Hari ini Audi memutuskan untuk berangkat ke sekolah dengan jalan kaki, ia ingin menyegarkan pikirannya dari konflik yang terjadi antara dirinya dan Kenzie. Audi berjalan dengan senang hati, ia senang dengan suasana pagi yang segar dan udaranya belum terkena polusi.
"Lo nggak mau bareng gue aja?" tanya Alex yang tiba-tiba datang dari belakang.
"Nggak ah, lo duluan aja."
"Yaudah, lo hati-hati ya," ucap Alex dan ditanggapi anggukan kepala oleh Audi.
Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, Audi baru sampai di sekolah. Suasananya sudah ramai dipenuhi murid-murid yang berdatangan, Audi jarang sekali berangkat jam segini. Audi berjalan menyusuri kooridor untuk sampai di kelasnya, tetapi langkahnya terhenti karena tangannya dipegang oleh seseorang.
"Lepasin, Kenzie," ucap Audi dengan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Kenzie.
"Iya-iya maaf, tumben berangkat jam segini?" tanya Kenzie lalu menatap Audi, namun Audi tidak menjawab dan langsung meninggalkan dirinya di kooridor.
Audi masih malas berurusan dengan Kenzie, ia takut jika rahasianya terbongkar. Audi memasuki kelas, ia melihat Alex yang sedang sibuk menulis di buku tulisnya. Audi mendekat ke arah Alex dan meletakkan tasnya di meja.
"Lo ngapain? Sibuk banget kelihatannya," ucap Audi dengan menatap Alex.
"Nih, lo pasti belum ngerjakan," jawab Alex sembari menunjukkan buku tulis yang penuh dengan coretan pena hitam. Mata Audi menatap buku itu, ia lupa mengerjakan tugas yang diberikan oleh Pak Purwa.
"Duh, gimana nih? Gue belum ngerjain tuh tugas, mana sekarang udah jam segini pula," ucap Audi dengan cemas, ia menatap jam yang menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit.
"Lo pakai punya gue aja, biar nanti gue yang dihukum," balas Alex.
"Nggak ah, gue terima kalau dihukum karena gue salah," jawab Audi lalu mengembalikan buku tulis milik Alex.
Bel tanda masuk berbunyi, jantung Audi berdegup kencang. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ke khawatirannya, Audi takut jika akan diberi hukuman yang berat. Mungkin ini adalah kali pertama Audi belum mengerjakan tugas, selama ini tugas Audi selalu terselesaikan dengan baik.
Pak Purwa melangkahkan kaki menuju kelas Audi, suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi senyap. Jantung Audi terus berpacu dengan cepat, keringatnya mulai menetes.
"Siapa yang belum mengerjakan tugas?" tanya Pak Purwa dengan menatap murid-murid tajam.
Audi mengangkat tangannya lalu berjalan maju ke depan kelas. "Maaf pak, saya lupa kalau ada tugas," ucap Audi dengan gemetaran.
"Kamu saya hukum, sekarang kamu nggak boleh ikut pelajaran. Silakan tunggu di luar," ucap Pak Purwa dengan nada yang sedikit tinggi, Audi mengangguk dan berjalan keluar kelas.
Alex tidak rela melihat Audi dihukum, ia menyembunyikan buku ke dalam laci mejanya. Alex berjalan ke depan kelas. "Saya juga belum mengerjakan pak," ucap Alex berbohong.
"Keluar kamu!" ucap Pak Purwa.
Audi duduk di depan kelas, ia menatap ke arah lapangan dan ada kelas Kenzie yang sedang melakukan jam olahraga. Pintu kelas Audi terbuka, ia menatap ke arah sana. Audi terkejut ketika Alex keluar dari kelas itu, lalu duduk disamping Audi.
"Lo ngapain?" tanya Audi bingung.
"Gue mau nemenin lo," jawab Alex dengan tersenyum.
"Lah? Bukannya lo udah ngerjakan tugas?" tanya Audi dengan menatap Alex serius, Alex hanya senyum saja. "Lo bohong ke Pak Purwa dan bilang lo belum ngerjakan tugas?" ucap Audi lalu dibalas anggukan kepala Kenzie.
"Habisnya, gue nggak tega lihat lo sendirian."
"Halah, bilang aja karena lo males. Ya kan?" ucap Audi sembari tertawa menatap Alex.
Kenzie sedang meneguk air mineral, ia menatap ke arah Audi dan Alex yang sedang tertawa bersama. Tangannya mengepal, Kenzie tidak rela jika Audi lebih bahagia bersama Alex dibanding dirinya. Kenzie meminta izin kepada guru olahraga, lalu berjalan mendekat ke arah Audi.
"Jangan dekat-dekat sama cewek gue," ucap Kenzie dengan membuat jarak antara Alex dan Audi.
"Siapa cewek lo?" tanya Alex.
"Audi," jawab Kenzie lalu menatap Audi.
"Lo halu ya?" balas Alex lalu tertawa keras. Ia tidak habis pikir dengan Kenzie, jelas-jelas hubungan mereka sudah berakhir cukup lama.
Tangan Kenzie yang gatal langsung memukul pipi kanan Alex, ia tidak bisa mengendalikan emosinya lagi. Jeff dan Rafy langsung menghampiri Kenzie, mereka memegangi tubuh Kenzie agar tidak terlalu membuat onar. Guru olahraga kelas Kenzie langsung menghampiri Kenzie dan Alex.
"Kalian ikut saya ke ruang BK sekarang," ucap guru itu dengan menatap Alex dan Kenzie bergantian. Alex pasrah, ia langsung berjalan mengikuti guru olahraga menuju ruang bimbingan konseling.
"Duh ada-ada aja deh," ucap Audi kesal.
Alex dan Kenzie berada di dalam ruang BK, ini pertama kalianya Kenzie dan Alex berada disini. Bu Siti terlihat sangat menyeramkan, Bu Siti mondar-mandir di hadapan mereka. Alex hanya bisa pasrah jika nantinya dapat hukuman skors, begitu juga dengan Kenzie.
"Kalian tahu kesalahan yang kalian buat?" tanya Bu Siti dengan menatap Kezie dan Alex secara bergantian.
"Tau bu," jawab mereka bersamaan.
"Kenapa kalian bertengkar sampai pukul-pukulan? Sudah bosan hidup?" ucap Bu Siti.
"Alex yang nyerang saya dulu bu," jawab Kenzie.
"Bohong bu, Kenzie yang nyerang saya dulu. Orang tadi saya habis ekskul mau pulang sama Audi, eh dia malah pukul pipi kanan saya," bantah Alex dengan menatap Kenzie tajam. Ia tidak terima jika Kenzie memutar balikkan fakta.
"Benar itu, Kenzie?" tanya Bu Siti lalu Kenzie mengangguk pelan. "Kalian saya skors tiga hari sebagai hukuman, ini masih peringatan awal. Awas saja kalau kalian bertengkar lagi!" sambung Bu Siti dengan menggebrak meja.
"Iya bu, maaf saya janji nggak akan mengulanginya lagi," ucap Alex dengan tersenyum.
"Saya juga bu."
Audi bernafas lega karena melihat Alex dan Kenzie keluar dari ruangan menyeramkan itu, ia menatap Alex yang memancarkan aura kesedihan. Audi bingung, apakah Alex diberi hukuman yang begitu berat?
Kenzie menatap Audi, ia tidak terima jika Audi lebih perhatian kepada Alex. Kenzie lewat di depan Audi, lalu menatapnya dengan penuh makna. Audi membalas tatapan Kenzie dengan tatapan bingung, apa maksud tatapan Kenzie tadi?
"Pulang yuk," ajak Audi lalu Alex mengangguk.
Sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan diantara mereka. Alex enggan mengobrol karena masih memikirkan hukuman tadi, sedangkan Audi takut jika membuat Alex semakin marah padanya. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di rumah. Alex memarkirkan sepeda di garasi dan langsung masuk ke dalam rumah, Audi menyusul langkah kaki Alex.
"Lex, lo marah sama gue? Maafin gue yang udah buat lo di skors," ucap Audi dengan penuh penyesalan.
"Nggak kok, gue nggak marah. Gue cuma nyesel aja ngeladenin Kenzie, andai aja gue nggak ngeladenin pasti semua ini nggak akan terjadi," jawab Alex.
"Jadi, lo nggak marah sama gue?" Alex menggeleng dengan tersenyum manis lalu berjalan menuju kamarnya.