Chereads / BLUE. / Chapter 3 - Bab 3.

Chapter 3 - Bab 3.

keberanian ku tak cukup besar untuk menanyakan itu, aku hanya diam sembari tetap dengan kegiatanku yakni menggambar di buku.

Dia duduk di samping ku, sebenarnya aku ingin menanyai tentang perkataannya kemarin.

Namun,

"Meminum, minuman soda sepagi ini?" tanya ku dalam hati.

Sembari melirik dirinya yang tengah asyik membaca buku dan meminum, minuman soda.

"apakah ia tak bekerja hari ini?" tanya ku lagi, dan tetap dalam hati dan tetap juga mencuri-curi pandangan

ke arahnya.

Aku masih terpaku akan kegiatan ku sendiri tanpa memulai pembicaraan pada orang yang ada disamping-Ku, begitu juga ia.

Sunyi dikala itu tak bisa disingkirkan dengan apa pun. Waktu pun terbuang sia-sia, sembari menunggu hujan redah.

Hah... Harusnya aku tak disini, harusnya hari ini aku membantu ibuku di rumah makan keluarga kami.

Dengan pikiran itu... Aku pun lalu berdiri dan mulai melangkah, namun... Lagi-lagi ia berkata yang tak masuk akal.

"kebahagiaan sanggatlah mirip kesedihan, tutup mata hati dan rasakan lah semua itu dalam diri." Ucapnya lalu pergi meninggalkan ku yang lagi-lagi terdiam tanpa bisa menanyakan sesuatu kepada nya.

Aku tak tau, seberapa kuat hubungan ku kepadanya dimasa lalu. Tapi aku yakin aku memiliki hubungan itu.

"Edo...! Bangun...!"

Aku pikir bisakah aku bertemu dengannya lagi dan menanyakan itu kepadanya.

Setiap kali waktu pelajaran berganti. Setiap kali guru menjelaskan materi, setiap kali mereka memberikan tugas, setiap itu lah aku tak pernah fokus dengan hal itu.

"Hah! Bukankah ini...?" ucapku lalu membuka dan membaca nya. Aku begitu yakin kali ini, aku dan dia tak memiliki hubungan apa pun melainkan itu hanya perkataan belaka saja dari nya.

Aku begitu lega dan tak akan memikirkan ini lagi. Aku pun kini bisa kembali fokus dengan apa yang ada, mungkin untuk sekarang ini.

Rasanya awal musim hujan begitu cepat, September ini dipenuhi dengan guyuran hujan.

Oktober masih lama, namun kedinginannya sudah cepat menghampiri kota ini, aku dengan cepat berteduh di gazebo ini lagi, kini aku tak menggambar melainkan memainkan violinku, aku menikmati nya, sungguh perpaduan yang sangat indah antar merdunya suara violin dan air hujan, dalam hari itu. Sunyinya taman ini, tak membuat ku takut. Karena aku sangat menyukai kesunyian dimana pun itu.

Daun-daun bergerak tertiup angin, basah dengan air hujan, menetes ketanah meninggalkan bekas lubang ketanah, Angin pun mulai menggelitik kulit ku, rasa dingin dikulit membuat ku menghentikan permainan violinku.

Berrr... Dingin...!

Rasanya aku ingin cepat pulang, namun bila aku ingat lagi waktu itu, aku harus memakai seragam sekolah dalam keadaan masih lembab, walau pun aku sudah berusaha mengeringkan baju dengan cara mensterika nya.

Huh... Aku menyesal waktu itu, rasanya sekujur tubuh ku menjadi gatal karena memakai baju seragam yang masih basah itu.

"sebaiknya aku menunggu saja disini..."

Lagi-lagi hari mulai gelap, lampu taman satu persatu dinyalakan, remang, dengan cahaya kuning mengelilingi taman, melamun hanya itu yang bisa aku lakukan.

Aduh... Kapan hujan berhenti, mungkin esok aku harus membeli payung agar aku bisa pulang tepat waktu. Lama aku menunggu rasa bosan pun menghinggapi ku, tak ada yang bisa aku lakukan untuk mengusir rasa bosan ini...?

"Selamat malam... Bisakah aku ikut berteduh disini?" Lagi-lagi dia, apakah kami akan selalu bertemu disini setiap harinya.