Motor dengan lambang sayap mengepak itu memasukki kawasan perumahan. Agak sedikit lucu dan menggelikkan ketika motor yang terbilang sederhana menelusuri ruas jalan perumahan elit itu. Bagi sebagian orang, motor itu tergolong barang mewah, bahkan membelinya harus sistem nyicil. Tapi untuk sebagian yang lain tidaklah demikian.
Beberapa orang yang berpapasan dengan Aluna juga menatap heran. Sejak kapan motor jenis itu berada di lingkungan mereka?. Bukan tak beralasan, pasalnya orang-orang penghuni perumahan semuanya menggunakan mobil. Kalaupun motor, motor yang digunakan yaitu motor sport atau motor sejenis harley. Tapi.., gadis itu....
•
•
Setelah ber meter-meter jalan dilalui, motor berbelok ke arah kiri dan masuk ke dalam halaman rumah bercat putih.
Tapi, entah mengapa ban motor tak lagi terasa kencang, dan setelah Aluna menunduk sedikit, mata dengan pupil hitam mendapati ban dalam kondisi tidak baik. Ban tersebut bocor.
"Aduh ban nya bocor tuh non" Bang Juna, satpam keluarga Akbara tiba-tiba berbicara. Pria berusia 25 tahun itu sedikit tersenyum sopan. Ia bangkit dari tempat duduk di pos lalu berjalan ke arah nona muda. "Bannya bocor tuh non, sini biar saya aja yang perbaiki. Kalo soal ganti ban motor atau mobil saya masih bisa. Kebetulan dulu sekolah jurusan otomotif".
"Hmm..., iya nih kang Jun...sepertinya baru bocor deh" Aluna sekali lagi melihat ke arah ban. Lalu wanita ini mengalihkan pandangan dan menatap Juna, ia pun berkata "Tapi.., tidak ada ban cadangan, gimana jadinya kang?. Aluna bertanya dengan wajah sedikit bingung.
Tit...tit...tit...!!
Kedua orang yang tengah berinteraksi tersebut kaget bukan main. Saking seriusnya, mereka tidak menyadari ada mobil yang masuk. Tentu saja si pengemudi membunyikan klakson, sebab motor Aluna menghalangi jalan menuju pintu garasi. Keduanya pun menoleh ke arah sumber suara.
"Bisakah tidak menghalangi jalan, cepat singkirkan motor itu!" teriak Zaedan dengan kepala sedikit keluar dari jendela mobil.
Aluna dengan panik menepikan motornya. Namun ketika ia mendorong motor, entah kenapa nona muda itu kehilangan keseimbangan yang berakhir jatuh dengan kondisi tubuh tertimpa motor.
Melihat hal tersebut, Juna buru-buru mengangkat motor tersebut lalu mendirikannya. Ia segera membantu Aluna berdiri dan menepi, "Apa ada yang terluka nona?" dengan panik Juna memeriksa setiap bagian tubuh Aluna melalui pandangannya, "Ya Allah..., telapak tangan nona berdarah itu" mata Juna melotot. Lalu ia kembali terkejut dan berkata "Tangan nona terkena ujung plat motor depan yang tajam" dan tanpa keduanya sadari, Juna telah memegang tangan nona muda keluarga Akbara sembari meniupnya pelan.
Aktivitas yang dilakukan kedua orang tersebut membuat pupil mata seseorang melebar dan tatapan menjadi semakin tajam. Orang tersebut merasa dirinya bagai patung atau benda mati yang tak dipedulikan.
Zaedan segera menancap gas dan melaju menuju garasi rumah. Lelaki ini membuka pintu mobil dan menutupnya dengan kasar sampai menghasilkan bunyi dentuman yang cukup keras. Tidak hanya itu, Zaedan juga melalukan hal yang sama. Pintu utama berbahan kayu jati berkualitas ditutup secara keras hingga bu Cici yang berada di depan kaget bukan main. Tindakan Zaedan ini cukup membuat orang yang melihat merasa heran. Sejak kapan anggota keluarga repot-repot menutup dan membuka pintu utama.
Tanpa memperdulikan sekitar, Zaedan bergegas naik menuju kamarnya. Lagi-lagi, pintu kamar juga bernasib sama dengan pintu mobil dan pintu utama. Sungguh miris ketiga pintu tersebut. Menjadi korban kebrutalan.
***
Di sisi lain, Aluna masih sibuk mengurus lukanya di pos satpam. Perempuan ini mengobati lukanya sendiri. Sedangkan Juna sudah pergi menggunakan motor sport nya untuk membeli ban motor. Yah jika ada yang bertanya mengapa satpam memiliki motor sport. Jawabannya ialah motor sport ini merupakan milik Zaedan yang diberikan kepada Juna sekitar 1 tahun yang lalu. Motor itu digunakan Zaedan ketika masih duduk di bangku menengah atas.
"Sebaiknya aku masuk, tidak enak juga berada di post satpam lama-lama" Aluna bergumam sembari merapikan kotak obat dan menaruhnya kembali.
***
Dada bidang itu masih naik turun tak beraturan, wajah memerah dengan tatapan mata tajam. Tampak sekali menahan amarah.
Ketika telinga menangkap gelombang suara yang dihasilkan dari ketukkan pintu. Emosi sudah sampai di klimaks. Jika saja itu bom, mungkin sudah meledak.
"Masuk juga akhirnya...ku kira kau sudah lupa masuk ke kamar ini" suara yang dihasilkan sama sekali tak enak didengar, "Kenapa masuk!. Sudah puas kelayapan nya!" sergah Zaedan.
"Maaf kang...em..siapa yang kelayapan?, saya pulang tepat waktu kok" jawab Aluna dengan suara pelan.
"Cih..!, selain suka membawa sial, ternyata kau juga suka berlagak bodoh ya!, atau jangan-jangan kau memang bodoh!" sindir Zaedan.
Aluna hanya diam. Perempuan ini sangat malas untuk terus-terusan berdebat. Rasanya selalu ada saja yang dipermasalahkan jika bertemu suaminya itu.
"Kau selesai sidang pukul 11.20 kan?, lalu mengapa baru sampai jam segini?, dari mana saja kau?" pertanyaan yang bertubi-tubi itu disampaikan Zaedan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Aluna.
Mendengar hal tersebut, Mata Aluna melebar. 'Mengapa kang Zaedan bisa tau?' pikir Aluna.
"Kenapa?!, kau terkejut?!. Heh..." Ada seringai tipis di wajah. "Kau lupa siapa aku?!..., katakan kemana kau pergi setelah itu?" tanya Zaedan, kini matanya sudah menatap penuh Aluna.
"Emm..., saya pergi makan sebentar dengan Riko..,em...,lalu saya pergi ke toko sebentar" Aluna berbicara sedikit gugup, "Teman-teman sedang mencoba membuat tartlet dengan inovasi baru kang" Aluna menimpali.
"Lalu tadi apa yang kau lakukan dengan satpam di bawah!, kau ingin berbuat serong di sana!, mau mengotori rumah ini, iya!" lagi suara Zaedan naik satu oktaf.
"Hah...." Mata Aluna kembali melebar, bahkan mulutnya pun sedikit terbuka. Apa yang ia dengar, Zaedan tidak salahkan mengatakan hal tersebut. "Astagfirullah kang, bicara apa sih..., kalo berbicara itu tolong jangan sembarangan dan jangan selau pakai emosi" Aluna sedikit kesal dibuat Zaedan. Bisa-bisanya dia tuduh seperti ini, bahkan orang yang menuduhnya suami sendiri.
"Alah..!!, sudahlah jangan berkilah!, kalau bukan berbuat yang tidak-tidak lalu kenapa kau betah sekali di dalam post satpam, jangan kau kira aku tidak tau ya..." Sekarang senyum mengejek dan merendahkan yang disuguhkan lelaki ini.
"Saya di post satpam hanya mengobati luka kang.., lagian kang Juna juga pergi tak lama saya duduk di situ. Kang juna pergi membeli ban motor karena motor saya bocor" Aluna kembali membela diri.
"Oh...kang Juna ya..!!, cih..!! bahkan kau sekarang memanggilnya dengan sebutan yang sama kepada ku. Kau membandingkan aku dengan satpam kecil itu iya!. Aku tak selevel dengan dia kau tau!" Zaedan semakin marah, bahkan sekarang ia seperti orang kesetanan.
Aluna yang melihat Zaedan seperti itu semakin bergidik, takut sekaligus merasa was-was.
"Jangan panggil dia dengan sebutan yang sama dengan diriku. Aku tak sudi!" Zaedan kembali berteriak. Bahkan urat-urat di leher timbul dan terlihat jelas di mata.
"Kenapa akang jadi semarah ini?, akang lupa dengan perjanjian kita untuk tidak mencampuri urusan pribadi dari kedua pihak?, kenapa akang jadi mengekang saya untuk pergi kemana dan dengan siapa. Lagi.., kenapa akang jadi mempermasalahkan sesuatu dan mengatur saya untuk menyapa orang lain dengan sebutan apa" nafas Aluna terengah-engah, ia merasa energinya semakin menipis hanya untuk meladeni tingkah absurd dari suaminya itu.
'Apa hamba berdosa ya Allah telah berkata kasar dengan suami sendiri' batin Aluna.
Mendengar tutur kata terakhir dari istrinya, Zaedan bungkam. Meski amarah di hati masih membara dan rasa yang awalnya kesal menjadi emosi masih tersisa. Akan tetapi mulutnya seketika seperti dikunci dan tak mampu membalas.
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah Power Stone (PS) setiap hari
2. Masukkan cerita ini ke koleksi kalian ya
3. Beri review yang baik dan positif
4. Komentar positif dan membangun
5. Share cerita ini kepada orang-orang terdekat kalian
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....
Ingat...
1. Power Stone (PS)
2. Jadiin koleksi bacaan
3. Review ceritanya
4. komen
5. share
Follow ig author untuk dapat info-info terupdate
@pemujakhayalan