Kenzie dan Audi mengendarai motor menuju sebuah tempat yang masih dirahasiakan oleh Kenzie, Audi sangat penasaran dengan tempat itu. Ia tidak sabar untuk segera sampai, Kenzie melihat Audi dari kaca spion, ekspresinya tampak sangat bahagia.
"Lo senang?" tanya Kenzie.
"Banget, gue nggak sabar buat sampai ke tempat tujuan," jawab Audi dengan antusias.
Kenzie tersenyum manis. "Nggak lama lagi kita bakal sampai kok, sabar ya."
Akhirnya penantian Audi telah usai, kini mereka sudah sampai di tempat tujuan. Kenzie mempersiapkan makan malam di tengah hutan kecil yang rindang, Audi menghirup udara dalam-dalam. Udara disini sangat segar, apalagi tempatnya lumayan jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
"Yuk kesana," ucap Kenzie dengan menunjuk meja yang sudah disiapkan, Audi mengangguk lalu melangkahkan kakinya.
Kenzie menarik kursi untuk Audi duduk, lalu Audi duduk dengan anggun. Kenzie menatap Audi dengan tersenyum, Audi merasa malu ketika ditatap Kenzie seperti ini. Rasanya dunia hanya milik berdua, yang lain cuma ngontrak.
Audi menikmati hidangan makan malam yang ada di meja itu, rasa makanan ini sangat lezat yang membuat Audi ketagihan. Ia membuka ponselnya, lalu mengambil gambar makanan itu. Kenzie mengambil ponsel Audi, lalu mengajak Audi foto bersama.
"Eh?" ucap Audi kaget.
"Nggak apa, buat kenang-kenangan," jawab Kenzie dengan luwes. Audi hanya tersenyum saja, ia tidak bisa mengeluarkan kata-kata untuk merespon ucapan Kenzie.
Jam menunjukkan pukul sembilan malam, Audi menunggu Kenzie memberi tahu dirinya tentang ucapannya di sekolah. Kenzie menatap Audi, lalu ia akan bertanya kepada Audi.
"Em, gue mau tanya boleh?" tanya Kenzie lalu Audi mengangguk dengan cepat. "Lo tahu soal lukisan sama surat putih yang ada di laci meja gue?" sambung Kenzie dengan menatap Audi.
Senyumnya memudar, bibir Audi langsung bungkam. Ia tidak tahu harus menjawab apa, apakah ia harus berbohong untuk sekian kalinya? Audi tidak berani membalas tatapan Kenzie, ia hanya menunduk dan mempersiapkan jawaban yang akan diucapkannya.
"Nggak tau, memangnya kenapa? Kok tanya itu ke gue?" jawab Audi berbohong, ia berharap semoga Kenzie percaya kepadanya.
"Nggak apa, gue cuma tanya aja. Soalnya lo sering berangkat pagi sama Alex, jadi gue pikir lo tahu tentang ini."
"Pulang yuk? Udah malam nih," ucap Audi mengalihkan pembicaraan. Kenzie mengangguk dan berjalan menuju motornya dan segera melesat pergi menuju rumah Audi.
Selama perjalanan, Audi hanya diam. Ia tidak ingin berbicara apapun, pikirannya tertuju pada pertanyaan Kenzie tadi. Apakah Kenzie mulai mencurigai dirinya? Lalu Audi harus bersikap apa?
Audi sudah sampai di rumahnya, Kenzie berpamitan dan pergi. Ia memasuki rumah dengan cemberut, Alex melihat kedatangan Audi heran. Ia bingung, bukannya tadi Audi sangat bahagia? Mengapa sekarang wajahnya tampak muram dan tidak bersemangat? Apakah Kenzie melakukan sesuatu yang membuat Audi tidak nyaman?
"Lo kenapa? Kok cemberut gitu?" tanya Alex.
"Nggak tau, gue males ngomong. Gue tidur dulu ya, Lex," jawab Audi pasrah lalu berjalan masuk ke dalam ruang tamu dan menuju kamarnya.
"Dasar aneh." Alex masih penasaran dengan apa yang terjadi, ia berniat untuk menyelidiki dan mengintrogasi Audi besok ketika hendak pergi ke sekolah.
*****
Audi membuka matanya, cahaya matahari pagi sudah menusuk masuk ke dalam kamarnya. Ia melihat jam yang menunjukan pukul lima pagi, Audi segera bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Pikiran Audi terus mengingat tentang Kenzie, ia takut jika Kenzie curiga dengan dirinya.
Alex sedang sarapan, ia melihat Audi yang turun dari tangga dengan tidak semangat. Alex yakin jika Audi sedang tidak baik-baik saja, ia menatap Audi cukup lama lalu mengalihkan pandangannya.
Audi dan Alex sudah berada di dalam sekolah, Audi berjalan dengan cepat agar sampai di kelasnya. Alex mengimbangi langkah kaki Audi, lalu meraih tangannya agar berhenti.
"Jangan cepet-cepet dong, gue kan capek," omel Alex dengan menatap Audi.
"Yaudah sih, maaf," jawab Audi singkat.
Selama pelajaran berlangsung, Audi hanya diam dan menatap papan tulis. Alex tahu jika pikiran Audi tidak sedang tertuju pada pelajaran, tetapi fokus kepada hal yang lain. Bel istirahat berbunyi, Audi tidak beranjak dari tempat duduknya.
"Lo lagi kenapa sih? Banyak masalah ya? Cerita aja sama gue," ucap Alex dengan menyenggol lengan Audi.
"Nggak."
"Cerita aja, Di. Gue paham apa yang lo sembunyikan," jawab Alex. Terpaksa, Audi harus bercerita kepada Alex, ia bercerita mulai dari awal hingga akhir. "Terus rencana lo gimana? Kalau Kenzie tau gimana?" tanya Alex dengan menatap Audi.
Audi menaikkan kedua bahunya. "Gue juga nggak tahu, pusing mikirin ini dari kemarin," jawab Audi sembari memijat kepalanya yang terasa pusing.
Bel istirahat berbunyi, Audi dan Alex berjalan menuju kantin. Kenzie melihat Audi yang sedang berjalan ke arah kantin, ia ingin menghampiri Audi tetapi ada Alex disana. Kenzie melewati meja yang di duduki oleh Alex dan Audi, ia hanya tersenyum lalu mengalihkan pandangannya. Audi hanya diam, ia tidak membalas senyuman Kenzie.
"Pergi aja yuk," ucap Audi kepada Alex.
"Kenapa?" Belum sempat menjawab, tangan Alex sudah ditarik Audi dan berjalan meninggalkan kantin.
Kenzie melihat kepergian mereka, Jeff dan Rafy langsung mendekat ke arah Kenzie. Mereka ingin bertanya dengan segudang pertanyaan kepada Kenzie, tetapi Kenzie masih fokus dengan Audi yang sudah menghilang dari pandangannya.
"Ngelamun aja lo," ucap Jeff untuk membuyarkan lamunan Kenzie.
"Apaan?" tanya Kenzie cuek.
"Kemarin lo jadi gimana? Audi udah ngaku semua tentang lukisan dan surat itu?" tanya Jeff dengan menatap Kenzie serius.
"Belum, katanya nggak tau."
"Halah! Pasti itu cuma alibi dia aja, gue yakin seratus persen kalau itu Audi yang ngirim," sahut Rafy dengan nada yang sedikit teriak. Jeff langsung menutup mulut Rafy.
"Entahlah, gue juga bingung."
"Terus rencana lo apa, Ken?" tanya Jeff lalu dibalas gelengan kepala oleh Kenzie.
Bel pulang sekolah berbunyi, Audi sedang menunggu Alex latihan futsal. Ia menulis di buku diary miliknya karena bosan, latihan futsal itu menghabiskanw waktu selama satu jam.
Kenzie keluar dari kelas, ia tidak sengaja melihat Audi yang sendirian. Kenzie ingin menghampiri Audi, tetapi disana ada anak futsal yang sedang berlatih dan tentunya ada Alex. Namun Kenzie memilih untuk menghampiri Audi.
"Hai," sapa Kenzie dengan tersenyum ke arah Audi.
"Hm," jawab Audi.
"Kok gitu? Lo marah ya sama gue? Marah kenapa?" tanya Kenzie lalu menatap Audi dengan serius, tetapi Audi malah mengalihkan pandangannya.
"Soal kemarin," jawab Audi. "Lo seenaknya nuduh gue tentang pengirim surat dan lukisan," sambung Audi dengan menatap Kenzie penuh kesal.
"Maaf."
Alex sudah selesai berlatih, ia langsung berjalan ke arah Audi yang sedang mengobrol bersama Kenzie. Ia menarik tangan Audi dan berjalan menuju parkiran, Kenzie hanya diam dan menatap Alex penuh kebecian. Kenzie tidak suka Alex mencampuri urusannya dengan Audi.