Chereads / Adore You / Chapter 31 - Chapter 31

Chapter 31 - Chapter 31

Audi berjalan menuju kamarnya, ia meletakkan tas dengan lesu. Audi masih memikirkan tentang ucapan Aura tadi, darimana dia bisa tahu? Seingat Audi, ia hanya bercerita kepada orang terdekatnya saja. Jika Alex, itu tidak mungkin. Apakah Riza? Namun Audi tidak mau berburuk sangka dulu, masa iya sahabatnya yang menyebarkan berita ini?

"Kamu kenapa? Kok kelihatannya bingung gitu?" tanya Lina sembari mendekat ke arah Audi.

"Nggak kok, cuma sedikit mikir aja," jawab Audi. "Menurut kakak, mencintai dalam diam itu gimana? Kalau misalnya dia tahu, kakak akan bersikap apa?" tanya Audi dengan menatap Lina yang sedang membereskan kasur.

"Mencintai dalam diam itu memang berat, kalau menurut aku seandainya dia tahu, aku sih ngaku kalau selama ini mencintai dia dalam diam. Kenapa kamu tanya gitu?"

"Ng-nggak kak, makasih ya sarannya," ucap Audi dengan tersenyum lebar lalu dibalas senyum manis oleh Lina.

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Audi tidak bisa memejamkan matanya. Ia masih kepikiran dengan kejadian tadi, Audi tidak ingin Kenzie tahu siapa pengirim surat itu. Audi menatap ke arah Lina yang sudah terlelap tidur, ia mencoba memejamkan matanya.

****

Suara kicauan burung menyapa Audi, ia mengusap-usap matanya lalu bangkit dari tidur. Audi melihat jam berwarna merah muda, jarum jam menunjukkan angka lima dan Audi segera berjalan menuju kamar mandi.

Audi menyiapkan kotak bekal, ia tidak ingin pergi ke kantin waktu jam istirahat nanti. Audi tidak ingin menjadi pusat perhatian anak-anak, ia juga tidak ingin bertemu dengan Kenzie apalagi Aura. Alex menatap Audi heran, tidak biasanya Audi membawa bekal seperti ini.

"Tumben bawa bekal," ucap Alex dengan menatap Audi lewat kaca spion motornya.

"Nggak apa, lagi ingin aja," jawab Audi singkat.

Mereka sudah sampai di sekolah dengan selamat, Audi melepas helm lalu berjalan cepat menuju kelas. Langkah kakinya terhenti ketika melihat Kenzie yang ada di depan kelasnya, ia ingin memutar langkah tetapi sudah terlambat. Kenzie menatap Audi yang sedang berdiri mematung.

"Audi, gue mau ngomong sebentar," ucap Kenzie dengan memegang kedua telapak tangan Audi. Audi mencoba melepaskan genggaman tangan itu.

"Lo lihat kan? Audi nggak suka lo pegang-pegang," ucap Alex lalu menjauhkan tangan Kenzie dari tangan Audi. Alex menarik tangan Audi lalu berjalan meninggalkan Kenzie.

Selama pelajaran, Alex mencuri pandang ke arah Audi. Ia tampak memikirkan kejadian itu, Alex menatap aneh ke arah Riza. Riza tampak diam saja, seolah tidak tahu menahu tentang ini semua. Entah mengapa hati Alex yakin jika Riza dalang dari semuanya, tetapi ia tidak ingin gegabah.

Bel istirahat berbunyi, Riza sudah pergi entah kemana. Kini hanya tersisa Audi yang ada di dalam kelas, Alex duduk disamping Audi dan menemaninya makan.

"Lo nggak ke kantin?" tanya Audi dengan menatap Alex.

"Nggak, gue disini aja nemenin lo. Nggak boleh?" Audi hanya mengangguk saja, lalu menyedokkan nasi dan memasukkan ke dalam mulutnya.

"Eh, lo nggak curiga sama Riza? Gerak-geriknya aneh banget," ucap Alex lalu Audi menatapnya bingung.

"Gue juga mikir gitu awalnya, karena yang tahu cuma lo sama dia. Tapi jangan gitu, nggak baik nuduh orang sembarangan," jawab Audi lalu meneguk air mineral yang dibawanya.

Senyum Alex tercipta, ia sangat kagum terhadap gadis yang ada dihadapannya saat ini. Audi sangat sabar meski disakiti oleh orang terdekatnya, itu yang membuat Alex mencintai Audi walaupun dalam diam.

Bel pulang sekolah berbunyi, Kenzie berjalan menuju kelas Audi bersama kedua temannya. Ia ingin mengajak bicara Audi empat mata, tanpa adanya Alex.

"Bisa ngomong sebentar? Lima menit aja, boleh ya?" pinta Kenzie dengan menatap Audi.

"Lima menit ya?" jawab Audi lalu Kenzie mengangguk setuju. Kenzie membawa Audi menuju tepi lapangan.

"Berita yang nyebar ke seluruh sekolah ini itu benar?" tanya Kenzie.

"Lo percaya sama gosip murahan? Kenapa lo terus tanya itu ke gue?" Kenzie hanya diam, ia tidak mampu menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut Audi. Mereka diam beberapa lama, lalu Audi berjalan menjauh dari Kenzie.

"Audi tunggu!" ucap Kenzie.

"Apalagi? Gue udah capek sama lo," jawab Audi.

Dari kejauhan, ada empat pasang mata yang menatap Audi dan Kenzie tersenyum. Empat pasang mata itu milik Riza dan Aura, mereka sangat bahagia ketika melihat Kenzie dan Audi adu mulut. Riza menatap Aura dengan tersenyum, lalu sedetik kemudian mereka berpelukan.

"Gue puas banget, habis ini gue bakal miliki Kenzie seutuhnya," ucap Aura lalu disusul tawa yang menggema.

"Gue juga bahagia, akhirnya gue bisa bikin Audi nangis. Ini adalah balasan yang setimpal ketika dia ninggalin gue gitu aja dan lebih akrab dengan Alex. Lo emang sahabat terbaik gue, Ra," jawab Riza dengan tersenyum sinis.

Alex menatap Audi yang sedang merenung di tepi danau, Audi yang meminta untuk mampir ke danau ini. Karena disini, ia bisa mengingat kenangan manis dengan Kenzie.

"Lo baik-baik aja kan?" tanya Alex memastikan.

"Iya, gue nggak apa-apa kok. Gue cuma lagi mikir aja, siapa dalang dari semua ini."

"Gue yakin seratus persen, kalau itu adalah Riza dan Aura," jawab Alex dengan menatap Audi serius, tetapi Audi belum bisa percaya penuh dengan ucapan Alex.

"Udahlah, gue nggak mau debat tentang Aura dan Riza." jawab Audi. "Yuk pulang, udah sore. Nanti keburu malam sampai dirumah," sambungnya lalu berjalan dan memakai helm ke kepalanya.

Audi menatap foto dirinya bersama Riza, di dalam foto itu mereka tampak tersenyum. Foto itu diambil ketika Audi dan Riza pergi ke timezone, mereka sangat menikmati momen berdua. Air mata Audi menetes, ia merasakan perbedaan sikap yang drastis dari Riza. Kini Riza lebih banyak diam, untuk melihat Riza saja Audi tidak mampu.

"Gue kangen lo yang dulu Riz, gue kangen banget," ucap Audi sambil mengusap tangisnya.

"Loh, adik gue yang cantik kok nangis sih?" ucap Sefan lalu duduk disamping Audi.

Tanpa banyak bicara, Audi langsung memeluk Sefan dengan erat. Sefan merasakan ada yang disembunyikan dadi adiknya itu, ia membalas pelukan Audi tak kalah erat. Ia ingin menjadi malaikat pelindung Audi dimanapun ia berada.

"Nangis aja gapapa, kalau itu membuat lo lebih tenang. Gue janji selalu ada disini buat lo," ucap Sefan dengan membelai rambut adiknya itu.

"Makasih ya kak, gue sayang sama lo selamanya," jawab Audi sembari tersenyum.

"Sama-sama, kalau nanti lo udah mendingan. Cerita ke gue ya?" Audi mengangguk paham, lalu Sefan keluar dari kamarnya.

Audi tersenyum ketika melihat Sefan, ia bahagia karena memiliki kakak yang super pengertian seperti Sefan. Ia juga bersyukur, disaat rapuh seperti ini masih ada yang peduli dengan kebahagiaannya yaitu Sefan, Lina, dan Alex.