'Katanya sakit kepala, tapi kok bisa bersikap santai seperti ini?'. Batin Aluna
"Kenapa..? masih ingin pergi keluar?" Zaedan menaikkan sebelah alisnya.
"Hah..?, eh,..ti..ti..tidak kang. Saya akan tetap di sini" Aluna mengusung senyum hangat. "Setelah ini akang mau apa..?, mungkin perlu sesuatu?, oh atau mungkin akang perlu minum obat supaya sakit kepalanya segera reda" ucap Aluna panjang lebar.
Mendengar kata 'Obat' membuat Zaedan sedikit terusik. Setelah selesai sarapan, lelaki itu kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
"Aku tak butuh apa-apa. Em.., aku butuh kau pijitan kepala ku hingga aku tertidur" Zaedan sudah siap dengan posisi tengkurap.
"Baiklah, tunggu saya membersihkan sisa sarapan kita dulu ya kang" Aluna hendak mengambil peralatan bekas sarapan, tapi kegiatannya terhenti tatkala suara Zaedan kembali terdengar.
"Sudahlah.., biarkan saja itu di urus bi Aini atau bi Jum" jawab Zaedan tanpa merubah posisi sedikit pun. "Ayo cepat laksanakan perintah ku tadi, bukankah mengurus suami adalah kewajiban mu sebagai istri?, terlebih saat suami sakit seperti ini" ujaran ini keluar begitu santai.
Aluna semakin dibuat pusing dengan tingkah laku Zaedan. Apakah pria ini memang manusia dengan kepribadian aneh?, sebentar- sebentar marah, sebentar-sebentar dingin, eh sekarang malah terkesan manja. Aluna malah geli melihat Zaedan yang seperti ini.
Aluna naik ke atas kasur. Jari-jari mungil itu memijat lembut kepala dengan rambut sedikit kecokelatan. Dari atas sana Aluna dapat melihat Zaedan sangat menikmati pijatan tersebut. Lagi.., Aluna membulatkan mata, gadis ini baru sadar sejak kapan Zaedan mau disentuh. Biasanya jika berdua begini paling anti.
"Kang..., ayo minum obat dulu" pinta Aluna.
"Hem..." mata hazel tetap tak mau membuka.
"Minum obat dulu kang, baru istirahat lagi" Aluna masih berusaha membujuk.
"Berisik...!".
Setelah kalimat bernada tak suka itu keluar, tak ada lagi percakapan di antara keduanya. Aluna masih saja memijit kepala sang suami. Meski jari jemari itu sudah terasa pegal, namun tubuh enggan untuk menyudahi. Bukan karena apa, sebab takut ada yang kembali mengamuk.
***
Di lorong rumah sakit ada yang duduk menunggu seseorang. Raut wajah bosan sudah tampak jelas di wajahnya. Sesekali mata menatap layar ponsel, seperti menunggu panggilan atau balasan dari seseorang.
"Kemana sih..." ada yang menggeram kesal.
"Harusnya sudah sampai, apa ada masalah di jalan ya?" dia bertanya pada dirinya sendiri.
"Huh...., angkat dong teleponnya, atau balas pesan ku" dia semakin mengeluh. Mungkin sudah terlalu lama menunggu. Sudah seperti judul lagu saja.
•
•
"Aluna...., Aluna...?" pandangan mata menyapu seisi ruangan. Namun tak satu pun manusia terlihat. Terlebih lagi orang yang dicari. Kemana dia?.
"Aluna...." suara kian mengeras, dan tak lama kemudian pintu terbuka. Tampaklah sosok yang dicari-cari tengah membawakan cemilan berupa beberapa puding buah yang terlihat segar.
"Dari mana saja..?" yang bertanya mengusung raut wajah cemberut seperti sedang merajuk. Benarkah ini Zaedan?, pikir Aluna. Kenapa menggelikkan sekali.
"Dari dapur kang, lihatlah Aluna membuatkan akang puding buah supaya badan akang lebih enakkan" jawab Aluna.
"Hemmm..." Zaedan hanya membalas dengan nada malas.
"Aku mau satu.." katanya tanpa beranjak sedikit pun dari posisinya. Masih terbaring malas.
"Sini kang duduk.." Aluna sudah berada di sofa.
"Bawa ke sini..., aku mau makan di sini saja..".
'Apa..? dia hanya sakit kepala kan?, bukan lumpuh?' batin Aluna.
"Apa lagi yang kau tunggu...!. Ck..!, kau ini, melayani suami saja setengah-setengah" ada senyum sinis dari Zaedan.
"Baik kang.." Aluna bergegas membawa puding tersebut menuju tempat di mana Zaedan berada. Sebaiknya diam dan lakukan apa saja yang ia inginkan ada langkah yang paling tepat.
Setelah Aluna duduk di tepi kasur tak jauh dari Zaedan, Aluna dibuat canggung. Pasalnya dia bingung untuk melakukan apa. Jangan bilang dia disuruh untuk melihat Zaedan menghabiskan puding itu tanpa melakukan apa-apa. Oh tidak...
Melihat Aluna yang duduk dan kelihatan tak nyaman, Zaedan menaikkan alisnya. Lalu pria itu membuka suara, "Suapin aku, tangan ku terasa berat untuk diangkat".
Duarr.....!!
Lagi..., Aluna dibuat terheran-heran. Apakah ini benar-benar suaminya yang dingin itu?. Ya, Aluna tau Zaedan memang aneh. Tapi kali ini..?, Hah.
Saat Aluna tengah menyuapi Zaedan beberapa potong puding. Sang suami kembali berbicara, "Kau pernah pacaran..?" lagi Aluna hanya menahan nafas kala mendengar pertanyaan Zaedan yang tak biasa. Ada apa dengan pagi hari ini.
Melihat Aluna yang tak merespon membuat Zaedan menggeram, "Hei...!, aku bertanya kepada mu..., apa begini didikkan orang tua mu..!" dan seketika kalimat pedas kembali terlontar. Padahal sebelumnya sudah sedikit pudar.
Aluna hanya jengkel dalam hati. Namun langsung ia buang perasaan tersebut. Gadis itu memandang lelaki yang tengah berbaring lalu berucap "Saya tidak punya pacar kang..., takut tidak fokus sekolah kalo mikiran hal begituan. Kasian abah sama ambu juga" jawab Aluna sendu, mana Zaedan tau jikalau Aluna merindukkan seseorang. Seseorang yang selalu ia tunggu kehadirannya kembali.
Melihat Aluna yang menjadi murung membuat Zaedan sedikit heran dan merasa curiga. Ada apa dengannya?. Apa pertanyaannya yang membuat gadis itu murung seketika?. Begitulah hipotesa Zaedan.
Setelah itu suasana kembali hening. Namun Zaedan tak ingin suasana menjadi seperti itu. Ia pun kembali bersuara, "Tapi...kau pernah menyukai seseorang?" tanya Zaedan pelan.
Aluna yang tidak terlalu fokus hanya mengangguk. Hal itu membuat bagian dada Zaedan berdenyut tak karuan. Ada apa dengan dadanya. Kenapa rasa jengkel dan merah kembali menerpa.
Tanpa mereka sadari aktivitas mereka sudah layaknya sepasang suami istri pada umumnya. Tidak ada rasa canggung. Entahlah mereka lupa dan tak menyadari perubahan suasana yang ada. Mereka terlibat obrolan-obrolan ringan.
Ucapan demi ucapan terlontar dari bibir masing-masing. Hingga pada akhirnya Aluna bertanya untuk kesekian kalinya, "Akang pernah punya pacar?" tanya Aluna, bahkan gadis itu bisa santai dalam bertanya hal tersebut.
"Pernah..dua kali malahan" dan Zaedan yang tengah dipijit punggungnya oleh Aluna menjawab dengan nada santai pula. Puding yang tersedia sudah dilahap habis oleh Zaedan. Bahkan Zaedan berencana untuk meminta Aluna membuatkan kembali untuk dirinya.
"Tapi....mereka menghianati ku" setelah terjeda puluhan detik, Zaedan kembali melanjutkan. "Rebecca....Gresya..., ah..! sama saja" Zaedan kembali merasa kesal ketika mengingat betapa bodoh dirinya ditipu oleh makhluk bernama wanita.
Aluna hanya mendengarkan ocehan Zaedan tanpa mengerti sepenuhnya. 'Rebecca...Gresya..siapa mereka?, atau mungkin mantannya kang Zaedan?' pikir Aluna.
"Tadi kau bilang kau pernah menyukai seseorang" kini Zaedan membalikkan badan nya. Lelaki itu bisa dengan jelas melihat wajah istrinya dari bawah.
Aluna mengerutkan dahinya, "Kapan saya bilang pernah menyukai seseorang?" Aluna malah bertanya balik.
"Tadi waktu aku bertanya kepada mu kau menganggung, bukankah itu berarti kau pernah suka dengan seorang pria?. Katakan siapa pria itu..?, dan apakah kau masih menyukainya?, apakah dia tau kau menyukai dirinya?" pertanyaan yang bertubi-tubi itu membuat Aluna bingung. Zaedan semakin tidak sadarkan diri jika apa yang dilakukannya sangat aneh dan menggelikkan.
"Apa semua itu penting untuk kang Zaedan..?" satu kalimat tanya tersebut spontan membuat logika Zaedan kembali berfungsi.
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah Power Stone (PS) setiap hari
2. Masukkan cerita ini ke koleksi kalian ya
3. Beri review yang baik dan positif
4. Komentar positif dan membangun
5. Share cerita ini kepada orang-orang terdekat kalian
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....
Ingat...
1. Power Stone (PS)
2. Jadiin koleksi bacaan
3. Review ceritanya
4. komen
5. share
Follow ig author untuk dapat info-info terupdate
@pemujakhayalan