Aku pikir akhir pekan ini aku akan di sibukkan dengan membantu pekerjaan ibu ku.
Namun...
"Edo...!" teriaknya dari kejauhan.
"Aku cantik gak?" tanya nya, Aku tak bisa menahan tawa saat ia menanyakan itu.
Ia cukup percaya diri menanyakan hal itu, walaupun sebenarnya ia memang cantik tapi...
"Ahahaha... Kamu cantik kok."
Kami memutuskan untuk pergi ke bioskop menonton beberapa film, sesudah itu aku mengajaknya untuk melihat pertunjukan musik, disini lah awal aku menyukai musik.
Waktu itu ayah mengajak ku, aku sangat terpikau saat mereka memainkannya memakai jas dan gaun yang indah, dan saat itu juga aku berkata pada ayah bahwa aku ingin menjadi seperti mereka.
"Jas dan violin adalah awal aku menyukai nya, ayah ku lalu tersenyum dan berkata ayah akan mendukung apa yang edo inginkan (impikan)"
Disaat aku sedang berbicara dengannya, aku mendengar suara orang yang aku kenali, aku pun menoleh dan sangat terkejut rupanya teman-teman ku juga ada disini.
Tak pikir panjang aku pun menarik dirinya meninggalkan tempat itu, dengan sedikit lari-lari kecil kami pergi dari tempat itu.
"Hus, hus, hus. Aku tak menyangka mereka akan kesini juga."
"E... Siapa? Selingkuhan kamu?"
"Eh! TIDAK! Bukan gitu, hanya saja... Aku..."
"Baiklah, ayo kita ke tempat lain."
Bibir belepotan, cara makan yang begitu lucu, aku tak henti tertawa akan tingkah konyol dari dirinya, tak pernah aku membayangkan bahwa ia begitu konyol, mengelap bibirnya yang belepotan...
Sebenarnya aku sangat gugup, begitu pun ia yang beberapa kali tertunduk malu saat aku mengetahui ia sedang memperhatikan diri ku.
"aku tak bisa terus begini, kalau aku begini terus tak akan ada kemajuan dalam hubungan ini."
Ucap ku dalam hati, aku tak menyangka waktu begitu cepat berlalu, biasanya saat disekolah rasanya jam cukup lama berputar.
Apakah karena aku menikmati kebersamaan ini?
Jadi aku melupakan setiap putaran waktu. Entahlah.
"Bo, boleh aku menggenggam tangan mu?" aku coba memberanikan diri berkata seperti itu, walaupun aku sungguh gemetaran, kedua lutut kaki ku menjadi lemas, tangan ku begitu berkeringat saat ia mulai mengulurkan tangannya dan menyentuh telapak tangan ku, telapak tangan yang lembut dan hangat itu membuat kejutan listrik di sekujur tubuhku.
"Ini bukan pertama kali nya Edo!" ucap ku dalam hati.
Tapi ini... Aku masih gugup.
Belum usai rasa gugup karena tangan kami saling bergandengan, tiba-tiba saja ia merebahkan kepalanya di pundak ku... Ya TUHAN... hukuman ini sungguh nikmat sekali, aku membiarkan ia melakukan itu, karena aku juga menginginkannya, rambut yang begitu harum, tangan halus dan hangat, semua itu membuat lutut ku begitu lemas, aku pun mengajaknya untuk duduk sebentar, sembari menenangkan diriku.
"Aku sangat gugup saat kamu melakukan itu, walaupun itu juga aku yang memintanya."
"Aku juga, tapi aku bisa menahan nya, walaupun dalam hati ku sungguh ingin meledak, kamu pikir aku tak merasakan itu, dimana orang yang di cintai dekat dengan mu dan mulai untuk pergi bersama mu, menonton film, menyaksikan pertunjukan musik, makan bersama dan bergandengan, saat kamu mengabari ku, mengiyakan itu... Semalaman aku tak bisa tidur dengan nyenyak. Aku dimalam itu berkhayal besok aku harus memakai baju apa?
Saat bertemu aku harus bagai mana? Menyapa atau tersenyum saja?
Semua pikiran itu membuat ku tak bisa tidur dengan nyenyak."