"Jika keberadaan ku adalah sebuah ilusi bagi mu, akankah kamu masih mengingatku?"
langkah kaki mulai berat kurasakan, kebenaran sedikit demi sedikit terungkap, tentang siapa diriku, dan hubungan macam apa yang aku jalani dengan nya di waktu dulu,
"kecelakaan itu hanya sebuah penghilang jejak kan bu?"
ia hanya diam saat aku bertanya diwaktu itu, "Karangan itu Aku sebenarnya tak mengalami kecelakaan Kan bu?"
seberapa keras aku bertanya dan ia juga akan seberapa gigih nya diam atau mengelak pertanyaan ku.
aku masih binggung, saat aku berjalan untuk melarikan diri dari kenyataan ini, dari ibu ku. aku tak sengaja bertemu dengannya, mungkin ia hendak ingin kerumah ku, menemui ku.
Aku pun mengajak ia untuk keluar menemani ku,
sesampainya kami di suatu pantai nan sepi, hemburan ombak, angin pantai nan hangat, bintang dan bulan yang nampak indah, sejenak aku melupakan apa yang barusan ku alami.
"bintang itu indah bukan?"
tanya ku kepadanya, ku lihat ia yang duduk dengan memegang kedua kakinya yang ia tekuk itu, matanya menatap langit yang gelap namun penuh bintik cahaya, lalu aku sambung lagi perkataan ku itu.
"Namun ia sungguh jauh, Cahaya yang kita lihat adalah cahaya yang berusia tua, mungkin saja bintang itu kini sudah sirnah."
mungkin juga hubungan kita sama seperti bintang, yang sagat jauh dan mungkin saja suatu saat aku akan melupakan nya.
"Kamu cantik, kamu sungguh cantik."
ucapku namun aku tak bisa melanjutkan perkataan ku lagi, seperti pita suara ku sudah habis.
mungkin ia tak tau bahwa sekarang aku sungguh tertekan dan sedih ya, karna aku menahan kesedihan ku dihadapannya, ia yang malu-malu dengan perkataan ku barusan sungguh bisa membuat ku tenang, memeluknya adalah pengobat kesedihan ku, terpaksa kali ini aku sembunyikan kesedihan ku,
"Maaf raha kali ini aku yang berbohong."
kata ku dalam hati, sembari tetap memeluk dirinya, pasir putih pantai tempat kami duduk terasa akan menghisap kehidupan percintaan kami.
YA tuhan... Aku selalu gagal!
"Tak lama lagi Tahun baru ya." ucap nya dan menyudahi pelukan itu, tersenyum begitu manis, semanis madu.
"Musim hujan baru akan mencapai puncaknya, mungkin kamu harus membeli payung berukuran berasar, agar kita bisa saling berbagi payung."
tidak musim hujan akan menjadi kenangan pahit bagi mu, karna itu akan kembali lagi.
Bisakah malam ini waktu berhenti?
aku ingin terus bersamanya dimalam ini, aku tak ingin berpisah dan tidur dengan mimpi yang buruk.
"Besok aku akan menjemput mu, dan kita akan membeli terompet, ya... walau pun tahun baru, beberapa hari lagi. bukan besok hehehehe..."
"Mari kita pulang."
ia pun lalu berdiri dan menyelonjorkan tangan nya ke arah ku, membantu aku untuk berdiri, tangan halus itu...
"bisakah kita bergandengan tangan lebih lama?"
pinta ku dan menggenggam erat jari-jari tangan halus nya.
lampu jalan yang temaram, kios-kios dan ruko-tuko mulai bertutupan, menandakan hari mulai larut malam.
pejalan kaki dan pengendara mulai sedikit juga, terotoar yang biasanya ramai dengan pejalan kaki kini begitu lengang, begitu juga jalanan aspal. lampu lalu lintai berkedip-kedip.
"makasih ya udah nganterin aku pulang." ucapnya berterimakasih kepada ku dengan senyum lebar di bibirnya.
"iya... aku pulang dulu ya bye."
Kapan hari itu akan terjadi?