Chereads / BLUE. / Chapter 16 - Bab 16.

Chapter 16 - Bab 16.

Sepasang bola mata begitu lekat menatap lembar soal, dari tadi aku terus menatap lembaran soal itu tanpa bisa menemukan jawaban, apa yang aku pelajari tak satu pun ada yang lekat di soal ini, apa yang harus aku lakukan, menoleh ke teman? Berharap ada yang memberi jawaban?

Entahlah mereka juga sama seperti ku tak bisa diandalkan.

Aku memutar-mutar pensil ditangan, dagu yang ku topang dengan tangan, menatap kosong ke depan.

Aku tak bisa menjawab pertanyaan yang ada di soal ini...

"cap cip cup kembang kuncup."

Begitulah ucap ku dalam hati mencoba peruntungan, saat aku membicarakan ini kepada nya.

Ia terus saja tertawa sembari mengejek ku. Huh...

Aku memang bodoh dalam belajar.

"Baiklah malam ini kita belajar lagi SEMANGAT!" kata ia memberi semangat kepada ku.

"Mumpung masih ada waktu yuk jalan-jalan." Dengan cepat ia menggenggam tangan ku sesudah berkata seperti itu, menyeret ku dengan paksa, membawa ku dengan sedikit berlari, ia menoleh kepada ku dan tersenyum begitu manis.

Aku dan dia tak tau seberapa sering kami menghabiskan waktu di akhir-akhir ini, dikala hujan kami duduk disini bersama dalam kedinginan di bulan Desember, tersenyum manis kepada ku, bercerita tentang apa yang kami alami sehari-hari, dijalan setapak beralas conblok, kami berjalan dengan penuh rasa cinta yang menghiasi nya.

Jalan ini begitu ramai dengan aktivitas orang-orang, kami memutuskan untuk mencari tempat makan di pinggir kota, trotoar, bangku disisi nya begitulah jalan yang kami lalui ini.

"Aaak..." aku tak bisa melakukan itu aku cukup malu namun, bila aku menolak nya pasti ia akan marah, "Huuu..." ku buka lebar-lebar mulut ku.

"Pinter..." ada-ada saja ia, aku tak bisa menahan tawa dari diri ku.

Dimalam hari, ia mengajari ku dengan cekatan ia menjelaskan soal-soal yang aku tak mengerti, hari semakin malam, aku mengantar ia pulang, lampu jalan cahaya bintang dan bulan menemani setiap langkah kaki kami.

Pagi begitu dingin, cahaya mentari masih malu-malu untuk muncul dicakrawala, embun membasahi dedaunan dan kemudian terjatuh.

Waktu terus berjalan, matahari menyapa ku, aku harus bergegas berangkat ke sekolah, sibuk nya kota di pagi ini, suara memanggil menawarkan jajan di pagi hari, orang yang berpakaian jaz dengan cepat berjalan mendahului ku, kota penuh kesibukan di dalam nya, awan menumpuk dilangit, deruan angin panas di hari ini, jam menunjukkan pukul 11:00 waktu nya kami pulang, nampak awan mulai menjadi hitam kilatan cahaya menyambar di balik nya.

"mungkin hujan turun."

Pikir ku dengan agak mempercepat langkah kaki ku.

"Kamu telat."

Kata ia, dengan kaki diluruskan, meminum minuman soda, ia begitu santai menikmati hujan yang mulai turun, aku melangkah mendekati nya, mendekatkan wajah ku ke wajah nya lalu tersenyum kepada nya.

Aku duduk di samping nya, kepala nya yang ia rebahkan di pundak ku, kami menatap hujan yang turun di depan kami, tanpa ada kata kami menikmati semua ini.

"Saat aku berlari dan terjatuh di jalanan, aku selalu berusaha untuk bangkit lagi, luka itu menyakiti ku dengan tertatih-tatih aku melangkah sembari menahan rasa sakit di kaki ku, kadang aku juga berteriak karena tak bisa lagi menahan rasa sakit itu." Ucap nya memejam kan mata Dipundak ku.