Bersamaan dengan ekstasinya.
Pohon-pohon di sekitar mulai bergoyang lagi berbunga dengan riang, seperti semacam persetujuan tak terucapkan.
Dan saat ini, satu persatu muncul bunga-bunga eksotis hitam dari pohon-pohon itu.
Bunga eksotis hitam itu muncul dengan cepat, bermekaran dengan cepat, namun itu di lakukan secara menakjubkan dan indah.
Meskipun demikian.
Nurul yang sudah lama telah kembali menjadi tenang, benar-benar tidak menyadari keanehan di sekitarnya ini.
Melainkan, pada saat ini.
Nurul mengalami kelelahan fisik dan mental, yang entah bagaimana terasa secara tiba-tiba.
"Tubuh ini... Apakah begitu lemah?"
Dan hal itu membuat Nurul bertanya-tanya, tentang kondisi tubuh yang dia dapatkan melalui alat rusak ini.
Karena jika dia ingat, dia tidak melakukan sesuatu yang berat dan berlebihan, kecuali...
Berteriak!
Benar, Nurul curiga bahwa teriakan tadilah yang memicu kelelahan pada dirinya saat ini.
Dan setelah memahami hal itu, dia hanya bisa mengungkap satu kalimat untuk tubuh barunya ini.
"Dasar payah! Padahal hanya berteriak sebentar saja, loh!"
Pada saat ini, di dalam hutan yang sunyi.
Seorang gadis kecil menghentak-hentakan kaki kecilnya ketanah beberapa kali, sambil mengoceh mengulangi kata-kata "dasar payah!" dengan penuh emosi!
Dan setelah beberapa kali gerakan. Nurul merasa lebih lelah. Dan oleh karena itu, dia berhenti menghentakkan kakinya.
Namun, badan Nurul saat ini di penuhi oleh keringat, akibat dari beberapa tindakan sebelumnya.
Dengan begitu dia mengusap keringat di sekitar dagunya dengan tangan kanannya.
"Huh. Keringat ini sangat tidak nyaman!"
Walaupun Nurul ngomong seperti itu, dia secara alami tidak merasa terganggu oleh keringatnya yang harum ini.
Tetapi, berbeda pada mentalnya yang masih terbiasa dengan tubuh sebelumnya.
Maka dari itu, Nurul ingin menghilangkan keringatnya sesegera mungkin.
"Pertama-tama ayo pergi mencari air bersih dulu. Dan setelah menemukan air bersih. Baru bersihkan tubuhku yang lengket ini!"
Setelah mengatakan itu. Nurul menarik nafas dalam-dalam udara segar di hutan ini, dan kemudian menghembuskannya dengan lega.
Dia melakukan ini agar meredakan kondisi lelah yang sedang di alami.
Atau pun meredakan keringat, yang saat ini terlihat jelas, bercucuran deras, di wajahnya yang cantik ini.
Ngomong-ngomong, soal keringat pada tubuhnya ini.
Nurul sempat berpikir bahwa ada yang salah dengan suhu dalam tubuhnya.
Karena bukankah sebelumnya dia merasa kedinginan?
Tetapi sekarang menjadi terasa panas, cuman akibat beberapa tindakan yang di lakukan oleh Nurul.
Apakah itu karena cahaya panas dari Kakek tua itu, yang menyatu kedalam tubuh Nurul?
Ataukah mungkin karena tubuh Nurul yang terlalu lemah?
Meskipun tidak demikian.
Nurul tidak akan berpikir bahwa, itu karena suhu udara hutan ini yang tiba-tiba berubah sedimikian rupa.
Hingga mempengaruhi suhu badan Nurul secara drastis.
Tetapi untuk saat ini.
Nurul ingin meninggalkan hutan ini terlebih dahulu, yang di nilai sebagai langkah awal hidup di dunia Dunglord ini!
Dan setelah itu, baru mencari air bersih untuk membersihkan keringat dari tubuhnya dengan santai.
"Oke, untuk langkah pertama. Aku harus mencari jalan keluar dari dalam hutan ini. Tapi, jalan kearah mana yang harus aku ambil sekarang...?"
Dengan bodohnya seorang gadis kecil sendirian melirik sekelilingnya, sembari memutar tubuhnya secara perlahan, di dalam hutan yang sunyi.
"Ah!! Terserah, jalan lurus saja!"
Nurul berteriak dengan tidak pasti.
Itu karena Nurul mengetahui bahwa yang ada di sekelilingnya itu.
Hanyalah, barisan pohon yang rapih persis sama, tanpa perbedaan yang mencolok sedikit pun.
Akibatnya dia hanya bisa memilih berjalan lurus saja, tanpa pikir panjang lagi setelahnya.
Dan kemudian dengan semua itu, dia mulai menggerakan kaki kecilnya secara kuat.
Pada saat ini.
Langkah kaki pertamanya di dunia lain ini telah di mulai, walaupun langkah awalnya sempat tersandung oleh akar pohon.
Kemudian, pada saat setelah gadis kecil itu pergi.
Pohon-pohon di sekitar kembali menari dengan lebih meriah di bandingkan pertama kali.
Dengan begitu, konon katanya pada area yang mencakup semua pohon, yang menari itu, telah berubah dengan sedemikian rupa.
Dan itu juga telah menjadikan area tersebut, menjadi satu-satunya area dengan bunga bermekaran.
Paling banyak, paling hidup, dan paling luar biasa di seluruh wilayah hutan.
Namun, itu semua tidak terlepas dari kontribusi tanpa sadar oleh seorang gadis kecil.
Yang mungkin sekarang ini dia mengalami kesengsaraan pada dalam perjalanannya.
Pada saat ini, jauh di dalam hutan yang sunyi.
Terdapat seorang gadis kecil yang berkeliaran tanpa arah.
Dengan tujuan yang tidak jelas.
Dia terus melangkah sedikit demi sedikit, melewati pepohonan, sambil menyenandungkan kata demi kata yang sama.
"Terus berjalan, terus berjalan, terus berjalan, terus berjalan..."
Hingga beberapa jam berikutnya.
Pada saat ini, bergema bunyi perut kosong di dalam hutan yang sunyi dan gelap.
Dan ketika ini, terlihat seorang gadis kecil memegang erat perutnya yang kosong, di bawah redupnya cahaya malam.
Dengan nampak wajah yang begitu menyakitkan.
"Uh. Aku sangat lapar..."
Nurul dengan tangan gemetarnya hanya bisa berbicara dengan suara pelan.
Tetapi, meskipun kondisinya buruk karena di terjang secara parah oleh kelelahan dan kelaparan.
Dia masih dengan tekadnya yang kuat, tetap berjalan selangkah demi selangkah.
Dalam di mandikan oleh keringat yang bercucuran dengan sangat deras.
Sampai-sampai punggungnya telah menjadi begitu basah.
Dan itu semua demi bisa meninggalkan hutan yang sunyi dan gelap ini, karena langit sudah kehilangan cahayanya.
Akan tetapi.
Manusia tetap ada batasnya.
Dan ini juga masih merupakan tubuh seorang gadis kecil yang belum genap 14 tahun.
Jadi, selang beberapa langkah.
Nurul jatuh tersungkur kedalam semak-semak dedaunan.
(S-Sial...! bukankah tubuh ini terlalu lemah? Baru beberapa jam berjalan saja sudah hampir sekarat begini!)
Nurul sangat kecewa dengan tubuh yang di dapatnya, lemah dan tidak berguna selain penampilannya.
Berbaring tidak berdaya sampai tidak bisa menggerakkan tubuhnya lagi.
Dan itu membuat Nurul memikirkan sebuah pertanyaan ngeri.
(Apakah aku akan mati lagi? Mati seperti ini...)
Ketika ucapannya akan berakhir.
Pada saat itu juga, Nurul mulai menutup matanya secara perlahan menuju kegelapan.
Beberapa jam yang lalu, sebelum Nurul jatuh kedalam kondisi sekarat.
Gerbang atas, lantai 2 : Zona aman dan tersesat. Dungeon tingkat rendah, Airis.
Pada saat ini, sebuah regu dari lantai 1 yang beranggotakan 4 orang, telah datang melewati gerbang atas, lantai 2 Dungeon.
Regu itu lalu bergerak dengan penuh semangat.
Menuju barisan pohon berwarna ungu suram, yang ada di hadapan mereka di dalam lantai 2 Dungeon ini.
Dan ketika dalam perjalanannya, sang Kapten regu tiba-tiba menghentikan regunya.
Mengetahui bahwa sang Kapten ingin memeriksa peta hutan di depan mereka untuk beberapa waktu.
2 orang di belakang sang Kapten dengan cepat, meminta izin untuk menjelajahi sekitarnya.
Mengabaikan 2 orang di belakangnya yang telah dengan cepat, bergegas untuk melihat ke sekitarnya.
Setelah memberi restu, sang Kapten mulai berbicara kepada seorang pria berambut cokelat.
Dan bertubuh pendek, sekitar 155 cm, yang berdiri tepat di sampingnya.
"Nah, sekarang Fred. Tolong berikan peta hutan itu kepadaku. Agar aku bisa memimpin regu menuju lantai 3 tanpa tersesat di dalam hutan itu."
"Baik, Kapten!"
Fred menjawab dengan segera setelah mendengar permintaan Sang Kapten.
Dengan cepat, dia langsung mengambil peta hutan itu dari ranselnya.
Dan kemudian secara hormat memberikan petanya kepada Kapten di sisinya.
Sang Kapten lalu menerimanya dengan baik, dan mulai melihatnya serta mengamati peta hutan itu secara teliti.
Dalam kurun waktu semenit, sang Kapten pada akhirnya selesai memahami isi petanya.
Dan setelah itu, dia mengembalikannya kepada Fred.
"Simpan kembali peta ini, Fred."
"Ya, Kapten!"
Dalam beberapa detik Fred melakukan perintahnya dengan rapih.
Pada saat yang sama, sang Kapten telah membuat sebuah keputusan.
Tetapi, keputusan itu membuat dirinya bergerak.
Menatap kepada dua orang kembar perempuan berambut pirang, yang berada di belakangnya ini secara diam-diam.
Sedangkan dua pirang di belakangnya yang saat ini telah lama bergerak aktif.
Memandang di sekelilingnya dengan sangat takjub.
Tidak berlangsung lama, sang Kapten kemudian menarik kembali tatapannya dari dua pirang itu secara halus.
Fred yang menemukan tindakan sang Kapten hanya berpura-pura tidak melihat.
Pada saat ini, Kapten merasa tidak perlu membuang banyak waktu lagi, karena sudah saatnya kembali bergerak.
Jadi, dia dengan keras memanggil dua pirang di belakangnya yang berada sedikit jauh darinya.
"Hei, Selina! Rosaliya! Tolong kalian berhenti melihat-lihat. Kemarilah mendekat, dan dengarkanlah keputusanku!"
Mendengar Kapten memanggil mereka berdua, mereka berdua pun dengan cepat berlari kembali kebarisan regu.
Melihat dua pirang sudah kembali kedalam barisan regu, Kapten pun melanjutkan sambil menunjukkan jarinya kearah hutan.
"Baiklah, semuanya! Dengarkan aku baik-baik. Kita akan pergi kearah sana. Karena rute disana tanpa ada lika-liku yang berarti, dan terlihat sangat mudah di lalui. Kalian mengerti?"
"Ya, Kapten!!!"
"Nah, jadi mari kita mulai meneriakkan semangat berpetualang pertama kita, untuk menjelajahi dungeon ini. Kalian sudah siap?"
"Ya, Kapten!!!"
"Baik! Kalian, mana suaranya?!"
"Oh...!!!"
Fred berteriak sambil menjulurkan tangan keatas dengan semangat paling kuat.
Yang disusul oleh Selina dan Rosaliya di belakangnya.