Hari ini begitu panas, keringat ku mengucur begitu deras, baju ku menjadi basah.
Teman-teman begitu bersemangat membicarakan sesuatu, aku hanya bisa menyimak pembicaraan itu tanpa memahami nya, lima menit berlalu, sepuluh menit, lima belas menit, hingga dua jam kemudian aku baru menyadari waktu terasa cepat berlalu, melamun membayangkan beberapa hal tanpa bisa aku tahu apa yang sedang aku khayalkan.
Hijau nya daun-daun, melambai-lambai seperti memanggil ku.
Detik waktu, hingarnya suara tawaan, silaunya cahaya menembus kaca jendela.
Angin hangat menyentuh kulit, hari ini begitu hangat seperti air mendidih.
"Do, besok ikut kami yuk?"
aku pikir sesekali aku harus bermain bersama teman agar masa remaja tak terbuang percuma.
"besok aku akan menghabiskan waktu bersama teman, sebenarnya aku ingin mengajak mu dan bertemu dengan mereka, Apakah kamu mau?"
"Tapi mungkin aku akan menjadi tante mu."
Canda nya, tersenyum pada ku.
"baiklah aku akan berusaha biar terlihat lebih muda."
Bila aku mulai ingin tidur dimalam hari, lampu kamar yang aku matikan, sayup-sayup suara angin malam yang ku dengar, aku berkhayal tentang kemungkinan di hari esok.
Tentang kejadian tadinya, tentang kejadian masa lalu yang tak bisa sepenuhnya ku ingat. Senyum nya menutupi beberapa hal yang pernah aku alami, dia tampak canggung untuk beberapa hal, saat ku lihat dirinya ia begitu tak bisa menahan sesuatu, seperti ingin ia keluarkan dari mulutnya namun...
Dalam senyum ia begitu bersedih di dalam nya. Andai aku bisa mengingat yang 50% lagi mungkin ia akan melepaskan kesedihan dalam dirinya dan mengubahnya menjadi senyuman.
Kaca cermin memantulkan diri ku yang tengah melihat betapa gantengnya diri ku.
Aku begitu gugup bukan karena bertemu dengan teman-teman tapi aku gugup karena akan mengajaknya untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman ku, aku gugup saat bersama nya. Apakah di dalam hatinya ia terus saja menertawai ku?
Aku harap tidak seperti itu.
"Dimana teman mu?"
tanya ia, selang beberapa saat teman-teman ku pun datang, dengan tatapan penuh pertanyaan mereka menanyakan beberapa hal dengan menggunakan tatapan itu.
"aku harus gimana?" tanya ku pada diri sendiri, lalu dengan agak canggung aku memperkenalkan dirinya.
"Hai! Terimakasih, telah menjaga edo selama ini ya! Apakah ia menyusahkan kalian?"
aku pikir ia akan canggung namun aku salah menduganya, ia bahkan berbicara kepada Ria gadis yang pernah aku taksir dulunya.
"Wah...! Kakak cantik sekali."
Puji Ria kepadanya.
"Edo. Minta peletnya dong."
"Pe, pelet?"
entah lah aku tak pernah melakukan nya, aku juga tak tau bahwa kami akan memiliki hubungan ini.
Dan lagian aku sudah mencintai nya sejak ia menangis di waktu itu.
Aku penasaran seperti apa saat ia waktu itu? Waktu dimana kami tak saling bertemu, waktu dimana aku melupakan nya dan membuat dunia baru ku.
Mungkin ia waktu itu bersedih sembari memikirkan tentang ku.
"Boleh aku panggil Kakak ayu saja?, karena kakak begitu cantik dan ayu."
"Tentu saja, dan Terimakasih atas pujian nya."
"Aku ingin punya kakak seperti Kakak ayu."
Aku pikir itu akan merepotkan.
Dia belum tau bahwa wanita yang ia peluk dan ia anggap kakak itu sungguh merepotkan, sangat manja, kalau makan suka belepotan, menangis tanpa sebab, tapi saat ia marah entah mengapa itu sangat lah imut, rasanya aku ingin mencubit pipinya.