Setiap saat, disetiap waktu berputar, disetiap bayangan mulai mengecil. Aku selalu berada dititik ini, menjenuh dengan kata-kata keputus asaan.
"Aku bahagia denganMu." sekali lagi kalimat itu menggema dalam pikiranKu, "Kamu, Aku terus akan ada disini." Andai menemukan tak membuat suatu keburukan bagi kami berdua, perjalanan yang terus mengulang, untuk menyelamatkan sesuatu, Terus saja berulang. Tak ada sebab akibat dari perbuatan ini, maka dari itu tolong hentikan semua perbuatan keputus asaan ini.
Hujan dibulan Desember, kilatan pertir menyabar-nyambar dibalik awan kelabu, Akankah kebahagian pada akhirnya menghampiri kehidupan kami berdua.
Tak lagi sama, atau tak pernah sama?
itulah yang terus aku katakan kepadanya, ketika aku mulai memikirkan sebuah kalimat ambigu, saat aku mulai menemukan jawaban dari kalimat ambigu itu, aku hanya bisa membisu.
"Aku sangat mencintaiMu, aku sangat MENCINTAI MU!"
kalimat itu, kalimat yang kamu ucapkan tak sekali pun dusta, namun kamu simpan sesuatu dalam kalimat itu, agar aku tak mengetahuiNya.
Saat aku berbicara pada Ibu ku, aku mulai tau sebuah titik terang dari perjalananMu, bagai mana seorang yang seharusnya ku panggil kakak itu, menempuh jalan-nya dengan keterjalan hampir 90°. kamu hanya sedikit orang yang kutemui dengan berangam sifat karakter dalam diri mereka.
Kamu tau, setiap kali kalimat yang kamu ucapkan setiap kali itu pun aku merasakan kesedihan didalam diriku.
Bagaimana keseharian ku saat kamu pergi, bagai mana caraKu untuk menikmati hidup ini tanpa sikapMu.
Kegelapan pasti ada disetiap jalan kehidupan kita.
"Aku akan selalu bersama Mu."
KAMU BOHONG, KAMU BOHONG RAHA!
"Ayo kita melangkah bersama, Tolong jagalah aku."
Kamu mempunyai sisi yang tak aku ketahui.
Seperti apa matahari disaat aku tak lagi bersama Mu.
Akankah ia mulai memudar, atau kah ia akan menjadi lebih terang dan hangat?
entahlah.
Lihat aku, dengan tatapan mata seperti biasanya, jangan ada lagi kecangguan diantara kita berdua.
Bulan Desember sebentar lagi usai, apakah kita akan terus begini?
akankah saat perpisahan nanti, kita akan terus begini Raha?
"Malam ini, bintangnya kurang banyak ya."
Dia begitu cantik, aku tak munafik. Aku mencintainya dengan apa yang ada dalam dirinya. lalu dia bersender dibahuKu, berkata tak tentu arah, aku cuma bisa mendengarkan perkataan yang tak ku ketahui maksudnya itu.
Ciuman yang lembut, atau pun elusan halus dipipinya, aku selalu saja melakukan itu, memainkan rambutnya, atau pun merengkuh pinggang rampingnya itu.
Kata-kata tak bisa aku ungkapkan, seperti apa hari esok dan seterusnya.
"Hari semakin larut, mari pulang." ajak ku kepadanya.
"Bisakah sedikit lebih lama?" pintanya dengan tangan menarik lengan bajuku, aku kembali duduk ditaman itu.
Aku seperti terkurung di dinding transfaran, tanpa tau kapan aku akan bebas.
aku ingin melangkah, namun penghalang menghalangi langkahKu.
sejenak aku tau, bahwa ini batasan dari diriku, aku terus saja meratapi semua ini.
Dengusan nafas hangat kurasa mengenai lehernya, ia mulai melakukan tingkah yang tak wajar, wajah yang semuh memerah itu membuat dirinya menjadi imut.
aku tak tahan lagi, aku mulai menciumi lembut leher ini, ia hanya mendesis seperti ular tanpa bermaksud mencegah diriku.
Aku mulai mencium pipinya, dan bergerak terus ke wajah depan, hingga bibiku bertemu dengan bibirnya.
ciuman yang hangat nan lembut, aku merasakan hal yang indah, mungkin begitu juga ia.