Apakah ada bedanya? Kadang memiliki apa yang ada tak membuat diriku bahagia, bagai mana tidak disaat itu aku harus menjaga apa yang ada di dekat ku sekarang, agar tak hilang nantinya.
Apa aku pernah memikirkan perasaan mendalam seperti ini sebelumnya? Entahlah
Kapan aku mulai bersikap dewasa? Desember sebentar lagi usai, artinya tahun baru sudah dekat, hampir sekitar satu minggu dari sekarang, Hiporia taun baru sudah terasa disetiap sudut kota.
liburan semester, selalu aku habiskan bersama dengan dirinya, dan tak lupa aku membantu ibu ku dirumah makan sederhana itu, mengingat kejadian yang telah kami lewati, ia menggenggam tangan ku dengan lembut sembari tersenyum manis, rasanya Desember ini cukup dingin, ya di belahan bumi utara ini sudah memasuki musim dingin dan mungkin sudah turun salju, ya tapi lain hal nya dengan Indonesia, ya... Karena disini musim hanya ada dua, yakni musim penghujan dan kemarau.
semakin bersahaja, aku dan dia tak lepas dari kebersamaan setiap harinya.
ia bagai bunga matahari di musim panas, berkilauan memantulkan panas sinar matahati.
menyadarkan aku dari ketermenungan, ia pun menepuk punggung ku seraya bertanya apa yang aku termenungkan?
aku hanya diam, dan tersenyum padanya.
aku ingin sekali melintasi ruang dan waktu, kembali kepada apa yang dulu, membuat atau mengambil kenangan masa lalu yang berharga, dan menyimpan sebaik-baiknya dalam diriku.
"Ingatan itu seperti kaca, di begitu mudah pecah. walaupun kamu merekatkannya itu masih saja tak benar-benar membuatnya menyatu seutuhnya (kembali seutuhnya.)"
dalam hati ku, aku sungguh merasakan bahwa kamu tak sedikit pun bohong, tentang kita yang memiliki hubungan dimasa lalu.
"Apakah kamu inkarnasi dari kehidupan sebelumnya Raha?"
aku sepontan mengucapkan itu dan bertanya hal yang bodoh kepadanya.
"Tidak, sama sekali tidak. aku tetaplah aku, bukan inkarnasi, hanya saja aku..."
"Apakah sulit untuk mengungkapkan kebenaran?"
ku peluk dirinya, membelai rambutnya, mengatakan kata yang menghibur kepada dirinya.
"Ini pasti akan terulang lagikan? jika demikian bisakah kamu tak menahan diri lagi?" ucapku diselah memeluk dirinya.
matanya yang terpejam seperti menahan untuk tak menangis di pelukan ku.
melihat itu aku pun berhenti memeluknya, mendorong tubuhnya bermaksud untuk melihat wajahnya tepat dihadapan ku, ia mengetahui niat ku itu, dan langsung menghalangi pandangan ku dengan cara menutup wajahnya, melihat itu aku tersenyum seperti ada yang lucu dirinya...
"Aku, A, Aku... ja, jangan menatap ku seperti itu BO, BODOH!"
Aku tak menanggapi perkataan itu, melainkan memegang tangannya bermaksud menyingkirkan tangan itu dari wajahnya, namun aku harus berusaha keras karena ia menolak dengan begitu gigih hingga... perbuatan ku berbuahkan hasil.
"Malu-malu mu ini sungguh membuat aku tak bisa menahan asratku untuk mencium mu."
kata ku dan mulai mendaratkan ciuman di bibirnya.
bibir yang lembut berpadu dengan air liur, aku berciuman dengannya cukup lama entah beberapa lama gerangan...
Saat aku menyudahi itu semua, aku mulai berpuisi singkat, seraya menanyakan dalam puisi tersebut.
"kayu dibakar, api unggun pun jadi.
hangatkan tubuh dan jiwa dalam kesunyian malam.
langit cerah, bintang berbinar.
malam sunyi dengan hampa.
berlalu dalam hati luka.
serpihan kenangan, hilang.
akankah kembali?"
dan langsung ia jawab.
"tepukan guruh nan lembut.
samar bunyi dalam awan mendung,
apakah hujan turun, dan apakah ia masih tetap disisi ku?"