Sementara di sisi lain kelompok yang dimaksudkan Nurul.
Pada beberapa saat yang lalu, mereka menyiapkan tempat untuk beristirahat.
Dan menyalakan api unggun sebagai cahaya penerangan dalam gelapnya malam.
Mereka lalu duduk bersama dan membuka persediaan seperti air, daging kering, dan roti kering.
Namun saat ini, ketika mereka sedang asik mengobrol dan menikmati makanan kering, atau lebih tepatnya terpaksa.
Tiba-tiba, sebuah suara gemerisik sesuatu yang berat jatuh di atas tumpukan daun, dan suara ini terdengar mengejutkan mereka berempat.
"Hm?" Pria paruh baya berwajah tato bergaris adalah yang pertama bereaksi terhadap situasi saat ini.
Dan tiga orang di belakangnya secara serempak mengikuti setelahnya.
"Eh, apa?"
"Apa, apa?"
"Apa itu?!"
Mereka semua terkejut dengan suara yang tiba-tiba di sekitar dekat mereka ini.
Melihat bahwa tidak ada gerakan lebih lanjut dari sekitar mereka.
Maka dari itu pria paruh baya yang paling tenang, langsung memberi perintah kepada wanita berambut pirang yang duduk tidak jauh darinya.
"Hei, Rosaliya. Periksa sekitar kita dengan kemampuan persepsi anda. Dan temukan apa itu tadi."
"Ah ya, di mengerti, Kapten."
Dengan cepat Rosaliya bangkit dari keterkejutan setelah di beri perintah oleh Kapten.
Dan lalu kemudian dia mengaktifkan kemampuan persepsinya dengan tenang.
"Persepsi Udara."
Kemampuan Persepsi Udara adalah kemampuan sihir yang berasal dari elemen angin.
Yang membuat pengguna merasakan segala hal, yang bersentuhan dengan energi sihir anginnya dalam jangkauan tertentu.
Saat ini dengan Rosaliya sebagai pusatnya, menghantarkan gelombang angin halus.
Namun, sangat cepat, dan itu menyebar kesegala arah hingga 50 meter jauhnya.
Setelah beberapa saat, akhirnya Rosaliya merasakan sesuatu yang familiar tapi asing.
Karena itu lembut bertekstur kulit manusia, tapi bentuknya kecil.
Yang sebagian besar di halangi oleh kain lusuh juga kasar, dan terus ada helai rambut panjang yang agak kasar.
Dan dengan hal ini saja, sudah dapat di pastikan sebagai sosok anak kecil yang sepertinya masih seorang gadis pula.
(Oh, sungguh gadis yang malang.)
Rosaliya menghela nafas dalam hatinya.
Setelah memastikan gadis itu sepertinya dalam keadaan pingsan, karena tidak ada gerakan tetapi masih bernafas.
"Aku menemukannya!"
Rosaliya tiba-tiba berseru dengan keras.
"Dimana dan apa yang kau temukan, Rosaliya?"
Kapten yang telah menunggunya segera merespon.
"Dimana, dimana?"
Kedua rekan lainnya juga ikut bertanya-tanya setelah memahami situasi.
"Itu berada di belakang Selina, dan itu adalah..."
Jelas Rosaliya, namun kata-katanya terhenti di akhir kalimat, karena dia merasakan gadis itu bergerak sedikit.
"Itu adalah ... Apa?"
Semua orang menunggu ucapan Rosaliya selanjutnya, dan tidak sabar ingin mengetahuinya.
Tetapi, mereka semua melihat Rosaliya bergegas lari melewati Selina menuju kegelapan hutan.
Tanpa mengucapkan satu patah kata pun, dan mengabaikan mereka semua.
Dan hanya meninggalkan angin yang berantakan, di sekitar mereka bertiga.
"Ini..."
Mereka bertiga tidak bisa berkata-kata terhadap tindakan Rosaliya sekarang ini.
Mereka berpikir ada apa dengannya?
Apakah dia tidak kuat menahan buang air kecil atau mungkin besar?
Dan tidak bisa mengatakannya?
Yah, apapun itu, mereka hanya bisa menunggunya kembali.
"Hah, biarlah. Mari kita tunggu sebentar."
Kapten menghela nafas sedikit setelah merasakan Rosaliya berhenti sedikit jauh darinya.
Jika terlalu lama, mereka akan bergerak menyusulnya.
Namun, tanpa di duga ada satu orang yang merasa canggung saat ini yaitu Selina.
Karena hanya dia wanita seorang dengan dua pria dewasa di dekatnya, dan untuk mereka baru berkenalan.
Beberapa waktu lalu, sebelum kebetulan membentuk sebuah regu pemula untuk menjelajahi Dungeon.
Meski tenang dipermukaan, tapi panik di dalam.
Selina hanya bisa menyakinkan dirinya sendiri, bahwa mereka merupakan rekan setimnya berulang kali di hatinya.
Jika Selina bisa, dia ingin menyusul Rosaliya, akan tetapi dia tidak bisa bergerak di kegelapan malam.
Sama seperti dua pria rekan setimnya, atau seperti itulah yang di pikirkannya
Namun, kebenarannya hanya dua pria itulah yang tahu.
Yang saat ini mereka diam menunggu Rosaliya, atau entah sedang menunggu sesuatu yang lain.
Beberapa saat kemudian, Rosaliya kembali keregu dengan kedua tangannya penuh dengan bawaan.
Pada saat ini, roda berputar mundur kebelakang, dan kembali membalikkan waktu, jauh sebelum reinkarnasi dimulai.
Tangerang, Indonesia.
"Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin, ingin banyak sekali~ Semua, semua, dapat di kabulkan, dapat di kabulkan dengan punya banyak duit~ ... Aku ingin terbang bebas di luar angkasa~ Hei, dari mana duitnya! La, la, la, aku ingin sekali~ ... Punya duit~"
Akhir kalimat pada sebuah lagu ciptaan dari seorang manusia bernama, Nurul Irianto.
Seorang remaja biasa-biasa saja, berumur 15 tahun yang dapat ditemukan dimana saja.
Lahir dari keluarga kecil sangat biasa, dan dari bayi tumbuh sendirian hingga dewasa, di panti asuhan milik pemerintah akibat kasus penjualan anak.
Hidupnya semuanya terbilang biasa saja, sampai pada suatu hari yang cerah di pedesaan.
Nurul berjalan pulang dari sekolah, dan ketika itu Nurul melewati sebuah persimpangan jalan yang cukup sepi.
Hingga Nurul melihat sebuah truk melaju kencang tidak terkendali.
Menuju kearahnya seperti banteng mengamuk yang gagal menemukan targetnya.
Tanpa melihat lampu merah yang menyala.
"Apa-apaan dengan truk itu, ingin menabrakku?!"
Nurul yang menyadarinya, dengan cepat berlari ketepi sisi jalan agar terhindar dari hantaman truk itu.
"Huh, tidak semudah itu!"
Nurul mencemooh tindakan sia-sia truk itu, setelah truk melewatinya sampai menghantam tiang tidak jauh darinya.
Bahkan ada adegan dimana roda truk menggelinding melewatinya dengan lambat.
Akan tetapi.
Sebelum menghela nafas panjang, Nurul di kagetkan oleh deru truk di belakangnya saat ini.
Tanpa pikir panjang lagi dia memanjat tiang di dekatnya, dan berharap tiang ini sangat kokoh.
Benar saja, tidak lama kemudian sebuah benda beratnya berton-ton, membentur tiang tempat Nurul naiki saat ini.
Tiang ini pun bergetar dengan keras, yang menyebabkan kebengkokan delapan derajat, dan hampir membuat nurul terlepas.
Merasakan hal ini, Nurul sempat berpikir bahwa lebih baik tadi dirinya lari kesamping saja dibandingkan memanjat tiang.
Tetapi jauh di dalam hatinya membayangkan, bahwa itu akan menjadi lebih buruk dari yang sudah terjadi sekarang ini.
Sebab Nurul merasa truk ini sangat mengincar diri sendirinya.
"Kenapa ini... Kenapa yang mengejarku bukan seorang wanita, sih! Malah yang mengejarku truk-truk sialan ini, brengsek!!"
Nurul tidak terima dengan kemalangannya yang menimpanya hari ini, dan hampir membunuhnya dengan tragis.
Namun, tidak berlangsung lama, Nurul mengingat sesuatu yang akan terjadi kepadanya nanti.
"Aduh, merepotkan."
Nurul mengerutkan kening, hingga beberapa jam berikutnya.
Halo, ini Nurul Irianto.
Nurul saat ini sedang berada di dalam kamarnya, setelah sebelumnya menjadi seorang saksi di Kantor Polisi.
Akibat terlibat dalam kecelakaan yang ajaibnya tidak ada korban jiwa.
Dan setelah selesai menjelaskannya secara jelas dan semampunya.
Akhirnya Nurul di antarkan pulang sampai kerumah kosannya oleh Pak Polisi dengan motornya.
"Hah, aku lelah sekali."
Hela nafas Nurul yang lelah sambil berbaring di atas kasur.
Dan secara perlahan menutup matanya bermaksud untuk pergi tidur, dan berharap di berikan mimpi yang indah di siang hari bolong.
Tetapi, pada detik berikutnya, dinding di atas kepala Nurul, tiba-tiba hancur di tembus oleh benda beratnya berton-ton.
Apa yang terjadi selanjutnya, mereka semua, menimpa dan menindas Nurul dengan indah.
Dalam berita utama di salah satu stasiun televisi, memberitakan kalau ada sebuah truk yang kehilangan kendali.
Di duga rem blong, dan akibatnya menabrak sebuah rumah di pinggir jalan hingga hancur berantakan.
Di kabarkan sang supir truk selamat.
Namun, sangat di sayangkan ada satu korban tewas di tempat yang masih belum teridentifikasi.
Jenazah masih di otopsi lebih lanjut di rumah sakit terdekat.