Chereads / Aluna's First Love Story / Chapter 38 - Sidang

Chapter 38 - Sidang

Hari demi hari yang meresahkan dilalui Aluna dengan tegar. Sikap dingin dan kasar Zaedan semakin menjadi-jadi.

Aluna tak paham mengapa ia sampai dibenci seperti itu. Mengapa?. Entahlah dia pun merasa heran. Padahal kesalahannya tidaklah begitu fatal. Toh itu semua terjadi bukan disengaja. Luka jahit di kening Zaedan justru sudah baik-baik saja, dan Aluna pun juga sudah mengikuti kemauan lelaki aneh itu untuk menikah. Bahkan sekarang nikahnya benar-benar resmi dan diketahui banyak pihak. Aluna rasanya pengen berteriak, tapi itu bukanlah dirinya.

Untuk beberapa hari ini Aluna tak mau ambil pusing dengan masalah hidup yang ia tengah hadapi. Saat ini perempuan berstatus istri tersebut tengah fokus mempelajari presentasi sidang skripsinya. Satu langkah lagi, mimpi yang ia dan keluarganya bangun akan terwujud. Gelar S. Ked adalah satu di antara serangkaian mimpi kecil keluarga pak Hasan.

"Gimana?"

"Syukur...gue lulus Lun".

"Alhamdulillah, selamat" Aluna merangkul pundak orang di sampingnya.

"Iya Lun, lho juga semangat ya. Tenangkan diri lho, gue yang otak pas-pasan aja bisa apalagi lho, hehehehe" lawan bicara Aluna menyengir. Kemudian dia kembali berkata "Oke, sekali lagi semangat power full. Gue mau pergi dulu, pacar gue udah nunggu tuh" kata gadis itu sembari berlari kecil meninggalkan Aluna.

Aluna hanya tersenyum melihat tingkah lucu teman sekelasnya itu.

Kini, Aluna memandang sejenak pintu tempat teman Aluna keluar. Ada rasa gugup menyelimuti tubuh Aluna. Ia kemudian bernafas sejenak guna menenangkan hati dan pikiran. Kemudian kaki jenjang itu mulai melangkah sembari berucap "Bismillah".

***

"Bos, akhir-akhir ini bos keliatan berbeda" ucap Roby dengan sedikit nada menggoda. Asisten ini benar-benar terlalu.

"Bisakah kau sehari saja tak berbicara omong kosong!" sergah Zaedan.

"Maaf bos, saya hanya heran melihat perubahan diri bos" jawab Roby santai. Tak merasa takut sedikitpun.

Zaedan hanya melirik tajam, malas untuk melanjutkan percakapan tak berarti dengan asisten menjengkelkan itu.

"Bos, gimana?" lagi Roby mengeluarkan kalimat ambigu.

"Apanya?" dan dibalas tanya kembali oleh Zaedan.

"Gimana rasanya mantap mantap sama bu bos?" kalimat ini diiringi dengan gerak lincah kaki menuju pintu keluar.

"AWAS KAU....!".

Mendengar suara yang menggelegar, beberapa orang staff sekretaris saling tukar pandangan. Dalam diam mereka seolah-olah bertanya, apa yang terjadi.

***

Krek.…..

Pintu itu terbuka secara perlahan dan saat itu pula sang pembuka pintu disambut senyum hangat oleh seseorang di depannya.

Mata berbinar, bibir melengkung memperlihatkan deretan gigi tentunya menjadi simbol yang telah diketahui oleh siapapun yang melihat.

"Selamat.." tanpa berbasa basi, Riko sedikit berteriak dan memberikan sebuket bunga mawar merah kepada Aluna.

"Terima kasih Ko, hebat banget langsung kasih ucapan selamat. Aku kan belum bilang apapun" jawab Aluna sembari meraih buket bunga tersebut.

"Tanpa kamu kasih tau aku pasti mengetahuinya. Persiapan mu cukup matang, jadi kemungkinan kecil gagal. Terlebih melihat ekspresi mu, siapapun dapat menebak dengan pas" jawab Riko sembari menuntun Aluna untuk duduk di kursi terdekat.

"Emm...., Zeze kemana?" tanya Aluna

"Oh.., tadi dia bilang minta maaf nggk bisa gabung. Soalnya mau siap-siap, malam ini dia jadi juri kontes model daerah DKI Jakarta" jawab Riko.

"Hmmm..., baiklah, mungkin Zeze sibuk. Ayo, aku traktir makan" Aluna beranjak dari duduknya.

"Cie-cie yang istri bos besar sekarang" goda Riko, lelaki itu tampak cengengesan. Tapi dalam hati mana tau, mungkin tak sama dengan apa yang tertampil di wajah.

"Hmm...., iya ini pake uang jatah bulanan" jawab Aluna sekenanya. Terlihat sekali Aluna malas untuk membahas perihal hubungannya dengan lelaki bermata hazel.

Sembari berjalan, Riko berbicara "Bagaimana keadaan mu sekarang Lun?".

"Hmm..., ya seperti biasa. Tidak ada yang istimewa" jawab Aluna sekenanya.

"Apa orang itu menyakiti mu?" mata sendu Riko menatap penuh wajah Aluna dari samping.

"Tidak..".

"Benarkah?..sungguh?".

"Iya Ko. Yah...kang Zaedan memang sedikit aneh, tapi dia tidak sampai main fisik kok". 'Mulutnya aja yang tajam..eh..astagfirullah', batin Aluna.

"Baguslah kalo begitu..., ayo buruan udah laper nih" Riko sedikit berlari kecil.

Aluna hanya menggelengkan kepala, melihat tingkah Riko yang terkadang seperti anak kecil.

***

"Bagaimana sidangnya?".

"Sidang apa bos? sidang perceraian?", ada yang sedang menahan tawa.

"Bisakah kau sedikit berlaku sopan kepada ku!. Aku ini bos mu kau tau!. dan aku juga lebih tua dari mu!. Harusnya kau paham itu!" suara tinggi nan tajam itu sangat memekakkan telinga.

"Maaf bos.." Roby sedikit menundukkan kepala

"Maaf..maaf, terlalu banyak maaf. Sudahlah jawab pertanyaan ku tadi!" Zaedan rasanya ingin mencekik asistennya ini. Mungkin ini alasan tuan Yudistira memilih secara eksklusif karyawan satu ini. Mungkin sekedar menyiksa batin dan mental Zaedan.

"Sidangnya lancar bos, kan istri bos kan cerdas. Kalo tidak, mana mungkin dia terpilih menjadi salah satu penerima beasiswa dari perusahaan ini" jawab Roby dengan sedikit tersenyum.

"Cih..!, jangan terlalu memuji orang, tidak baik" protes Zaedan.

"Iya bos...iya" Roby membalas dengan nada malas.

"Lihatlah tingkah mu itu. Kau lupa dengan ucapan maaf tadi?" Zaedan menaikkan satu alis tebalnya.

'Hm... salah lagi'.

"Baiklah bos.., saya benar-benar minta maaf". Roby menghela nafas sebentar. Ia kembali membuka suara dan berkata "Sidangnya sudah selesai dan lancar, tinggal menunggu jadwal wisuda saja" Roby yang sibuk memindahkan beberapa barang langsung terdiam. Kali ini ia mengalihkan pandangan ke arah Zaedan seraya berkata "Apa bos akan menghadiri acara wisuda nanti?", tanya Roby sedikit ragu.

"BUKAN URUSAN MU!". Zaedan langsung berdiri dan keluar pergi meninggalkan ruangan.

Roby yang melihat aksi Zaedan hanya bisa mengelus dada. Jika saja Roby bukan karyawan yang ditunjuk langsung oleh Presedir, lelaki ini sangat yakin dia pasti sudah lama didepak. Bahkan dia juga tidak bakalan berani untuk sedikit bersilat lidah dengan atasannya tersebut. Tapi, memang dasarnya Roby orang yang sedikit menjengkelkan.

***

"Ciee.....pake motor sekarang. Hm, tapi ini masih tergolong pelit sih, masak istri dibeliin motor. Mobil dong" ada suara tawa mengejek saat kalimat ini muncul mengudara.

"Huss..., sudah syukur dikasih. Sebenarnya kakek dan mama Melinda menyuruhku menggunakan mobil, tapi aku tidak mau" Aluna sedikit menghembuskan nafas pelan, "Selain tidak bisa mengendarai mobil, aku juga tidak nyaman dengan kemewahan yang aku dapat. Terlebih posisi ku, kau tau kan Ko" jawab Aluna memandang wajah Riko dengan datar.

Riko yang melihat tatapan Aluna seperti itu hanya bisa tersenyum tipis dan mengangguk.

"Mau ku antar?".

"Hehehe..., bagaimana caranya?, kamu kan bawa mobil..., aku bawa motor. Hm." Aluna menggelenggkan kepala, heran dengan tingkah sahabat satu ini.

"Hehehe..., omongan mu memang ada benarnya. Maksud ku kamu pake motor dan aku mengawasi dari belakang, gimana?" Riko menaik turunkan kedua alisnya.

"Tidak perlu Ko, aku bisa sendiri. Sudah aku pulang dulu, Assalamualaikum Wr.Wb" Aluna bergegas menuju tempat dimana di kuda besi berada. Gadis itu menjalankan kendaraannya dan pergi meninggalkan halaman kampus. Sedangkan Riko hanya memerhatikan sambil tersenyum.

***

"Anak itu..!!!" tubuh tua yang masih sehat itu sedikit bergetar. Raut wajah yang tertampil sangatlah mengerikkan.

"Kita lihat saja...," ada seringai lebar di wajahnya yang keriput -"Seberapa lama dia akan bertahan, anak ini...!!. Sekali-sekali harus diberi pelajaran agar ia tau bagaimana bersikap yang semestinya", pria tua memandang orang di depannya. Yang ditatap sedikit menunduk.

"Tetap awasi, jangan lengah. Setelah semuanya selesai, aku ingin lihat apakah dia masih bisa bertingkah!" suara dingin dengan aura yang menakutkan memenuhi ruangan.

"Baik tuan besar.., eem..., apa kami harus mengawasi nona juga" tanya orang tersebut takut-takut.

"Hem..", kelopak mata yang sedikit lama tertutup kode persetujuan.

***

Author butuh support ini, caranya gampang

1. Jangan Lupa sedekah Power Stone (PS) setiap hari

2. Masukkan cerita ini ke koleksi kalian ya

3. Beri review yang baik dan positif

4. Komentar positif dan membangun

5. Share cerita ini kepada orang-orang terdekat kalian

Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....

Ingat...

1. Power Stone (PS)

2. Jadiin koleksi bacaan

3. Review ceritanya

4. komen

5. share

Follow ig author untuk dapat info-info terupdate

@pemujakhayalan