tak mengerti yang sebenarnya terjadi sampai ia melihat beberapa pengawal James membawa masuk seorang gadis berpakaian seksi dengan mata tertutup.
Mata Delilah mengikuti kemana gadis itu dibawa. James lantas berdiri dan menarik pergelangan tangan Delilah yang terluka untuk mengikutinya.
"Kamu mau bawa aku kemana, Tuan J!" James tak mau menjawab. Ia terus menyeret Delilah ke lantai dua mansion ke sebuah koridor. Beberapa pria yang membawa gadis itu lantas keluar dari sebuah kamar di ujung koridor. Mereka membungkuk pada James yang kemudian masuk bersama Delilah ke dalam kamar itu dan menguncinya.
Bulu kuduk Delilah berdiri saat melihat ruangan itu. Seluruh cat dindingnya memang berwarna merah dan hitam, nyaris gelap tanpa jendela. Rasanya seperti berada di neraka. Berbagai peralatan yang tak pernah dilihat Delilah seumur hidupnya ada di sana.
Gadis yang sebelumnya dibawa masuk sudah di rantai tangan dan kakinya di lantai. Delilah lantas melihat pada James yang mulai membuka kemeja lalu melemparnya ke salah satu sudut ruangan.
"A-apa yang mau kamu lakukan, Tuan J!" tanya Delilah ketakutan dan mulai mundur mendekati pintu. Tanpa bicara, James lalu mengambil sebuah gunting dan memotong gaun gadis itu dan membuangnya ke lantai. Gadis itu bahkan tak memakai pakaian dalam sama sekali dan itu membuatnya langsung telanjang.
James lalu berdiri mengambil sebuah cambuk dan melilitkannya pada tangannya. Ia menoleh pada Delilah yang sudah pucat ketakutan dan mulai menunjukkan siapa dirinya.
"Ini yang akan kamu dapatkan karena mencoba kabur dariku!" CE TAR! – dengan cepat cambukan itu mengenai kulit telanjang gadis yang terikat itu.
"Ahh!" teriak Delilah sambil menutup mulutnya. James memberi tiga cambukan keras beruntun dan membuat Delilah menutup matanya erat-erat. Gadis yang dicambuki itu turut meringis kesakitan dan mengaduh.
"Tolong Tuan J. Lepaskan dia!" pinta Delilah mulai menangis. James lalu mendekat.
"Sebaiknya pikirkan nasibmu sendiri, dan bagaimana caranya untuk membayar uangku. Karena jika tidak nasibmu akan jauh lebih buruk dari dia!" ancam James menujuk pada Delilah dengan cambuk masih ditangannya. Delilah menangis ketakutan. James lalu menarik tangan Delilah dan membuka pintu. Ia mendorong Delilah keluar dan mengancamnya lagi.
"Sekali lagi kamu kabur, aku akan tidak akan mengampunimu!" BAM! Pintu dibanting oleh James dan terkunci otomatis. Tak lama terdengar suara teriakan gadis di dalam seperti tengah disiksa. Delilah tak sanggup mendengar raungan kesakitan itu yang terdengar jelas di luar. Ia terus mundur dan menutup telinganya. Tubuhnya menempel di dinding dan terus berjongkok ketakutan.
"Ibu tolong aku! Tolong aku!"