Kenzie membawa Audi ke rumah sakit terdekat, lalu ia menghubungi Alex dan Sefan. Kenzie berharap semoga Audi dalam keadaan baik-baik saja. Tak lama kemudian, Alex, Sefan, dan Lina datang dan menghampiri Kenzie.
"Gimana keadaan adik gue? Kenapa dia bisa sampai di rumah sakit kayak gini?" tanya Sefan dengan menatap Kenzie tajam.
"Tadi gue nemu Audi di rumah kosong, tangan dan kakinya terikat. Kayaknya ada yang sengaja culik dia deh, bang," jawab Kenzie.
Sefab mengangguk dan mencerna ucapan Kenzie, ia berpikir siapa yang tega melakukan ini kepada adiknya?
Alex tidak berhenti mondar-mandir, perasaannya sangat tidak tenang. Ia takut terjadi hal yang serius dengan Audi, Alex berpikir siapakah yang melakukan ini pada Audi. Apakah Aura?
"Ken, lo ikut gue bentar," ucap Alex lalu menatap Kenzie dan mereka berjalan menjauh dari ruang UGD.
Alex mengajak Kenzie ke taman rumah sakit, ada yang ingin ia sampaikan. Ia yakin, jika dalang dibalik semua ini adalah Aura. Kenzie menatap Alex bingung, ia tidak tahu apa yang akan dibicarakan Alex kepadanya.
"Ada apa?" tanya Kenzie.
"Kayaknya gue tau yang ngelakuin ini, dalangnya itu Aura dan Riza," ucap Alex. Kenzie menatap Alex serius, ia belum sepenuhnya percaya jika Aura dan Riza yang melakukan ini semua.
"Masa sih? Gue nggak yakin," jawab Kenzie.
"Iya, gue yakin. Akhir-akhir ini tuh Audi sering cekcok sama Aura dan Riza," ucap Alex.
Sementara itu, Aura sedang mengendarai mobil bersama Riza menuju rumahnya. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, Aura sangat puas dengan hasilnya. Ia berharap, semoga Audi mati kelaparan disana dan Aura bisa memiliki Kenzie seutuhnya.
Sudah dua jam setengah, Audi belum sadarkan diri juga. Alex tidak berhenti memanjatkan doa untuk gadis yang dicintainya itu, lalu tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan UGD beserta suster yang membawa data.
"Gimana keadaan adik saya dok?" tanya Sefan dengan menatap dokter itu.
"Boleh ikut saya sebentar, mas?" ucap dokter lalu Sefan berjalan mengikuti langkah kaki dokter tersebut.
Sefan masuk ke dalam ruangan dokter, ia sangat berharap semoga tidak ada yang serius dengan kondisi adiknya. Dokter mengeluarkan secarik kertas yang memuat data kondisi Audi, lalu mulai menjelaskan kepada Sefan.
"Adik mas ini butuh istirahat total selama empat hari, dia banyak kehilangan cairan dalam tubuhnya. Selain itu, semuanya baik-baik saja," ucap dokter.
Sefan menghembuskan nafas panjang, ia lega karena Audi hanya disuruh istirahat total. Sefan mengangguk dan menebus obat yang diberikan dokter, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih mengawasi adiknya itu.
Alex melihat Sefan yang berjalan mendekat ke arahnya, dengan cepat Alex berlari ke arah Sefan.
"Gimana keadaan Audi, kak?" tanya Alex dengan menatap Sefan.
"Dia baik-baik aja, cuma disuruh istirahat total selama empat hari," jawab Sefan. Alex dan Kenzie bisa bernafas lega. "Kalau lo mau balik, balik aja Kenzie. Makasih udah bawa Audi kesini," sambung Sefan dengan menatap Kenzie.
"Gue balik dulu ya," ucap Kenzie lalu pergi.
Sepanjang perjalanan, pikiran Kenzie masih fokus kepada keadaan Audi. Walaupun dia tidak apa-apa, tetapi ia tidak yakin jika habis ini Audi akan aman di sekolah. Kenzie berjanji pada dirinya, akan menjaga Audi dengan sepenuh hati dari incaran Aura dan Riza yang busuk.
****
Hari mulai berganti, hari ini Audi membuka matanya dan sudah berada di rumah sakit. Ia melihat sekelilingnya, disana ada Sefan, Lina, dan Alex yang sedang tertidur di sofa. Audi memegangi kepalanya yang terasa nyeri, lalu tangannya meraih air mineral yang ada di meja. Saat Audi ingin mengambil, tangannya menyenggol gelas dan membuat gelas itu pecah.
"Loh, udah bangun? Kok nggak bangunin gue sih?" tanya Sefan dengan berjalan menuju adiknya itu.
"Tadi gue lihat kakak pulas banget tidurnya, jadi gue nggak tega buat bangunin," jawab Audi lalu menatap Sefan dengan tertawa kecil. Sefan mengusap rambut adiknya itu.
"Lo ingat nggak, kemarin yang bawa lo ke rumah itu siapa?"
Audi mencoba mengingat-ingat, akhirnya ingatannya mengulang tentang kejadian itu. "Aura sama Riza kak," jawab Audi.
"Oke, nih lo makan dulu ya," ucap Sefan sembari menyodorkan makanan yang berada diatas nampan.
Kenzie berjalan menyusuri kooridor untuk sampai di kelasnya, ia melihat ada Aura yang sedang menunggunya di depan kelas. Kenzie hanya melewati Aura tanpa melihatnya sedikitpun, ia masih kesal dengan apa yang dilakukan Aura pada Audi.
"Halo Kenzie, kamu udah makan?" tanya Aura dengan nada yang lebay.
Kenzie tidak menjawab, ia tidak ingin menanggapi pertanyaan Aura yang tidak berbobot. Aura berjalan ke hadapan Kenzie, lalu memegang tangannya. Refleks, Kenzie melepaskan tangannya dan berdiri menatap Aura tajam.
"Jangan lancang!" ucap Kenzie dengan keras.
"Loh kenapa? Kamu kan bakal jadi tunangan aku," jawab Aura dengan menatap Kenzie.
"Jangan mimpi! Gue nggak mau tunangan sama orang yang udah nyulik Audi," jawab Kenzie. Aura hanya diam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Aura berjalan keluar kelas, namun tangannya dicekal oleh Kenzie yang membuat langkah kakinya terhenti.
"Kenapa lo diam?" tanya Kenzie.
"Nggak kok, aku bahkan nggak tau kamu ngomong tentang apa," jawab Aura berbohong.
"Halah, gue udah tau semuanya. Dasar cewek kasar!" ucap Kenzie lalu meninggalkan Aura sendirian.
Tangan Aura mengepal dengan keras, ia tidak terima Audi dibela Kenzie seperti ini. Jari tangan Aura mengetik diatas layar ponselnya, ia mengirim pesan kepada Riza untuk menemuinya sekarang juga. Aura ingin merencakan sesuatu yang baru dan memastikan rencana kali ini tidak akan gagal.
"Kenapa, Ra?" tanya Riza dengan menatap Aura.
"Rencana kita gagal, Kenzie tahu kalau gue yang nyulik Audi," jawab Aura dengan penuh amarah.
"Loh, kok bisa sih?"
"Nggak tau, gini aja nanti sepulang sekolah kita merencanakan sesuatu yang baru. Gue yakin, rencana kali ini nggak akan gagal lagi," ucap Aura dengan tersenyum simpul.
"Okelah, gue ngikut aja," jawab Riza lalu tersenyum.
Bel pulang sekolah berbunyi, Kenzie duduk di depan warung depan sekolah. Ia ingin menjenguk Audi di rumah sakit, tetapi ia juga harus memastikan jika Aura tidak membuat rencana yang aneh-aneh kepada Audi.
"Lo kenapa, Ken?" tanya Jeff dengan menatap Kenzie yang sedang melamun tidak jelas.
"Oh, nggak. Gue cuma mikirin Audi aja," jawab Kenzie.
"Memangnya, dia kenapa?" sahut Rafy. "Kondisinya baik-baik aja kan sekarang?" sambungnya.
"Iya, dia baik kok. Tapi gue takut kalau Aura sama Riza berbuat jahat lagi sama dia, gue nggak mau itu terjadi," jawab Kenzie.
"Sebenarnya perasaan lo ke Audi tuh gimana sih? Jadi ngejalanin rencana lo waktu itu apa nggak?" tanya Jeff.
Kenzie diam sejenak, ia merenungkan rencananya waktu itu. Apakah harus tetap dijalankan? Sebenarnya Kenzie ingin tahu siapa pengirim surat itu, tetapi disisi lain kondisinya tidak memungkinkan. Kenzie mengusap rambutnya gusar, ia bingung dengan semua ini.