Chereads / BLUE. / Chapter 22 - Bab 22.

Chapter 22 - Bab 22.

Kadang cinta itu mudah dan membahagiakan, namun kadang juga ia sulit dan menyedihkan. Adakala cinta tak ubah seperti drama diatas panggung.

Aku sangat menyukai hal yang berbau seni, namun akhir-akhir ini aku... Jauh dari itu. Kini aku selalu bersamanya di setiap kesempatan, bercanda, mengobrol, atau pun bermesraan. Kadang ia membantu ku dalam belajar, ia tak ubahnya seperti guru sungguhan, mengajari ku dengan sabar dan penuh perhatian, ibu selalu melihat kearah kami dengan senyuman menyeringai di bibirnya, seperti seakan mengejek kami berdua.

Kadang ia juga memberikan makanan ringan kepada kami berdua.

Ia cantik aku tak munafik, tapi kadang sikap konyolnya membuat aku tak henti tertawa, aku selalu ingin disampinginya.

Namun aku tau ini tak akan bisa, karna ia mempunyai kesibukan lainnya. Hujan masih mengguyur dibulan ini, dan tak lama lagi pergantian tahun, aku harap saat itu hujan tak datang. Jika pagi datang dan aku bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, dengan senyuman dan perasaan bahagia. Aku selalu dan tak pernah bosan memikirkan dirinya.

"Gimana, apakah berjalan lancar?" tanya ku kepada teman ku, dari ekspresi wajahnya aku sudah tau jawabannya. Ia tersenyum bodoh, malu-malu dan mungkin sekarang hatinya sedang berbunga-bunga. "kamu tau saat aku meminta untuk berpegangan tangan dengannya, aku bagaikan tersengat listrik." Ucapnya dengan penuh semangat, entahlah karna aku juga pernah mengalami hal serupa dengannya.

Hari ini penglihatan ku dipenuhi dengan tingkah pasangan bodoh, mereka malu-malu dan aku seperti jadi pihak ketiga dalam hal ini, ARGHHHH...! Betapa malunya aku melihat tingkah keduanya, tidakkah mereka merasakan bahwa mereka ini memalukan? Jika saja aku bukan teman mereka aku akan berkata bahwa ini memalukan untuk dilihat.

Disaat itu aku baru menyadari bahwa sekolah selesai begitu cepat, aku pun bergegas merapikan barang bawaan ku, dan pulang... "Hai kamu udah pulang?" tanya kekasih ku yang sedang asyik meminum minuman soda, aku duduk di sampingnya sembari menghela nafas panjang. lalu berbaring di pangkuannya

"Kapan semua akan berubah." Ucapku

"entahlah." jawabnya dan tetap bersantai sembari memegang minuman kaleng itu.

"semakin ini mudah, semakin aku curiga atas akhirannya."

Ia tiba-tiba saja menoleh kearahku dan sebab itu aku pun terpaksa harus bangun... Ia coba mengelus wajah ku dan berkata bahwa tak ada yang mudah dari semua ini,

" kamu itu sungguh bodoh raha, walau pun kamu cantik... Dimata ku kamu hanyalah orang bodoh yang selalu bersikap tenang dan tersenyum kepada ku."

Aku mencoba menahan semua nya... Aku mencoba sebisa ku

"kamu juga bodoh kamu mencintai orang yang lebih tua, kamu mengatakan cinta kepada ku... Kamu BODOH.!" Ucapnya memeluk tubuh ku dan kami menangis...

Coba saja asmara ini tak sepelik itu, aku tak bisa jika pada akhirnya akan ada perpisahan lagi, bisakah ia memberi janji yang membahagiakan untuk ku, yang bisa membuat aku tersenyum kembali.

"Aku mencintai, SANGAT-SANGAT MENCINTAI MU RAHA." Aku tak bisa berucap bahwa tetaplah disini atau pun tolong jangan pergi dari ku. Aku tak bisa, aku tak bisa...

"Hari mulai gelap mari kita pulang." Dia masih sama terlalu tenang untuk masalah ini dia tak sedikit pun cemas akan kata perpisahan, apa mungkin sebenarnya ia sama sekali tak mencintai ku.