Hari ini merupakan akhir pekan, Audi ingin mengajak Riza untuk bertemu. Ada sesuatu yang harus Audi katakan, ia tidak ingin terlalu curiga dengan Riza. Ia berharap, semoga Riza jujur pada Audi yang sebenarnya.
Alex melihat Audi yang sedang memasang sepatu ke kakinya, ia mendekat ke arah Audi. Alex penasaran Audi akan pergi kemana.
"Lo mau kemana?" tanya Alex.
"Oh, gue mau ketemuan sama Riza. Kenapa memangnya?" jawab Audi dengan menatap Alex.
"Gue boleh ikut, nggak?"
"Nggak usah, gue bukan anak kecil. Gue pergi dulu ya, Lex," pamit Audi lalu menepuk pundak Alex peln dan berjalan menuju garasi rumahnya. Ia memasang helm dan menyalakan mesin motornya.
Audi mengendarai motor dengan kecepatan rata-rata, jalanan ibukota yang sangat padat. Perjalanan dari rumah menuju mal membutuhkan waktu dua puluh menit, setelah lama mengendarai motor akhirnya ia sampai di tempat tujuan.
Audi berjalan menuju sushi tei, disana sudah terlihat ada Riza. Namun Audi heran ketika melihat ada Aura disana, mengapa Riza mengajak Aura?
"Hai," sapa Riza dengan tersenyum.
"H-hai, kenapa ada Aura disini? Bukannya cuma kita berdua aja?" tanya Audi dengan menatap Riza. Lalu Riza tersenyum licik, ia memutari tubuh Audi yang berdiri mematung.
"Gue ngajak dia kesini karena gue mau ngomong penting sama lo," ucap Riza.
Audi duduk di depan Riza dan Aura, entah mengapa perasaannya tidak enak. Apa yang akan dilakukan mereka berdua? Apakah mereka akan menyusun suatu rencana untuk dirinya?
Aura menatap Audi dengan tajam, tangannya mengepal dan diletakkan di atas meja. Jantung Audi berdetak kencang, ia tidak tahu mengapa jantungnya berdetak kencang seperti ini.
"Lo tau alasan mengapa gue ikut kesini?" tanya Aura lalu Audi menggelengkan kepalanya. "Karena gue mau bikin lo menjauh dari Kenzie," sambung Aura dengan tersenyum licik.
"Maksud lo apa?"
"Udahlah, jangan sok nggak tau. Lo udah ngerebut Kenzie dari Aura," sahut Riza dengan nada yang lumayan tinggi.
"Lo sahabat gue Riz, kenapa lo nuduh gue kayak gini?" tanya Audi tidak percaya.
"Sahabat? Itu dulu ya, sekarang lo bukan sahabat gue lagi!" jawab Riza menatap Audi kesal. Ia ingin meluapkan semua amarahnya sekarang, Riza sudah lelah menjadi teman Audi.
"Ayo ikut gue!" ucap Aura.
Audi dibawa secara paksa menuju mobil Aura, ia tidak tahu mau dibawa kemana. Audi hanya berharap, semoga Aura dan Riza tidak membawanya ke tempat yang aneh-aneh.
Tak lama kemudian, Audi sudah sampai disuatu rumah yang telah lama kosong. Ia disekap oleh Aura dan Riza, lalu memaksa Audi berjalan masuk ke dalam rumah itu. Tangan Audi diikat dengan tali tampar berwarna putih.
"Maksud lo apa bawa gue kesini?" tanya Audi dengan penuh amarah.
"Ini hukuman yang pas buat lo, makanya jangan sok kecantikan. Gue tau kalau lo itu sebenarnya busuk," ucap Aura yang berhasil membuat hati Audi tercabik-cabik.
Audi hanya bisa diam, ia tahu jika semakin berontak, mereka akan menertawainya dengan keras. Audi mencoba menguatkan hatinya agar tidak menangis, dan berharap semoga cobaan ini cepat berlalu. Ia melihat Aura dan Riza yang mulai menjauh dari ruangan itu dan menguncinya.
"Dasar munafik," ucap Audi dengan menangis.
Siang telah berganti malam, Audi masih di tempat ini. Ruangan ini gelap, dan banyak nyamuk. Ia hanya bisa menangis dan terus berharap semoga ada yang bisa menolongnya, Audi tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Jam menunjukkan pukul delapan malam, Alex mulai gelisah ketika Audi tidak kunjung pulang ke rumah. Kakinya tidak bisa berhenti mondar-mandir, ia mencoba menelfon nomor Audi tetapi tidak diangkat. Alex berjalan masuk ke dalam rumah, lalu mencari Sefan.
"Kak, Audi dimana ya? Udah malam gini kok belum pulang?" tanya Alex dengan menatap Sefan serius.
"Gue juga nggak tahu, gimana kalau kita cari aja? Gue takut kalau terjadi apa-apa sama dia," ucap Sefan lalu mengambil kunci mobil dan diikuti langkah kali Alex dan Lina.
Sefan mengarahkan mobilnya ke mal yang biasa ia datangi bersama Audi, Sefan dan Alex memutari parkiran sepeda motor. Disana ada motor Audi, tetapi tidak ada orangnya. Lina juga sudah mencari di dalam mal, hasilnya juga nihil.
Sefan mencoba menelfon Audi, tersambung tetapi tidak diangkat. Perasaannya mulai tidak enak, ia takut jika adik semata wayangnya itu dalam keadaan yang tidak aman. Sefan memutuskan untuk memutari semua jalanan yang ada di ibukota, ia akan mencari adiknya sampai ketemu.
Kenzie berada di warung kopi depan rumah kosong, ia sering nongkrong disini bersama teman-temannya. Kenzie bermain game online bersama teman-temannya.
"Eh, lo dengar nggak, kayak ada suara orang nangis?" tanya Jeff dengan menatap Kenzie dan Rafy secara bergantian.
"Perasaan lo kali," jawab Rafy.
Semakin lama, suara itu semakin jelas. Bulu kuduk Jeff, Rafy, dan Kenzie berdiri seketika. Mereka merinding di sekujur tubuh, Kenzie menajamkan indera pendengarannya untuk memastikan suara itu.
"Kayaknya berasal dari rumah itu deh," ucap Kenzie dengan menunjuk rumah kosong yang gelap itu.
"Gimana kalau kita kesana?" usul Rafy.
"Lo aja ah, gue takut nanti yang kita lihat malah yang aneh-aneh. Udahlah, pura-pura nggak dengar aja," jawab Jeff ketakutan.
"Kalau misalnya ada penculikan gimana? Kasihan kan yang diculik, udah ayo kesana," ucap Kenzie lalu menarik tangan kedua temannya dan berjalan mendekat ke arah rumah itu.
Suara tangisan itu semakin jelas, sebenarnya Kenzie takut namun ia berusaha berani demi mengetahui apa yang ada di dalam rumah itu. Kenzie, Rafy, dan Jeff masuk ke dalam rumah itu dengan menyalakan senter ponselnya. Mereka menyusuri ruangan demi ruangan yang ada, mereka melihat ada seorang gadis yang tengah terikat di salah satu ruangan.
"Audi?" ucap Jeff dengan menatap gadis itu.
"Lo ngapain disini?" tanya Rafy.
"Yuk kita lepas ikatannya, Jeff lo beliin air mineral di warung ya," ucap Kenzid lalu disusul anggukan kepala Jeff.
Kenzie menggendong Audi keluar dari rumah itu, lalu meletakkan Audi di kursi panjang yang ada di warung kopi itu. Kenzie menyodorkan air mineral ke arah Audi, lalu menyuruh Audi meminumnya. Ia sangat prihatin melihat kondisi Audi, Kenzie bingung mengapa Audi bisa terikat disana?
"Lo ngapain disini? Kenapa dalam kondisi terikat?" tanya Kenzie dengan menatap Audi yang masih meneguk air mineral itu.
"Gue juga nggak tahu, tiba-tiba aja mereka bawa gue kesini," jawab Audi dengan lemas.
"Siapa?" tanya Kenzie.
"Au...." Belum sempat Audi menjawab, tubuhnya langsung terjatuh dan matanya terpejam. Kenzie terkejut dan langsung menggendong Audi ke klinik terdekat.
Sepanjang perjalanan, Alex tidak berhenti berdoa untuk keselamatan Audi. Jantungnya tidak berhenti berdetak kencang, ia sangat khawatir dengan keadaan Audi saat ini.
"Semoga lo baik-baik aja," ucap Alex dalam hati.