Ruang waktu, gelap nya alam semesta, planet bertebaran mengelilingi bintang, lubang hitam, energi gelap.
Begitulah alam semesta ini.
Aku masih heran seberapa kecil kah manusia ini?
Alam semesta tak berhenti untuk mengembang terus, mungkin kita tak menyadari bahwa ia terus menjauh satu sama lainnya, nampak diam bila kita melihat dari sini (bumi) Namun sebenarnya ia mengembang begitu cepat, entah sampai kapan ia akan kembali menyusut?
Entahlah.
Sinar bintang menemani kami dalam malam gelap, langkah kaki yang teratur, tawa bahagia, tangan yang saling menggenggam, Hussss...
Angin.
Tiba-tiba berhembus menerpa tubuh kami, dingin...
Mungkin hujan akan segera datang, ku lihat langit malam tanpa bintang lagi, mungkin awan mendung sudah menutupi cahaya nya. Ku ajak ia untuk berlari mencari tempat berteduh.
"Akhirnya hujan turun, untung kita masih sempat berteduh."
Ucap ku tersenyum kepada nya, duduk di sini, maksudku di gazebo ini lagi, dimana awal pertemuan antara aku dengan dirinya yang penuh tanda tanya.
"Kamu masih sama, tak berubah. Apakah hati mu juga masih sama, Seperti saat kita melihat kilatan cahaya dibulan Oktober? Waktu itu cukup lama sudah berlalu."
"Aku masih sama hanya sedikit berubah, seperti kilatan cahaya dibulan Oktober menyambar-nyambar. Bukankah begitu jawaban dari ucapan mu?"
"Sayu, dengan lembut menggenggam namun, ia perlahan-lahan menjauhi ku apakah ia akan bisa bersama ku lagi seperti dulu?"
"Jawabannya: aku akan selalu bersama dengan nya, menggenggam dengan lembut. Aku memeluk nya dan berkata jangan pergi lagi tinggallah dengan ku disini, sembari melihat hujan kita duduk sambil berpelukan."
"mungkin banyak yang aku lupakan dari semua kenangan yang pernah kita lewati dulu, namun untuk sekarang bisakah kita mulai menulis cerita cinta kita di buku yang baru?"
Aku tak ingin ini berakhir seperti dulu, melupakannya dan berakhir dengan kepahitan di hatinya.
Aku ingin mengingat itu semua namun aku tak bisa maka dari itu aku menawarkan kepada nya untuk menulis cerita baru, di dalam kisah cinta kami.
Hanya itu yang aku bisa lakukan sebelum ini menjadi tak berarti bagi ku dan dia.
Wajah yang tertunduk itu, mulai mengeluarkan air mata, ku coba meraih nya dan mendongakkan wajahnya, ku lihat wajah sedih penuh keputusan asa'an.
"Jangan... Tunggu dulu wajah ku tak..." ucap nya dan mencoba menghapus air mata dengan tangan. Namun aku mencegahnya.
"Kamu cantik saat kamu menangis." Perlahan-lahan aku beranikan diri mendekatkan wajah ku ke wajah nya, karena sudah mengetahui nya ia pun memejamkan matanya dan seperti sedang mengharapkan sesuatu, ku ciumi bibir lembut itu dengan penuh kelembutan juga, ku peluk dirinya seakan-akan tak ingin melepaskan pelukan itu.
Suara hujan menambah suasana romantis di malam itu,
"Aku mencintai mu."
Ucap ku setelah menyudahi ciuman itu, ku mainkan rambut nya sembari menunggu hujan kami mengobrol tentang banyak hal, sedari tadi aku tak melepaskan genggaman tangan ku, aku menggenggam tangan nya sebegitu erat aku tak ingin melepaskannya.
Dan ia pun menyenderkan dirinya ke tubuhku, memejamkan matanya kami begitu menikmati kebersamaan ini.
Hujan pun mendukung kami dengan kedinginannya.
"Kamu tau. Kenapa kita memiliki hubungan ini? Dimana umur yang cukup jauh berbeda di antara kita namun kita saling mencintai? Kamu tau siapa yang memulai hubungan ini?" tanya ku kepada nya.