Chereads / BLUE. / Chapter 20 - Bab 20.

Chapter 20 - Bab 20.

Seolah-olah aku menarik waktu, kembali lagi pada keadaan yang dulu... Membuat semua berbeda atau masih tetap sama. Aku pikir sejak kehilangan setengah ingatan ku, aku tak akan lagi mendapatkannya, aku tak begitu tahu tentang diri ku

aku hanya mengetahui ingatan masa kecil ku, aku melupakan ingatan yang baru atau yang masih segar ku jalani, melupakan adalah kepahitan bagi ku, tak ada yang bisa aku lalukan untuk mengembalikan ingatan ku, jika aku memaksa untuk mengingat-ingat kepala ku terasa begitu amat sakit. Jika aku mencoba mengingat yang ada hanya kenangan yang begitu samar, seperti kaca jendela di saat hujan, air menempel di kaca jendela dan membuat seolah-olah di balik kaca jendela tersamarkan oleh biasan air yang menempel di kaca jendela itu, begitulah aku menggambarkan kenangan yang ingin ku ingat-ingat lagi.

Sejak saat itu... Aku mencoba menjalani kehidupan baru ku dengan kesukaan yang baru juga, aku mencoba memainkan alat musik, ya... Violin. Aku menyukainya sejak aku melihat betapa anggun nya seorang wanita yang sedang bermain violin yang aku lihat di waktu itu, ia begitu lihai memainkannya, ia begitu cantik dan mempunyai daya tarik yang begitu Waw di panggung, sejak itu aku meminta ibu ku untuk mencarikan aku tempat les musik, awalnya tak  berjalan sempurna, aku begitu tak mengerti dengan partitur, jangan kan partitur memegang violin saja aku salah.

Namun, aku tetap berusaha dan selalu hadir di setiap hari minggu atau kadang di ubah di hari Sabtu sesuai kehendak guru les. Keseharian ku selain sebagai pelajar, aku kerap juga membantu ibu mengurusi rumah makan yang selalu ramai itu dengan pegawai sebanyak 4 orang, belum dapat membuat kesibukan menjadi sedikit berkurang. Masa lalu bagai sebuah lukisan abstrak bagi ku, ingatan ini tak sepenuhnya kembali masih ada samar-samar yang tak begitu ku ketahui.

"Tumben kamu hari ini cantik." Ucapku kepadanya,

"oh jadi sebelum-sebelumnya aku tak cantik..." ucapnya sedikit marah, baru aku sadari bahwa aku salah berkata, aku pun meminta maaf kepadanya. Ia masih saja marah, memalingkan wajah dari ku dengan sedikit bujukan dan mengarahkan wajahnya ke hadapan ku, aku meminta maaf dan memainkan hidungnya.

"jujur... Aku bukannya ingin menyinggung perasaan mu, bagi ku kamu itu cantik dan sangat-sangat cantik, saat kamu lain dari biasanya aku spontan berbicara seperti itu raha, mohon maafkan aku."

Rasanya perjalanan cinta ini mulai melambat dengan daun yang mulai jatuh tertiup angin, ia bersender di dada ku, dan aku memainkan rambut hitam itu. Saat ia diam dan memejamkan mata, aku pun ikut memejamkan mata ku. Dia dan aku selalu seperti ini dikala waktu luang disaat pulang sekolah, di gazebo taman kota penuh kesibukan didalamnya.

"berapa nilaimu?" tanya ia sebelum dia bangun dan menatap wajah ku dengan begitu serius

"masih belum tau, baru saja usai, dan masih ada kelas mitting."

Ucapku dan kembali lagi membaringkan dirinya di pangkuan ku, dan melanjutkan kembali kegiatan ku yakni mengelus-elus rambutnya.

"bukankah besok hari minggu? Bisakah kita pergi ke suatu tempat?" ajak ku.

Hari berganti dan aku mulai bersiap-siap, "maaf aku telat." Ucapnya.

"tak apa." Langit sore yang indah, menemani kami... Menggenggam tangannya di perjalanan itu kami bercerita dan tertawa bersama.